Episode 3 : Kita berbagi cerita

3.7K 167 1
                                    

Angin berhembus dan berirama ditelingaku. Swing...swing. Berpapasan dengan suasana yang sunyi tanpa suara hangat dari sang pangeranku, princeku. Aku menatapnya. Iya, aku melihat dia lalu aku tersenyum ketika dia sedang memandang percikan air yang mengenai tanah ditaman itu.

"Mike, apa yang kamu suka dari hujan?"

"Aku suka semuanya. Dari percikannya, baunya, bahkan kesegaran airnya yang membasahi daun-daun hijau. Kalo kamu?"

"Aku suka dengan kesunyian suara orang-orang ketika hujan. Dan aku hanya mendengar suara hujan jatuh ke tanah."

"Kalo boleh tahu, kenapa kamu terlihat sangat pemalu ketika bertemu orang yang baru kamu kenal?"

"Aku.. Aku tidak suka keramaian. Aku lebih suka hidup tenang dan tentram. Aku lebih baik bercerita dengan bonekaku ketimbang orang lain."

"Kenapa bisa gitu?"

"Aku suka sendirian."

"Dulu, aku juga suka dengan sendirian. Aku trauma dengan keramaian. Karena dengan keramaian, telah menghabiskan nyawa kakakku, Charles. Dia udah kuanggap sebagai ibu dan ayahku. Karena cuma dia yang bisa mengerti aku. Tapi, kakakku dibunuh ketika sedang dalam keadaan sangat ramai dikota. Aku kehilangan jejak kakakku. Pas aku telah menemukannya, kakakku sudah tidur ditrotoar dengan penuh darah diperutnya. Aku menangis karena kehilangan sosok pahlawan di keluargaku. Dan disaat itulah aku mulai trauma dengan keramaian. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, aku mulai terbuka dan kembali seperti Mike yang dulu. Aku tahu, jika aku terus-terusan mikir kakakku, aku tak akan sukses. Kakak pernah bilang kalo kesuksesan itu bukan dari mikirin orang lain. Dan aku bangkit lagi, belajar. Aku bertekad akan sukses kelak di kemudian hari. Aku kasih tahu ke kamu, ayolah kita hadapi dunia yang tajam ini. Kita sukses bersama-sama. Jangan karena pemalu, telah membuatmu jadi tidak sukses."

"Makasih banyak Mike, aku sangat termotivasi dari kamu."

"Maaf ya, aku jadi cerita gini ke kamu. Tapi, orang yang pertama dengerin semua ceritaku ini, ya kamu. Melisya."

"Iya, kita berbagi cerita bersama. Dengan hujan yang mengiringi cerita kita. Ohiya, tentang princess-mu itu, dia Carol ya?"

"Bukan, Mel. Dia adalah... Princess-ku. Hahahaa"

"Namanya?"

"Hanya hatiku ini yang bisa menjawabnya. Aku belum bisa memberi tahu kepada yang lain."

"Kalo kamu sudah bisa beritahu, hubungi aku ya hehe."

"Ohiya, kamu pernah bilang kalo dulu kamu kenal aku dan aku gak kenal kamu. Kok bisa begitu?"

"Eh.. Anu.. Aku.. Dikenalin sama sahabatku, Meri. Dia kasih tahu aku kalo ada anak genius bernama Mike. Makanya aku cari tahu tentang kamu. Dan ternyata kamu sangatlah baik."

"Aku? Genius? Kenapa orang-orang memanggilku anak genius? Apa alasannya?"

"Kau emang genius, kau bahkan bisa membedakan yang baik dan salah. Kau suka memberi saran pada orang yang kebingungan. Suka menolong orang, gak gampang marah. Aku sangat men.. Eh, maksudku aku sangat senang punya sahabat sepertimu."

"Aku sangat tersanjung mendengar kata-katamu. Makasih, Mel. Kau sahabatku."

Kami bersahabat bukan berpacaran. Dia.. Tidak akan pernah mencintaiku sampai kapanpun. Dia hanya menganggapku sebagai sahabat.
Hujan sudah reda, Mike mengantarku pulang.

"Makasih hari ini ya Mel, aku jadi punya teman cerita."

"Iya, sama-sama Mike."

"Aku pulang dulu ya, sampai jumpa Melisya."

I Love You. Do You Love Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang