Exam 8

180 9 1
                                    

Tiga hari berlalu. Sama dengan hari pertama penyuluhan. Dan kini hari keempat. Pagi itu pintu kamar Rifya di ketuk berkali-kali. Rifya membukanya dan ada beberapa mahasiswa peserta olimpiade di depan kamarnya.

"Hey, girl. Boleh kami berkunjung ke kamarmu?" Tanya Gracion.

Semua mahasiswa itu menyengir. Dengan keterpaksaan, Rifya melebarkan pintunya dan mempersilahkan mereka masuk. Ada 5 orang lelaki dan 2 perempuan yang masuk. Ditambah Rifya, menjadi 8 orang di dalam kamar itu. "Mau apa mereka?" Batin Rifya. Lalu dia menutup pintu.

Para mahasiswa itu terjun ke ranjang king size. Lalu berteriak rusuh dan saling tertawa. Sekarang ranjang itu sudah berantakan karena ulah para mahasiswa. "Sialan!" Umpat Rifya dalam hati. Dia masih bersabar. Dia pun duduk di kursi dekat meja belajar yang sudah di sediakan. Dia melanjutkan menonton kartun di televisi.

"Dasar anak kecil! Masih saja menonton Spongebob"

Rifya menoleh, ternyata itu Jimmy. Lalu Rifya kembali menonton televisi. Grecion mengajak Rifya bergabung duduk di ranjang. Lalu dia memperkenalkan beberapa mahasiswa di sana.

"Okay, kau tahu ini Jimmy, aku Gracion, Isac, yang berambut keriting itu namanya Agon, yang tinggi kurus itu namanya Terevan, gadis berambut pirang itu Rebecca dan gadis berambut hitam itu Monalisa"

"Mona!" ralat gadis berambut hitam itu. "Tidak pakai lisa"

Semua tertawa, kecuali Rifya yang hanya diam. Lalu mereka berbincang-bincang.

"Nyaman sekali di sini.." gumam Rebecca. "Sendiri. Daripada harus bertiga, juga dengan Monalisa, tidak bisa diam tidurnya"

"Kau juga!" Ketus Mona.

"Hey, namamu siapa, gadis kecil?" Tanya Agon. "Sampai sekarang aku belum tahu siapa namamu"

Rifya mengernyit. "Memangnya tidak lihat di depan pintu?"

"Tidak ada" ketus Jimmy. "Katakan saja siapa namamu! Sulitkah?"

"Ya" jawab Rifya. "Belum tentu kau bisa menyebutnya dengan baik"

"Aku lihat di pintu kamarku.. Rifff...Rifya?" Pikir Terevan.

Rifya mengangguk. Lalu Jimmy bergegas mengulangnya. Lalu mereka semua membicarakan sulitnya nama Rifya dan berhati-hati mengucapkannya. Pandangan Rifya kembali ke televisi. Rasanya tak mau melewatkan sedikitpun adegan konyol di kartun itu.

"Hey, kata Miss Linn, kita akan berkunjung ke perpustakaan" kata Agon. "Aku sudah pernah ke sana, banyak buku yang bagus"

"Oh, ya?" Sambung Jimmy. "Aku sedang mencari terapan fisika. Tidak ada di Poland, kira-kira ada di perpustakaan itu, tidak, ya?" Gumam Jimmy.

"Sepertinya.." jawab Agon sambil mengangkat bahu. "Aku yakin di Poland ada, mungkin kau belum menemukannya"

"Yeah" Jimmy mengernyit. "Kampus yang akan aku masuki agak berbeda. Entah, terlihat aneh. Perpustakaannya tidak begitu lengkap. Jadi kecewa karena bukunya sedikit"

"Belum tentu kau membaca semuanya, Jim" sahut Isac, lalu ada canda tawa.

Pikiran Rifya menangkap sesuatu yang tidak diduga. Dia memandangi Jimmy untuk sekali lagi. Lelaki itu terlihat angkuh, menyebalkan, tak terlihat pintar, terlihat nakal, tapi ternyata Jimmy termasuk nerd boy. Ada suatu prasangka salah yang selama ini dicatat Rifya dalam kepalanya. Bahwa setiap orang yang menyebalkan, ada sesuatu yang spesial.

Rifya kembali melihat televisi, ingin tertawa ketika Spongebob dan Patrick mengeluarkan suara khas lumba-lumba. Tapi tawanya tertunda karena para pengurus olimpiade menyuruh semua peserta segera masuk ke dalam bus.

THE PRINCE OF HURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang