Two month later..
Rifya terus membalik buku pelajaran, seolah mencari sesuatu. Tapi dia tak menemukan apa yang di cari. Akhirnya dia diam sendiri, mencatat tulisan di papan tulis. Dosen terus berbicara dan menjelaskan, para mahasiswa sibuk sendiri. Ada yang memerhatikan, ada yang tertidur, ada yang rajin mencatat, ada yang sibuk dengan handphone, dan bahkan ada yang menatap dosen dengan penuh gairah. Ya, biarpun dosen itu sudah berumur, tapi tubuh sixpack-nya terlihat jelas dari balik kemeja putih super ketat itu.
Seorang dari sebelah kiri mencolek lengan Rifya. Refleks Rifya menoleh. Lelaki berkacamata yang terlihat nakal.
"Hey, murid baru! Namamu siapa?" Sapa lelaki berkacamata itu.
Rifya tak menggubrisnya, dia segera beralih ke buku catatannya. Rifya memang murid baru. Dia telat masuk kuliah satu bulan lamanya, di karenakan harus mengikuti pelatihan menembak dan bela diri secara intensif. Itu semua ulah Eltra.
"Hey, sombong sekali.." gerutu lelaki berkacamata. "Kau dari man-"
"Lucas! Bisakah kau tidak mengobrol?" Tegur dosen dari depan. "Mau menggoda anak gadis lagi?"
Tawa memenuhi ruangan kelas. Lelaki berkacamata itu berdecak kesal, lalu menunduk. Menahan malu karena di tertawakan teman-temannya. Rifya tak mempedulikan, dia tetap fokus pada bukunya.
Setelah tawa mereda, dosen kembali menjelaskan. Kini Rifya tidak mendengarkan. Dia justru terfokus pada dirinya sendiri. Sambil memandang buku catatannya. Lalu dia mulai mencatat apa yang harus dia beli. Dia benar-benar aneh saat itu.
Tak berapa lama kemudian, datang beberapa mahasiswa lelaki. Tentunya dosen marah, karena mereka terlambat 2 jam pelajaran. Mereka semua di hukum untuk membuat makalah. Mahasiswa di kelas tertawa girang. Mereka senang karena hukuman tersebut memang sangat menyakitkan. Rifya tak memerhatikan pertunjukan itu, dia justru sedang menunduk penuh. Dia memikirkan jumlah uang yang dia bawa dan cukup atau tidak bila dia membeli banyak buku tambahan pelajaran untuk di rumah.
Setelah dosen memberi hukuman, para mahasiswa itu duduk. Bangku yang kosong, kini terpenuhi, termasuk bangku di sebelah kanan Rifya.
Lagi-lagi lelaki berkacamata di sebelah Rifya mencolek Rifya lagi. "Hey, nanti makan di kantin bersama, ya" bisiknya. "Aku yang akan traktir"
Rifya memutar bola matanya dengan malas, lalu kembali membaca buku pelajaran.
"Siapa, Luc?" Tanya lelaki di sebelah kanan Rifya.
"Entah.. dia tak mau memberitahu" jawab Luc.
Lalu percakapan terhenti karena dosen menegur mereka berdua. Rifya semakin bosan. "Sepertinya aku salah masuk jurusan" gumamnya dalam hati. Tak kuat karena pelajaran 4 jam nonstop tanpa melakukan hal lain selain duduk dan menulis. Tapi Rifya tetap berusaha menguatkan diri, dia tetap menulis semua penjelasan dosen.
⛄
Waktu yang di tunggu datang. Pelajaran selesai. Rifya bernapas lega dan para mahasiswa berhamburan keluar. Kini Rifya terdiam di tempat duduknya, memikirkan sesuatu. Uang. Ya, dia tak membawa uang banyak saat hari pertama masuk kampus. Karena dia mengendarai mobil. Mobil? Siapa lagi kalau Eltra yang menyuruh. Memang jadi hemat uang perjalanan, tapi tetap saja Rifya takut polisi tahu kalau dirinya adalah pengendara di bawah umur.
Baru saja Rifya memasukkan buku catatannya, lelaki di sebelah Rifya mencolek lengan Rifya.
"Hey, girl. Apa kau mencatat semua yang di papan tulis? Boleh aku pinjam?"
Rifya mengangguk, lalu menoleh. "Ya-" dia terdiam seketika. Jantungnya berdebar kencang.
"Hayden!"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PRINCE OF HURT
RomanceSiapa yang tahu bila takdir mempertemukan kembali Rifya dengan seorang yang tak dia kenal. Tidak tahu nama, asal daerah, dan lainnya. Yang dia tahu hanyalah wajah. Berawal dari pertemuannya di olimpiade fisika dan kemudian bertemu kembali untuk mene...