Seorang gadis kecil, bukan, gadis remaja tengah menghampiri seorang lelaki tampan. Lelaki itu terlihat sudah dewasa, tapi muda. Bukan hari ini saja bertemu, kemarin pun juga bertemu. Tapi sayangnya mereka tak mengatakan apapun, tak menyapa juga.
"Permisi, Sir"
Lelaki itu menoleh, tatapannya dingin. "Ya, ada apa, gadis kecil?"
"Umm.."
"Rifya" panggil seorang lelaki paruh baya pada gadis tersebut. Lelaki paruh baya itu ayahnya, yang berada di mobil.
Kesempatan ini memang tidak bagus bagi Rifya. Belum tepat waktunya untuk menemui lelaki muda tampan yang memakai setelan jas itu. Segera Rifya menunduk.
"Umm.. mungkin lain kali saja, Sir" kata Rifya, lalu dia berlari menuju mobilnya dan segera masuk.
Tatapan lelaki itu tak lepas dari mobil hitam yang baru saja Rifya masuki. Sampai akhirnya mobil itu hilang dari pandangannya, dan dia kembali berjalan menuju mobilnya dan segera berangkat kerja.
🙏
"Kau kenal dengan Eltra, nak?"
Rifya menengadah, menatap ayahnya dengan wajah bingung. "Jadi, lelaki itu namanya Eltra?"
"Ya, dia rekan kerja Dad di perusahaan lain" jawab Dad.
"Oh, begitu"
Dad yang masih mengendarai tetap fokus pada jalanan. "Dia itu lelaki idaman, ya. Muda, tampan dan mapan. Kau tahu? Dia itu pemilik perusahaan ternama, padahal masih sangat muda"
"Oh" sebenarnya Rifya tidak tertarik dengan obrolan itu. Dia hanya ingin menemui lelaki yang bernama Eltra itu karena ada sesuatu yang penting.
"Ada apa kau menemui Eltra?" Tanya Dad.
"Oh, tidak. Hanya ingin berkenalan saja" kata Rifya. "Aku berpikir sepertinya dia tetangga yang baik"
"Aha, dia memang tetangga yang baik" jawab Dad. "Bagaimana kondisimu saat ini? Baik? Bila tidak sehat, lebih baik kita putar balik dan kembali ke rumah"
"Tidak. Aku baik. Aku ingin tetap berangkat sekolah"
"Fine"
🐺
Rifya terdiam memandang teman-temannya yang sedang berolahraga di lapangan sekolah. Mereka antusias bermain basket dan voli. Sedangkan Rifya hanya berdiam diri di kelas memandangi mereka. Rifya mengibaskan rok pendek yang dia kenakan hari itu. Dia duduk di tempat berdebu.
"Reef"
Rifya mendengus, lalu menatap lelaki yang berada di ambang pintu. "Please, namaku Rif. R-i-f bukan Reef" kesal Rifya.
"Okay, maaf, Rifya"
"Tidak apa, Antonio" jawab Rifya, dia lalu duduk di tempat duduknya sendiri.
Lelaki yang bernama Antonio itu menghampiri Rifya, memutar bangku depan dan duduk menghadap Rifya. Mereka bertatapan dengan wajah sama-sama datar.
"Masih sakit? Harusnya jangan masuk sekolah" kata Antonio.
Rifya meraba laci mejanya, mencari sesuatu. Lalu memberikannya pada lelaki yang berada di depannya. "Bersihkan wajahmu. Banyak keringat" kata Rifya.
Tatapan Antonio beralih ke tisu yang disodorkan oleh Rifya, lalu mengambilnya. "Danke"
"Du sind wilkommen"
Ada senyuman tipis tersudut di bibir Antonio saat sedang membersihkan wajahnya dari keringat. Terkadang Rifya menyukai senyuman itu, sungguh menghangatkan baginya. Ada suatu pesona yang tak terduga dari wajah Antonio.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PRINCE OF HURT
RomanceSiapa yang tahu bila takdir mempertemukan kembali Rifya dengan seorang yang tak dia kenal. Tidak tahu nama, asal daerah, dan lainnya. Yang dia tahu hanyalah wajah. Berawal dari pertemuannya di olimpiade fisika dan kemudian bertemu kembali untuk mene...