Episode 30 : Agnez in Action (1)

2.1K 74 8
                                    

Hari demi hari berlanjut. Phire sudah siuman semenjak kedatangan Mike. Entah suatu keajaiban apa yang terjadi.

Aku mengunjugi Phire setelah pekerjaanku berakhir.

"Halo, Phire. Bagaimana keadaanmu?" Tanyaku.

Aku melihat Mike disana.

"Hai, Melisya. Aku baik-baik saja."

"Syukurlah, semenjak ada Mike disini, kamu jadi cepat siuman haha."

"Ya, ini semua karena sepupuku, Mike."

"Ah, itu hanya kebetulan saja." Jawab Mike.

"Ohiya, kalian berdua ngobrol dulu gih. Aku akan istirahat. Aku tau, pasti Melisya kangen banget sama Mike." Ucap Phire.

"Ah, baiklah." Jawab kami berdua.

Aku dan Mike keluar dari ruangan Phire. Kami berjalan menuju koridor tanpa berbicara.

'Ah, kenapa canggung sekali. Kalo gini terus, aku sama Mike gak akan bicara. Harus mulai topik apa ya?' batinku.

"Mel..." Panggil Mike.

"Ah, i.. iya, Mike?"

"Ah.. kita mau kemana?"

"Terserah kamu aja, Mike."

"Ah.. gimana kalo ke kantin?"

"Iya, baiklah."

Aku dan Mike menuju kantin. Entah rasa malu level berapa yang ada.

***
"Cokelat hangatnya 2 ya, Mba." Ucap Mike.

"Baik, ada lagi?" Jawab pelayan itu.

"Tidak. Mel, gapapa kan mesen cokelat hangat?" Tanya Mike padaku.

"Iya, gapapa kok Mike. Aku suka."

"Baiklah."

Kami duduk berdua di meja kantin tanpa mengobrol satu kata pun. Kami saling mempunyai rasa kangen. Tapi, susah untuk diungkapkan alias masih canggung.

"Permisi, silahkan dinikmati." Ucap pelayan itu.

"Terima kasih." Jawab kami berdua.

Mike mulai menyeruput cokelat hangatnya. Aku pun sama. Dan kami tak ngobrol sama sekali.

Aku kesal, karena Mike tidak mengucapkan satu kata pun. Mulutku juga tidak bisa mengucapkannya.

"Kenapa canggung sekali ya?" Ucap Mike yang memecahkan suasana keheningan.

"Ah, aku pun sama. Kukira, hanya aku yang canggung."

"Lain kali kita jangan canggung lagi ya. Kita kembali ke seperti dulu. Haha."

"Haha baiklah. Boleh aku bertanya?"

"Iya, silahkan."

"Kenapa kamu tidak kembali lebih cepat dari Amerika?"

"Perlu aku ceritakan semuanya?"

"Ya, aku akan mendengarkan semua ceritamu."

"Baiklah, awalnya aku mampir ke rumah keluargaku di Amerika untuk berkunjung dan memberi salam. Sekaligus melihat makam Ayahku. Ketika aku akan pulang, Om Rehan memanggilku. Dia memintaku untuk menyelesaikan masalah perusahaan Ayah. Awalnya aku menolak, tapi ini wasiat terakhir dari Ayah. Lalu aku menyetujuinya dan menyelesaikan masalah perusahaan selama kurang lebih setahun lamanya. Aku kehilangan hpku yang berisi nomormu disana. Aku tak hafal nomormu dan bahkan sepupuku, Kelvin. Jadi, aku tak bisa mengabari kalian semua. Aku rindu padamu. Aku pikir, kamu akan melupakan aku. Dan disaat Mama nya Phire memberitahuku bahwa ada telepon dari Kelvin tentang penyakit Phire, aku langsung terkejut. Keadaan disitu, perusahaanku sudah berjalan lancar. Aku meminta izin pada Om Rehan, dan beliau mengizinkanku. Katanya, aku tak perlu repot untuk mengurus perusahaan lagi, ada Om Rehan yang akan mengurusnya. Sebelum ke bandara, aku ingin meminta Mama Phire untuk menelepon lagi. Aku ingin meneleponmu. Tapi, aku akan terlambat. Jadi, kuputuskan untuk berangkat ke bandara dan bertemu denganmu. Begitulah kisahku. Maaf, sudah menunggu untuk waktu yang lama, Mel."

I Love You. Do You Love Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang