sebuah penyesalan (?)

179 15 0
                                    

William menghempaskan tubuhnya ke kasur kesayangan miliknya. "Sungguh, tadi itu hal yang tak terkira. Kau menyataan perasaanmu dengan memulai permainan yang tidak biasa bahkan aneh. Dan memeluk Leia dengan erat," ucap William terkikik. Wajah Edward seketika memerah "aku tidak bermaksud seperti itu!" elak Edward. William hanya tertawa kecil melihat tingkah Edward.

Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar. "Aku saja yang buka." ujar William bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju pintu kamar. Setelah dia membuka pintu, terlihat seorang laki-laki membawa sebuah surat. "William Bertin Aidan?" tanya laki-laki itu. "Benar. Apakah ini surat untukku?" ucap William. Laki-laki itu mengangguk lalu memberikan surat itu lalu pergi, William pun segera menutup pintu kamarnya. "Surat untukku? Dari siapa?" tanya William sambil melihat kearah surat tanpa nama pengirim, disurat itu hanya ada nama penerima yaitu Dia sendiri. Dia pun membuka surat itu lalu membacanya.

Seketika badan William membeku dan kedua tangan yang memengang surat langsung bergetar hebat.

Edward yang menyadari keanehan dari William "hei, ada apa?" Ucap Edward maju selangkah menuju William. "Jangan ganggu aku" ucap William. "Kau kenap-"

"SUDAH KUBILANG JANGAN DEKATI AKU!" Bentak William yang masih menghadap kearah pintu. Edward langsung tersentak dan seketika berhenti untuk melangkah lebih. Sebenarnya apa yang terjadi? Ada apa dengan William?

Edward menghela napas pendek "baiklah, jika itu maumu. Aku juga tidak ingin mencampuri urusamu. Tetapi, jika kau butuh teman. Aku dan yang lain ada untukmu. Hmm...aku tidur duluan. Kau juga harus tidur, besok kita sekolah bukan. Selamat malam," ucap Edward tersenyum tipis walaupun dia tahu kalau William tidak akan melihatnya. Lalu laki-laki tinggi itu langsung berjalan menuju tempat tidurnya dan segera tidur.

William yang masih menghadap pintu menggigit bawah bibirnya sambil meremas surat itu.

"Kenapa semua ini harus terjadi?"

__________________

'William, maafkan aku. Selama ini aku telah membuat dirimu dibenci ibu dan ayah.'

'Kau, kenapa kau melakukannya!? Kau mau melihat aku menderita seperti ini?!'

'Bukannya seperti itu, aku tidak sengaja melakukannya. Tolong maafkan aku!'

'Kau, kenapa kau meninggalkanku disaat seperti ini? Disaat semua sudah baik-baik saja. sekarang kau membuat ini semua menjadi kacau! Aku ... aku ... akan merasa kesepian sekarang!'

'Tenang, kau masih mempunyai banyak sahabat baik. Tidak seperti diriku yang tidak pernah membahagiakanmu. Sekarang, aku sudah tenang. Aku sudah bisa pergi,'

'Tidak, jangan tinggalkan aku!'

'Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku sangat menyayangimu.'

'Aku juga ...'

'Selamat tinggal,'

'Jangan tinggalkan aku! Kakak!'

"Kakak! Jangan tinggalkan aku!" ucap William dengan wajah yang memerah dan masih dalam keadaan tertidur. Dia terus mengingau memanggil kakaknya.

Edward yang sudah memakai seragamnya langsung ketempat tidur William dan menempelkan punggung tangannya ke dahi William. "William, kau demam tinggi. Apa yang terjadi? Apa jangan-jangan ini karena
Surat tadi malam?" Ucap Edward berbicara sendiri. Setelah itu dia mengambil sebuah cawan yang sudah berisi air dingin dan handuk kecil dan menyimpannya di meja kecil milik William.

Edward memang tidak sehebat Melody dalam mengobati orang. Tetapi ia masih mampu melakukan yang seperti ini.

Ia pun memasukan handuk kecil itu kedalam cawan berisi Air dingin itu lalu memerasnya. Setelah dirasa tidak terlalu basah, Edward menempelkan lipatan handuk kecil itu ke dahi William. "Sebaiknnya aku bolos saja hari ini. Nanti setelah William sudah mulai membaik, akan kuberi tahu yang lain." ucap Edward. Sebenarnya ia juga khawatir jika dia pergi ke kelas, dia takut jika nilainya akan turun dan tidak akan lulus. Namun, dia sudah menentukannya sekarang, yaitu menjaga William.

BEST FRIENDSHIP EVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang