Episode 22 : The Power of Love (2) - Edisi Holiday

1.9K 97 0
                                    

Setelah sebulan lamanya aku bekerja di Violet Designer, banyak pelangganku yang memesan desainku. Dalam waktu sebulan, aku sudah mendapatkan pesanan sebanyak 75 buah. Ini suatu kebanggaan bagiku dan karena itulah aku diangkat menjadi wakil manager di perusahaan Violet Designer.

Hari ini adalah hari liburku. Aku berencana untuk berlibur ke sebuah desa. Aku akan pergi bersama Meri. Kebetulan, Phire sedang ada tugas dan dikirimkan ke Bandung. Sedangkan Kelvin, dia sibuk dengan pekerjaannya.

Aku sudah menyiapkan segala keperluan untuk perjalananku nanti.

Meri datang untuk menyimpan tasnya di dalam mobilku. Aku dan Meri segera berpamitan pada Mama dan Papa.

"Mer, pasang GPS-nya dong. Kamu setel ke Desa Tanjung Wangi."
"Oke deh."

Perjalanan menuju Desa tersebut sekitar 10 jam lebih. Karena jaraknya emang jauh dari rumah kami. Mungkin, kami akan banyak istirahatnya.

Aku berangkat sekitar jam 2 siang. Sekarang, sudah jam 8 malam. Kami berencana untuk makan di rest area.

"Mel, mau makan apa? Gue yang traktir deh."
"Apa aja deh. Samain aja kayak kamu. Aku mau ke toilet dulu."
"Okedeh."

***
Makanan sudah tersedia diatas meja kami. Kami segera makan dan akan melanjutkan perjalanan kami.

Selama perjalanan, Meri tidak pernah tidur. Dia menemaniku dan mengobrol denganku agar aku tidak mengantuk.

Sekitar jam set. 12, aku mengantuk. Akhirnya, ku putuskan untuk berhenti di daerah pinggiran hutan yang cukup luas. Dan kami berdua akan tidur di mobil.

"Mel, lo gak takut apa? Kok gue takut banget ya?"
"Tenang aja, Mel. Mobil kita bakal aman kok. Pintu mobil dijamin gak bakal bisa dibuka dari luar. Dan kacanya juga sangat tebal sehingga tidak bisa dilihat dari luar. Dah yuk, tidur dulu. Aku ngantuk banget."
"Ah, baiklah. Gue akan mencoba untuk tidur."
"Baiklah, selamat malam."
"Selamat malam juga, Mel."

***
-As Meri-
Melisya sudah tertidur lelap. Gue tahu, dia sangatlah kelelahan karena sudah lama ia menyetir mobil. Andai, gue bisa menyetir mobil. Gue akan bergantian dengannya.

Gue belum juga tertidur. Akhirnya, gue main hp dulu. Sesaat, gue lihat kearah jendela depan dan samping.

Beberapa menit kemudian, ada seorang kakek yang berjalan sendirian. Dia sedang membawa sebuah pacul di tangannya. Gue spontan langsung kaget dan tutup mulut. Kakek tersebut melihat kearah mobil kami. Gue takut kalo si kakek bakal mecahin kaca mobilnya.

Gue mau manggil Melisya. Tapi, gue gak bisa. Gue gak mau ganggu Melisya tidur.

Hutan ini sangatlah menyeramkan. Gue langsung tidur dengan menutupkan diri dengan jaketku. Dan memakai headset agar tidak mendengar suara yang aneh.

***
-As Melisya-
Matahari sudah menyinari mobilku. Pertanda, hari ini sudah pagi. Aku membuka mataku dan melihat Meri masih tertidur pulas. Sudah banyak pula mobil dan motor yang melintas.

Aku membuka pintu mobil dan mencuci mukaku. Ternyata hutan disini sangatlah indah. Mungkin sedikit menyeramkan. Tapi disaat pagi hari, hutan ini cukup sejuk.

Aku masuk kedalam mobil dan membangunkan Meri.

"Mer.. Meri. Bangun. Udah pagi."
"Ah, iya Mel. Gue bangun."
"Aku akan melanjutkan perjalanan. Kamu mau cuci muka?"
"Baiklah. Tunggu ya. Gue mau cuci muka dulu."

Sambil menunggu Meri mencuci muka, aku mengecek seluruh perangkat mobil. Dan semuanya sudah sempurna. Kemudian, Meri masuk kedalam mobil.

"Mel, udah cek ban?"
"Udah kok."
"Masih lamakah?"
"Kalo tidak macet, sekitar 2 jam lagi. Yuk, berangkat."
"Yossh."

I Love You. Do You Love Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang