Episode 33 : December Story

1.3K 67 4
                                    

Aku selalu sibuk sama pekerjaan. Aku belum sempat menjenguk Meri. Aku kangen banget dengannya. Tapi apalah daya? Pekerjaan menumpuk saat aku gak masuk.

Aku masuk ke ruangan Om Rio untuk meminta izin jenguk Meri.

"Permisi, Om. Melisya boleh masuk?" Ucapku.

"Oh, silahkan Mel. Ada apa ya?"

"Emm, jadi gini, Sahabat Melisya dirawat di rumah sakit. Kalo boleh, Melisya ingin minta izin ke Om. Bentar doang kok, Om. Nanyain kabar, habis itu Melisya balik lagi ke kantor. Boleh gak?"

"Hahaha ya boleh dong, Melisya. Masa ada yang larang kamu sih?"

"Beneran, Om? Pekerjaanku udah selesai kok. Aku udah menyuruh staf lainnya buat membantu Sasa."

"Iya iya, baiklah. Hati-hati dijalan ya."

"Wow, makasih Om."

"Iya, sama-sama."

Aku keluar dari kantor dan bergegas untuk ke rumah sakit. Aku akan bertemu Meri. Senangnya.

***
-As Mike-
Aku masuk ke kamar Meri.

"Meri, gimana keadaannya?" Tanyaku.

"Emm, baik, Dok."

"Pertama kali lo panggil gitu haha."

"Gue harus gimana untuk membalas budi lo, Mike?"

"Cukup sehat kembali, gue udah seneng banget."

"Haha oke, gue akan sehat."

"Kelvin dan Fredo mana?"

"Kelvin kerja, dia ada urusan mendadak. Fredo kuliah, dia ada praktek hari ini."

"Emm, baiklah. Lo berani sendiri?"

"Ya, beranilah. Masa nggak sih? Tapi, gue trauma, Mike."

"Karena insiden itu?"

"Iya, apalagi sama pisau. Gue jadi takut liat pisau."

"Itu hanya sementara, wajar kok. Lo tenang aja, lo gapapa."

"Emmm, makasih Mike."

"Tamu spesial kita akan datang."

"Siapa, Mike?"

"Lo liat aja nanti. Gue mau ke ruangan dulu ya."

"Oke, Mike."

Aku pergi dari kamar Meri.

***
-As Melisya-
Aku sampai di rumah sakit. Aku berlari menuju kamar Meri. Aku kangen padanya.

"Meri!!!!" Teriakku di kamarnya.

"Melisya!!!" Jawabnya.

Aku berlari lagi dan memeluk erat Meri. Aku menangis.

"Aku kangen sama kamu. Aku kuatir sama kamu. Aku gak mau kehilanganmu. Meri, aku senang kamu kembali."

"Gue juga senang banget. Gue bisa ketemu lagi sama sahabat gue. Gue kangen sama lo, Mel."

"Uhhh, jadi nangis gini kan."

Meri mengusap pipiku dan menghapus air mataku.

"Jangan nangis lagi, Mel. Gue ada disini."

"Iya, sahabatku akan selalu ada disisiku selamanya."

"Nah gitu dong."

Kami tertawa ria, meskipun kadang kalo tertawa, perut Meri akan terasa sakit.

"Mel, keknya gue ketemu lo pas lagi keadaan koma deh. Tapi, gue inget betul. Semacam mimpi gitulah."

I Love You. Do You Love Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang