Rifya mengirim pesan pada Jan bahwa dirinya sudah sampai di kampus. Tapi belum ada balasan dari Jan. Lalu dia segera berjalan menuju tempat yang di janjikan Jan.
Kosong. Tak ada siapapun. Rifya berdecak kesal. Dia pun menelepon Jan.
*hey, January di sini. Silahkan tinggalkan pesan*
Rifya mematikan sambungan. Handphone Jan tidak aktif. Dia pun mencobanya sekali lagi.
*hey, January di sini. Silahkan tinggalkan pesan*
"Astaga, Jan kemana?" Gerutu Rifya kesal. Dia pun memutuskan untuk ke kantin kampus.
Baru saja sampai di dekat koridor kampus, seseorang berlari ke arah Rifya sambil memanggil nama Rifya dengan sebutan 'Hayden'. Rifya segera menoleh ke samping, dia mengernyit.
"Hayden, uh, akhirnya bertemu denganmu"
Rifya mengangkat alisnya. "Drey?"
"Yeah, ini.." Drey memberi sebuah buku dengan cover berlapis kulit berwarna cokelat. "Ini buku diary milik Jan. Aku lihat buku ini tertinggal di dekat pohon sejam yang lalu"
"Buku diary?" Rifya tertawa kecil. "Sepertinya bukan punya Jan. Dia pemalas, tak mungkin menulis buku diary"
Drey mendengus. "Aku serius. Ini punya Jan. Tadi aku menemukannya saat berjalan lewat taman. Aku mencoba menghubunginya, tapi handphonenya tidak aktif. Nah, aku titipkan padamu saja" katanya, lalu menyodorkan buku itu.
"Handphone Jan tidak aktif. Kau menelepon dia kapan?" Tanya Rifya sambil mengambil buku itu.
"Sejam yang lalu, sejak aku temukan buku ini" kata Drey. "Kau bawa saja, ya. Aku sibuk!"
"Tapi kau sekamar dengannya. Kau lebih dekat"
Drey menggeleng. "Dua bulan ini aku sudah tidak tinggal di asrama. Orang tuaku pindah ke Jerman, jadi aku tinggal bersama orang tuaku. Sekarang Jan tidur sendirian di asrama" jawab Drey. "Aku juga jarang bertemu Jan lagi"
Rifya terdiam sejenak, lalu memandang buku bersampul kulit itu. "Memangnya Jan suka menulis di sini? Aku tidak percaya. Dimana dia?"
"Jan sering menulis kejadian yang menurutnya menarik. Aku sering melihatnya menulis di buku itu tiap tengah malam sebelum pergi bekerja" kata Drey. "Tadi pagi aku bertemu Jan, dia bilang bahwa akan pergi bersamamu sore ini. Maka dari itu, aku ingat kalau dia akan pergi bersamamu dan kebetulan bertemu denganmu di sini. Tolong bilang padanya, jangan tinggalkan barang di sembarang tempat! Dia suka ceroboh!"
"Kau bertemu dimana?"
"Tadi pagi bertemu di dekat taman, biasa.. dia suka menulis di taman juga" kata Drey sambil terkekeh. "Mungkin setelah menulis, lalu tertinggal di taman"
Rifya mengangguk. "Hmm.. begitu"
"Okay, hari ini aku ada bimbingan. Sampai jumpa lagi!" Drey pun pergi menuju lantai atas.
Pandangan Rifya kembali ke buku yang di duga milik Jan. Rasanya ragu, dia pun mencoba menghubungi Jan.
*hey, January di sini. Silahkan tinggalkan pesan*
"Aku pulang saja" batin Rifya karena kesal.
📣
Tak hentinya Rifya memandangi gembok kecil yang menggantung di pinggiran buku bersampul kulit cokelat itu. Lagi, Rifya mencoba menghubungi Jan
*hey, January di sini. Silahkan tinggalkan pesan*
Tut..
"Hey, Jan. Kau dimana? Tadi aku sudah sampai di kampus, tapi kau tidak ada. Tolong hubungi aku setelah handphonemu aktif lagi. Bye, buntut kuda"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PRINCE OF HURT
RomanceSiapa yang tahu bila takdir mempertemukan kembali Rifya dengan seorang yang tak dia kenal. Tidak tahu nama, asal daerah, dan lainnya. Yang dia tahu hanyalah wajah. Berawal dari pertemuannya di olimpiade fisika dan kemudian bertemu kembali untuk mene...