Seperti biasa dengan hari lainnya. Rifya hanya berdiam diri di kelas. Tak ada satu pun seseorang yang mengajaknya mengobrol. Bahkan sampai sepulang sekolah pun seperti itu. Dia hanya sendirian, tak mempunyai teman. Antonio? Oh, dia bukan teman Rifya. Hanya sekedar lelaki baik, itu saja, tidak lebih.
Dan seperti biasa juga, para gadis di kelas Rifya saat pagi hari selalu saja meminta tagihan. Tagihan yang akan menghasilkan nilai bagus. Tentu saja, homework.
"Hey, Jerk! Mana tugasmu?" Tagih Tisha yang baru saja datang.
Rifya mengeluarkan bukunya dan lalu melemparnya ke wajah Tisha. "Sekalian saja dimakan!" Kesalnya.
"Brengsek kau!" Bisik Tisha menahan kekesalan. Lalu dia duduk di tempatnya dan mulai mengerjakan bersama kumpulan temannya.
Baru saja Antonio menjejakkan kakinya ke kelas, dia melirik kumpulan gadis yang suka berdandan itu. Betapa liarnya mereka saat menyontek tugas Rifya. Ya, dia tahu bahwa gadis-gadis itu sedang menyontek tugas Rifya. Siapa lagi yang pintar di kelas selain Rifya? Hanya Rifya sang juara kelas, dan tak akan ada yang bisa mengalahkannya, bahkan Antonio sekalipun.
Pandangan Antonio beralih kepada teman-temannya di pojok ruang kelas. Seperti biasa, kumpulan lelaki di kelas memang suka membuat gaduh meski masih pagi hari. Mereka semua bercanda ria, juga suka bernyanyi. Membuat lelucon dengan nyanyian. Antonio segera duduk di tempatnya, lalu menatap gadis di depannya.
"Jerk!" Panggil Buzz.
Tak ada sahutan. Gadis yang di tujunya justru hanya diam memainkan handphonenya. Dan lagi, Buzz memanggil gadis itu.
"Jerk! Hey, kau dengar aku?" Teriak Buzz.
Antonio mendengus, lalu menoleh ke arah Buzz. "Panggil dia dengan nama, Buzz"
"Oh, well.." Buzz berdeham. "Reef.."
Seketika para penghuni kelas tertawa geli hingga terpingkal-pingkal di lantai. Bahkan Buzz juga, terkecuali Antonio dan Rifya. Menurut mereka berdua, itu tidak lucu. Sebagaimana Rifya kesal, dia mencoba untuk menahannya. Dia hanya mendengarkannya, dan tak akan berkomentar lebih.
"Hey, dia juga tak mendengar" kesal Buzz. "Dia ini tuli, ya?"
Beberapa dari mereka masih ada yang tertawa. Thomas mendatangi Rifya dengan tampang tak berdosa, dengan wajah seperti sedang menggoda gadis imut itu. Dia bersimpuh sambil melipat tangannya di meja Rifya. Kumpulan gadis-gadis menganga dengan ekspresi terkejut.
"Thomas, apa yang kau lakukan?" Pekik Becca dengan wajah sedikit jijik.
"Sstt.. diam, gurl!" Bisik Thomas, lalu kembali menatap Rifya. "Hey, cutie. Sedang apa?"
Lirikan tajam mulai tersorot ke arah Thomas. Lalu Rifya kembali menatap handphonenya. "Kau buta, ya?" Tanyanya.
Thomas terkesima. "A..umm.. apa?"
"Sekarang kau tuli" desis Rifya dengan suara pelan. Dia kesal dengan apa yang dilakukan Thomas.
"Oh, damn! Aku hanya ingin basa basi denganmu" kata Thomas. "Kau ini menyebalkan juga, huh! Pantas saja kau tak punya teman!"
Beberapa murid tertawa melihat kejadian itu. Mereka senang Rifya kembali disalahkan. Tapi Rifya seakan tak mau berurusan dengan semua orang yang berada di sana.
"Aku tidak peduli" jawab Rifya dengan suara yang sangat halus.
Antonio menatap Thomas dengan wajah lelah. "Bukan begitu caranya, Thomas" katanya. Lalu dia menyuruh Thomas agar mendekat dan kemudian membisikkan sesuatu.
Bisikkan itu membuat Thomas kembali ceria. Dia mengangguk cepat, kemudian kembali ke meja Rifya dengan tatapan bahagia. Semua yang melihat itu kembali bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PRINCE OF HURT
RomanceSiapa yang tahu bila takdir mempertemukan kembali Rifya dengan seorang yang tak dia kenal. Tidak tahu nama, asal daerah, dan lainnya. Yang dia tahu hanyalah wajah. Berawal dari pertemuannya di olimpiade fisika dan kemudian bertemu kembali untuk mene...