Three years later...
Jan berjalan sambil meminum kopinya. Dirinya sedang tergesa-gesa karena sudah telat berangkat ke kantor. Beberapa kali dia melihat jam tangannya. Dan saat kesekian kalinya memandang jam tangannya, seseorang tertabrak dengannya hingga kopi yang dia bawa tumpah ke jas dan kemeja putih yang dia kenakan untuk ke kantor hari itu. Jan syok dan melihat seorang gadis telah terjatuh didepannya.
"Maaf" kata gadis itu sambil berdiri dan membersihkan bagian belakang tubuhnya.
"Umm.. ya, tolong lain kali hati-hati, gadis kecil" kata Jan dengan wajah pasrah.
Lalu gadis itu kembali berlari tanpa menghiraukan kemeja Jan yang bernoda kopi atas ulahnya. Jan menghela napas panjang, dia melempar gelas kopi itu tepat ke tempat sampah terdekat dan kemudian melangkah. Tapi dia tersentak ketika dia menginjak sesuatu. Dia mengangkat satu kakinya dan melihat benda kecil yang baru saja dia injak. Tanpa menunggu apapun, dia segera mengambil benda itu.
Sebuah flashdisk berwarna biru yang bertuliskan 'blue' khas tulisan anak-anak. Jan menoleh ke belakang, berharap wujud gadis yang menabraknya masih ada. Tapi dia kebingungan, karena dia tak melihat gadis itu saat di depan matanya.
Jan mengangkat bahunya, dia menyimpan flashdisk itu di saku jasnya. Dan kemudian dia melanjutkan perjalanannya menuju kantor.
👏
"Justin! Berhenti!" Teriak Rifya yang mulai kelelahan. Dia pun berhenti berlari. "Bajingan! Aku akan membunuhnya, lihat saja nanti!" Gerutunya sendirian.
Rifya mengernyit. Dia memandangi kedua tangannya yang kosong, tak ada apapun. Dia lalu merogoh saku blazernya, dan kemudian merogoh rok pendeknya yang bukan span. Dan dia pun panik.
"FLASHDISK" teriak Rifya dengan nada horor.
Beberapa orang yang berlalu lalang menatap Rifya dengan aneh dan heran. Rifya segera berbalik dan berjalan pelan mencari dimana jatuhnya flashdisk miliknya. Matanya menatap jalanan dengan liar. "Ini semua karena Justin, semuanya jadi kacau! Aku tak akan lagi percaya pada janji lelaki tampan! Meski harus dengan konsekuensi membunuh. Apa-apaan dia. Menjanjikan aku tinggi, tapi aku tak pernah tinggi" gerutunya sendirian di jalanan.
💁
Baru saja menempati tubuhnya duduk di kursi kerja, seorang perempuan mendatangi bilik Jan. "Sir, hari ini ada meeting penting. Nanti siang sekitar jam satu" kata perempuan cantik itu.
"Hmm.. aku tidak bisa menghadirinya" Jan bersandar di kursi. "Aku ternodai"
Perempuan itu tertawa kecil. "Wah.. aku kira ternodai karena gadis nakal. Ternyata ternodai oleh kopi" celetuknya.
"Ini juga karena gadis nakal, yeah" kata Jan dengan suara bisikkan. "Gadis kecil yang membolos sekolah dan berlarian di pingir jalan"
"Sir, kau ini suka sekali bercanda" cetus perempuan itu sambil tertawa, lalu dia berbalik. "Okay. Aku pergi dulu"
"Yeah, terima kasih, Georgina" sahut Jan.
Jan pun mengeluarkan flashdisk yang ditemukannya di jalanan. Dia menyalakan komputer dan menacapkan flashdisk itu ke CPU. Dilihatnya hanya ada dua folder yang tak bernama. Dia memeriksanya satu persatu. Satu folder tersebut berisi perancangan konstruksi bangunan.
"Hmm.." Jan mengernyit. "Ini seperti rancangan yang sedang dibuat oleh kantor ini" gumam Jan sendirian. "Apa pemiliknya juga bekerja di sini? Tapi, bukankah itu murid sekolahan?"
"Errr.. dasar gadis sialan!"
Jan mundur, dia melihat rekan kerja di sebelahnya tengah menggerutu sendirian. "Ada apa, Peter?" Tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PRINCE OF HURT
RomanceSiapa yang tahu bila takdir mempertemukan kembali Rifya dengan seorang yang tak dia kenal. Tidak tahu nama, asal daerah, dan lainnya. Yang dia tahu hanyalah wajah. Berawal dari pertemuannya di olimpiade fisika dan kemudian bertemu kembali untuk mene...