Part 22 - Was Gone

33 1 0
                                    

Hari demi hari Reinaldy tidak kunjung pulih dan sadar. Tentunya Reifaldy dan orangtua nya sangat khawatir. Akhirnya Reifaldy mengajakku lagi untuk pergi menjenguk Reinaldy yang sedang terbaring lemah tak berdaya.

3 Juli 2016

"Masa 3 hari belom sadar juga sih tuh anak, nyusahin banget dah. Darah udah dikasih gratis pula tu." Ujarku kesal sambil berjalan melewati koridor rumah sakit bersana Reifaldy.

"Ya aku mana tau juga. Soalnya aku bukan dokter." Sahutnya.

Kita memasuki ruang rawat inapnya Reinaldy yang belum sadarkan diri. Terlihat Rina juga sedang duduk disampingnya dan menggendong buah hati mereka. Aku mengabaikannya dan langsung berjalan ke sisi lain Reinaldy dan menggenggam tangannya.

Terdiam seribu bahasa dan ruangan itu terasa sangat-sangat hening. Untuk kesekian kalinya, aaku menangis lagi. Rina juga hanya terdiam menatap aku yang sedang bersedih disamping Rei.

"Ini semua gara-gara lo kan Rin! Gak mungkin kalo dia sama gue, gak bakal dia jadi kecelakaan begini!" Aku membentaknya.

"Nabil, gak boleh gitu. Ini udah jalan dan takdir Tuhan. Yang penting kita tetep ikhtiar." Tegas Reifaldy.

"Makanya kalo punya laki tuh dijagain jangan cumanya ngerebut doang lu. Cewe gatel, dan ini anak lo. Gue harap ketika dia besar, ayahnya udah gak lagi ada. Karena setelah ini Reinaldy bakal jadi milik gue lagi!" Tegasku.

"Duh jadi ribut gini kan kasihan si abang mau istirahat jangan berisik udahlah Nabil kita diluar aja lah yuk." Reifaldy merangkulku untuk berjalan keluar dari ruang rawat inap itu.

Disatu sisi aku senang melihat Rina sedih karena hari-harinya kini sendiri tidak lagi berdampingan dengan Reinaldy, tapi di sisi lainnya aku sedih karena orang yang masih aku sayang terbaring lemah dan belum sadarkan diri.

Aku memutuskan pulang ke rumah dan menenangkan diri di rumah, berdoa agar Reinaldy segera pulih dan tersadar dari tidur panjangnya.

•••

4 Juli 2016

"Maaf aku pergi. Tolong jaga Nabil, aku sayang dia."

'Kringgggg kringgggg' alarmku berbunyi dan aku terbangun dari tidurku dengan jantung yang berdetak sangat cepat dan berkeringat.

Aku melihat AC ku, jelas saja aku berkeringat. Ternyata dia tidak berfungsi, keluhku dalam hati.

Aku duduk di sudut ranjang dan mengingat kembali mimpi yang membuatku segera terbangun dari tidurku. Apa ini merupakan sebuah arti jika Reinaldy sudah tidak bisa lagi aku dapatkan?

'Dertt dertt' handphone ku bergetar ada notif dari Reifaldy.

Reifaldy : Nabil? Sibuk gak?

Nabil : Enggak, aku kan pengangguran, hehehe.

Reifaldy : Yehhh serius dehh?

Nabil : Iya bener. Kesibukan aku emang ngapain? Kamu kan tau lah😋

Reifaldy : Hmm iyasih. Yaudah yuk jalan?

Nabil : Yuk. Kemana?

Reifaldy : Dah ikut aja lah. Aku jemput ya.

Ketika Reifaldy sudah datang menjemputku, aku langsung masuk ke dalam mobilnya sebelum dia memasukkan mobilnya ke garasi rumahku seperti biasanya.

"Mau kemana sih bebs?" Ujarku.

"Ikut aja. Pasti kamu suka kok tempatnya, cocok buat galau-galauan."

"Yehhh apaasih orang aku udah biasa aja."

"Yakinnn?" Tanyanya.

"Hmmm." Aku mengerutkan dahi.

Never Let You Go! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang