Berkali-kali Dad menelepon Rifya, tapi gadis itu tidak menjawab panggilan. Sampai akhirnya, Dad menyuruh Eltra menelepon Rifya.
"Tuan Collins, tolong telepon Hayden. Aku khawatir terjadi sesuatu padanya" kata Dad.
Eltra mengambil handphonenya di ruang kerja. "Sudah lebih dari dua bulan ini aku juga menghubungi Hayden, tapi dia tak mengangkatnya. Aku mengirim pesan, dia tak balas. Sampai aku menelepon Maid di sana, dia tak mau bicara padaku" kata Eltra, lalu menekan call di handphonenya. "Aku coba"
Lalu mereka menunggu panggilan itu di jawab oleh Rifya. Sayangnya, Rifya tak mengangkatnya juga meski berkali-kali di hubungi. Lalu Eltra memutuskan untuk menelepon Maid di sana.
"Hallo, Lexa. Ya, ini aku" jawab Eltra. "Dimana Hayden?"
"..."
"Bisa tolong panggilkan? Ini penting" kata Eltra.
"..."
Terdengar suara teriakan Lexa memanggil majikannya. Memang Lexa paling tidak sopan pada majikannya, tapi Eltra suka.
"..."
"Serius, ini penting. Tuan Hawthorne menghubunginya, tapi tak di jawab. Tolong beritahu dia agar segera mengangkat teleponnya" tegas Eltra.
"..."
"Handphonenya hilang di rumah?" Eltra mengernyit. "Bukankah-"
"Apa?" Suara dingin tengah menyela pembicaraan Eltra.
"Hayden, ayahmu mau bicara" kata Eltra. Lalu dia memberikan handphonenya pada Dad.
"Hayden, apa kabarmu?" Sapa Dad.
"Baik"
"Kenapa tidak menjawab panggilan Dad? Kau tahu? Aku ini sangat khawatir padamu" pekik Dad.
"Hmm.."
"Kau sudah makan? Bagaimana kuliahmu di sana? Senang?" Tanya Dad.
"Biasa saja"
"Sayang, kau butuh sesuatu? Handphonemu hilang? Mau diganti?" Tanya Dad.
"Nanti aku cari"
"Ada apa denganmu, nak? Kau seperti sedang marah" Dad mengernyit. "Apa ada masalah?"
"Tidak ada"
Dad menghela napas. "Apa kau punya masalah dengan Eltra?"
"Aku? Dia yang punya masalah! Bukan aku!"
Dad melirik Eltra, lalu kembali memandangi jendela kantor. "Begitu? Okay. Jadi, kau butuh apa saja? Mau handphone baru? Laptopmu masih bisa di gunakan? Apa ada sesuatu yang rusak?" Tanya Dad.
"Ya, terserah Dad mau belikan aku apa. Kalau bisa, kirim Nathan ke sini"
Dad tertawa. "Kau ini, aneh-aneh saja! Besok aku akan kirim handphone untukmu, ada lagi? Mau Tab? Atau yang lain?"
"Dad, belikan aku berlian"
"Hah?" Dad mengernyit. "Mau bentuk kalung atau-"
"Maksudku, bentuk kecil. Kau tahu maksudku, bukan? Yang seperti imitasi di tempel di.. ah, bagaimana menjelaskannya padamu, ya?"
"Ha.. ya, aku mengerti" Dad mengangguk. "Bentuk kecil-kecil yang seperti 'Diamond', benar?"
"Ya, itu maksudku. Yang banyak!"
"Hah?" Dad menganga. "Gila kau!"
"Aku bercanda, Dad. Umm.. kirimkan saja uang, aku mau beli"
"Memangnya untuk apa, nak?" Dad mengernyit.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PRINCE OF HURT
RomanceSiapa yang tahu bila takdir mempertemukan kembali Rifya dengan seorang yang tak dia kenal. Tidak tahu nama, asal daerah, dan lainnya. Yang dia tahu hanyalah wajah. Berawal dari pertemuannya di olimpiade fisika dan kemudian bertemu kembali untuk mene...