Part 5 - Perjodohan

91 12 0
                                    

Aku pulang dari rumah Rei mengendarai Honda Jazz mami. Setibanya di rumah. Ada mobil Fortuner silver milik papi. Owemji, papi pulang. Pikirku. Senangnya bukan main papi sudah pulang ke rumah setelah sekian lama tidak bertemu.

Aku berlari memasuki rumah dengan menenteng tas putih kecil di tangan kiri dan paper bag berisi hadiah Rei di tangan kanan.

"Papiiiiiiiii!" Teriakku sambil berlari kecil menuju ruang tengah.

"Papiiiii!" Aku langsung memeluk papi ketika mendapati dia sedang duduk di ruang tengah.

"Eh, princess papi sudah pulang. Dari mana aja nih baru pulang sekarang?" Tanya papa saat aku memeluknya.

"Abis dari rumah Rei, pi. Merayakan 1 tahun hari jadi aku sama dia." Kataku setelah aku melepas pelukan dengan papi.

"Waduhh anak papi. Pacarannya udah tahun-tahunan. Kalah papi dulu sama mami deh." Ledek papa sambil mengacak-ngacak rambut hasil make over Dita ini.

"Itu apa pi?" Tunjuk aku ke arah paper bag yang begitu banyak tergeletak rapi di atas meja ruang tengah.

"Ohh itu, hadiah buat kamu dong sayang."

"Hah?! Buat aku? Semua ini?" Tanyaku dengan heran.

"Eh eh eh. Apa apaan?! Ada buat gua lah." Sahut kak Arya dari arah dapur berjalan menuju ruang tengah dengan membawa secangkir teh manis hangat.

"Nih pi, tehnya." Kak Arya meletakkan secangkir teh manis hangat di depan papi.

"Buat gue mana?" Tanyaku.

"Buat sendiri." Sahut kak Arya dengan lidah terjulur kepadaku.

"Ih rese lu!" Aku menjambaknya dengan keras sampai kepalanya tertarik kebawah.

"Tuh pi. Liat kelakuan princessnya papi. Dia gapantes dipanggil princess, cocoknya nenek sihir!" Tunjuk kak Arya ke arahku.

"Bodo!" Dengan ketus aku menjawab.

"Eh eh. Udah berapa kali papi bilang kalo bicara itu biasakan dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Yang sopan sama kakak kamu." Sahut papi menasehati.

"Tuh denger. Bocah jelek!" Kata kak Arya melirik ke arahku.

"Bodo amat." Kataku sambil menjulurkan lidah dengan kak Arya.

Aku langsung menuju meja di ruang tengah itu. Membuka satu-satu paper bag bawaan papi dari Bandung yang katanya itu adalah 'hadiah' untuk aku.

Aku menemukan paper bag bertuliskan 'Guess'. Inikan merk ternama itu. Batinku. Langsung aku buka paper bag itu dan aku dapati sebuah gaun panjang berwarna soft pink yang sepertinya sangat cocok untuk aku kenakan saat pertunangan formal antara aku dan Rei.

"Ih papi. Bagus banget gaunnya." Kataku sambil mencocokan dengan tubuhku ini.

"Suka tidak kamu? Pas sepertinya untuk tubuh kamu tuh. Ya asal kamu ga gendutan aja sih." Kata papi dengan ledekan kecilnya.

"Ih papi. Ga gendutan kok aku. Ini kan mahal banget pi. Merknya aja Guess."

"Yaampun papiiiii! Bisa buat beli hape ini gaun!" Teriakku saat aku melihat label harga gaun itu Rp. 2.239.000.

"Yaampun. Gausah teriak gitu norak!" Kak Arya menimpali.

"Ya gapapa lah. Kan papi jarang beliin kamu baju bagus-bagus." Sahut papi dengan nada lembut.

"I love you, pi!" Aku menghampiri papi dan mencium kedua pipi papi.

"Papi doang yang dicium? Gua engga?" Kak Arya menimpali.

Never Let You Go! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang