Golden Chair

209 18 35
                                    

"Suvdan, apa sebaiknya kita mencari Golden Chair hari ini saja?" tanya Dalain dengan wajah serius. Suvdan berpikir sejenak dan menjawab "kita lihat saja nanti. Jika memang terpaksa kita akan pergi setelah semuanya selesai sekolah" balas Suvdan.

Tiba-tiba suara pintu rahasia terbuka. Membuat keduanya menoleh "Oh, Calestia! Kau datang! Kenapa tidak seko-" ucap Dalain terpotong karena yang membuka pintu itu bukan Calestia dan yang lain.

"Hai Dalain, Suvdan. Akhirnya kita bertemu lagi" ucap Seorang gadis lalu melambaikan tangannya.

"Ke-kenapa kalian datang kemari? Bukannya kau sudah kukalahkan?" ucap Suvdan bersiap mengeluarkan pedangnya. "Memangnya aku bisa mati semudah itu? Tidak akan Suvdan...kau juga masih terlalu payah melawanku" ucap laki-laki mengeluarkan gunting merahnya.

"Ngomong-ngomong...kau bertambah cantik Dalain. Aku jadi semakin suka padamu" ucap laki-laki itu membelai pipi Dalain yang juga sedang memengang guntingnya. "Hentikan ini! Sudah kubilang aku tak menyukaimu!" elak Dalain lalu melepaskan tangan laki-laki itu dengan kasar. "Dalain, kau itu milikku dan akan menjadi milikku. Tidak ada yang boleh memilikimu. Hanya aku yang boleh memilikimu wahai permaisuriku" ucap laki-laki itu membelai lagi pipi Dalain. "Lepaskan tanganmu dari wajahku!" Ucap Dalain. "Tidak akan permaisuriku~" Balas laki-laki itu.

Suvdan yang merasa terganggu, memasukkan pedangnya kembali dalam sarung pedangnnya dan melepas tangan laki-laki itu dari wajah Dalain. "Tolong jangan sentuh sahabatku dengan tangan kotormu. Lagipula Dalain sudah menolakmu. Itu berarti kau bisa mundur sekarang. Oh, maaf. Pertanyaanku belum kau jawab. Apa maksud tujuanmu kesini?" ucap Suvdan menatap tajam laki-laki itu.

"Aku datang kemari karena ingin mengambil benda ajaib yang terakhir. Karena hanya itu yang bisa kuambil. Dan ngomong-ngomong..." ucap Laki-laki itu mengeluarkan guntingnya dan menggoreskannya di pipi kanan Suvdan sampai mengeluarkan darah dan tentunya membuat kedua peri itu tersentak. "Kau tidak perlu menjadi seorang pahlawan disini. Aku sudah mengatakan jika Dalain itu milikku. Tidak ada yang boleh memilikinya. Untuk sekarang aku akan membiarkan Dalain bebas. Setelah Golden Chair ada ditanganku, akan kuambil dia dan kujadikan pemaisuriku, Ayo Leon." ucap laki-laki melepas genggaman tangan Suvdan dengan kasar lalu pergi bersama gadis yang mungkin adalah adiknya.

Suvdan memegangi pipinya yang sudah tergores benda tajam. Dalain menghampirinya dan menatapnya dengan khawatir. "Kau tidak apa-apa Suvdan? Akan aku obati lukamu." ucap Dalain menuntun Suvdan menuju sofa. Setelah duduk, Dalain pun mulai mengobati Suvdan dengan persedian yang ada. Setelah Suvdan diobati, keheningan terjadi.

Dalain menunduk dengan wajah menyesal. "Maafkan aku. Kau terluka karena aku." ucap Dalain. Suvdan tersenyum lalu menaruh tangannya diatas kepala Dalain. "Aku tidak apa-apa. Ini bukan salahmu. Tetapi, kau harus berjanji tidak meninggalkanku dan yang lain, bagaimana?" Ucap Suvdan seraya tersenyum kearah Dalain.

Dalain menatapa Suvdan lalu tersenyum "ya, aku akan berjanji tidak meninggalkanmu dan yang lain. Dan juga, kita harus mengambil Golden Chair secepatnya." ucap Dalain.

"Benar, kita harus mengambil Goleden Chair secepatnya. jika tidak si kembar itu akan mengambilnya"
________________

Sementara di sekolah Cresent School

"Anak-anak, kita kedatangan murid baru. Silahkan perkenalkan dirimu." ucap Ibu Mathilda menyuruh seseorang disampinya untuk memperkenalkan diri.

Dia adalah gadis cantik yang memiliki rambut merah muda yang ombres ke hot pink dan terikat ke kuncir, dia mengikat rambutnya dengan menggunakan dua tabung, dan memiliki klip kecil berwarna merah di sisi kiri wajahnya. "Perkenalkan, namaku Leona Tipton. Aku baru saja tinggal di kota ini kemarin. Jadi, mohon bantuannya semua. Semoga kita bisa menjadi teman baik." ucapnya seraya memperlihatkan senyumnya yang terbilang manis dan menawan itu.

BEST FRIENDSHIP EVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang