Part 13 - The Nightmare

100 1 1
                                    

Aku mengikuti Car Free Day di bilangan Jakarta Pusat dengan Kak Arya. Terasa lelah sekali, badanku mengeluarkan keringat dingin.

"Capek banget ya kak." Kataku kepada Kak Arya ketika di perjalanan pulang.

"Iya lah namanya juga lari-larian." Sahutnya.

"Lari dari kenyataan bukan? Hahaha." Aku tertawa kecil.

"Ih muka lu pucet banget dek." Ketika dia melihat wajahku.

"Ah masa?" Aku langsung bercermin di spion tengah mobil.

Benar saja, wajah dan bibirku sangat pucat sekali.

"Kurang darah kak. Gue kan udah jarang minum obat penambah darah."

"Hmm bagus!"

"Orang kata dokternya aku udah mulai sembuh kok. Ya jelas aja dosisnya jadi sedikit." Jelasku.

"Ngeles aja kayak bajaj."

"Ih engga. Emang bener kok."

•••

Setibanya di rumah. Wajahku semakin pucat, keringat dingin membasahi seluruh tubuhku, suhu tubuhku meningkat. Kak Arya semakin panik karena di rumah hanya ada kita berdua. Papi dan Mami pergi ke Bandung karena urusan bisnis Papi, sedangkan Mba Dewi sedang pulang kampung untuk beberapa hari ke depan.

"Dek. Minum obat. Istirahat." Perintah Kak Arya.

"Iya kak. Ini mau minum." Aku mencari stock obatku yang tersisa.

"Ke dokter aja yuk dek. Biar cepet sembuh." Ajak Kak Arya.

"Ih gausah ah. Aku lemes banget. Aku mau tidur." Tolakku.

"Yaudah sana tidur. Kakak mau beberes rumah dulu." Kak Arya meninggalkanku sendiri di kamar.

Aku tertidur. Menghilangkan sedikit rasa lelahku dan menurunkan rasa sakitku ini. Car Free Day yang aku ikuti dengan tujuan meningkatkan kesehatan tubuh tetapi yang aku dapat adalah sebaliknya. Aku kelelahan, anemia yang mengendap lama di tubuhku ini muncul kembali.

So I say a little prayer
And hope my dreams will take me there
Where the skies are blue
To see you once again my love
Over seas from coast to coast
To find the place I love the most
Where the fields are green
To see you once again
My love

*Incoming Call Reifan Sayang*

"Halo yangg." Sapaku dengan nada terlemas yang aku punya.

"Lemes banget yang? Kamu sakit?" Tanyanya dengan nada panik.

"Iya anemiaku kambuh."

"Yaampun. Ke dokter yuk yang. Kamu lagi di mana?"

"Di rumah."

"Yaudah tunggu aku kesana."

*Call Ended*

Aku sudah terbangun karena hpku bunyi panggilan masuk dari Rei. Tapi suhu tubuhku belum turun juga. Mataku berkunang-kunang. Tidak fokus melihat sekeliling kamarku.

40 menit berlalu, aku berusaha untuk tetap terjaga karena Rei ingin datang ke rumahku.

"Yangg?" Panggil Rei dari ruang depan.

"Yanggg?" Panggilnya lagi ketika sudah di ambang pintu.

"Hmmm." Jawabku lemas.

"Yaampun yang. Ayo ke dokter." Ajaknya.

Rei menggendongku ke dalam mobilnya. Aku tidak tahan lagi menahan sakit yang aku rasa, dan akhirnya aku tertidur di dalam mobil Rei.

•••

Never Let You Go! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang