Ask me now 34

84 4 0
                                    

Eltra mendatangi keluarga Rifya. Mereka berbincang-bincang dan melakukan rencana baru. Pada keputusan akhir, Robert terpaksa membiarkan Rifya lepas dari obat-obatan yang akan dibuat lagi oleh Paul.

"Aku akan menjaga rumah sakit ini. Pasang beberapa cctv di sekitar koridor dan kamar rawat" perintah Eltra. "Aku akan mengkonfirmasi hasilnya bersama partner rumahku"

Paul beralih menatap kakaknya. "Robert, kau yakin? Aku.." Paul menunduk. "Aku rela menanggung semua kesalahanku. Lebih baik aku membawa Hayden kepada pembuat zat itu"

"Tidak perlu. Percuma saja" Robert menunduk. "Butuh waktu untuk mencari orang itu. Daripada membuang waktu itu, lebih baik kita gunakan untuk membuat Hayden bahagia"

Samantha melirik suaminya. "Membahagiakan Hayden? Dengan cara apa?"

"Seperti berada bersamanya sepanjang hari, bercanda ria bersamanya.." Robert menatap istrinya dengan mata berkaca-kaca. "Selama ini kita kurang waktu untuk bermain bersamanya. Biarkan aku menebus kesalahanku sebagai ayah. Aku menyesal karena selalu memaksanya menjadi anak genius"

Kini Samantha memeluk Robert. "Robert.. kau tidak salah.." lirihnya. "Kau hanya ingin mencoba membuat Hayden lebih baik"

"Tapi aku terlalu memaksakannya dengan cara yang salah" kata Robert sambil membalas pelukan itu. "Mari kita mulai yang baru"

Eltra menutup mulutnya sambil bersandar di dinding, begitupun Paul. Mereka saling diam. Terutama Paul yang merasa sangat bersalah.

🌵

Rifya mencoba menelepon Peter, tapi tak dijawab. Lalu dia mengirim pesan, tapi tak dibalas. Pada akhirnya, dia memutuskan untuk menghubungi Peter lewat medsos.

Medsos milik Rifya memang privasi. Hanya orang yang paling dekat yang tahu. Bahkan Jan pun tak mengetahuinya. Dia juga memakai nama palsu di medsosnya.

Kebetulan Peter online di medsos itu. Dia pun melihat sejenak aktivitas Peter di medsos. Dan beberapa saat dia terdiam memandang sebuah foto yang di posting oleh Peter. Lelaki itu upload foto bersama lelaki lain yang terlihat sangat mesra, begitu dekat, dan terlihat seperti bukan keadaan normal.

Rifya bangun dari tidurnya. Dia berusaha keras melihat dengan benar. Matanya juga sedang baik, normal, tidak buram. Mengejutkan. Peter upload foto bersama Tyler, begitu mesra.

"What the fuck, Peter.." bisik Rifya seolah tak percaya apa yang dia lihat. Dia kembali scroll up hingga paling bawah. Dia lalu mengirim pesan lewat medsos itu.

Ducky duck: hey, Peter. Aku butuh nomer telepon Jan sekarang juga

Peter Hernandez: kau siapa?

Ducky duck: Rifya

Peter Hernandez: hey, sayang. Apa kabarmu? Lama sekali tidak bertemu denganmu. Kau sakit apa?

Ducky duck: hanya terlalu lelah. Bisa kau kirim nomer telepon Jan sekarang juga? Aku butuh

Peter Hernandez: xxx-xxxxxxxxx

Ducky duck: terima kasih, Peter

Peter Hernandez: sama-sama, sayang

Setelah Rifya mendapatkan nomer telepon Jan, dia lalu menyimpannya di kontak.

🍲

Jan tertawa geli bersama Lee. Ya, kini dia berada di rumah Lee sesuai perintah Rifya. Kini mereka seperti reuni, walau hanya berdua saja. Di sana sudah ada Calon tunangan Lee. Wanita itu begitu cantik.

"Payah kau, Jan! Ayolah, taklukan hati wanita.." rayu Lee. "Kau bisa dapatkan Rifya. Percayalah padaku"

Jan tertawa dalam diam. "Yeah, aku akan berusaha"

THE PRINCE OF HURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang