Go away 6

185 10 0
                                    

Handphone Rifya bergetar berkali-kali di nakas, membuat Rifya harus terbangun. Dia lalu mengambilnya. Banyak sekali pesan yang belum di baca.

12-07-xxxx
Toxo: hey, aku dengar dari Nathan kau tak mau keluar kamar
Toxo: ayolah, jangan sakiti dirimu
Toxo: maaf, ya. Aku tidak bisa datang ke rumahmu. Aku takut ayahmu mengamuk

13-07-xxxx
Toxo: Babi, sudah sarapan?
Toxo: hey, keluarlah dari kamarmu
Toxo: Hayden..

14-07-xxxx
Toxo: hey, kapan kau akan keluar?
Toxo: kau tidak makan, ya?
Toxo: sialan! Cepat makan!
Toxo: jangan bunuh diri

Yesterday
Toxo: astaga anak ini
Toxo: perlukah aku membunuh ayahmu agar kau keluar dari kamar dan segera makan?
Toxo: sampai besok kau belum makan, kupastikan ayahmu tidak bernyawa

08:30
Toxo: Hayden?

08:43
Toxo: kau masih belum mau keluar?

09:48
Toxo: kau yakin membiarkanku di depan kamarmu seharian?
Toxo: keluarlah!

Seketika Rifya terbangun dengan syok. "Apa dia benar membunuh Dad?" Batinnya dengan jantung yang tak mau berdetak pelan.

"Hay, aku tahu kau sudah bangun"

Suara dari luar kamar membuat Rifya terlonjak kaget hingga handphonenya tak sengaja melompat jatuh ke lantai. Beruntung Handphonenya tidak retak atau rusak. Rifya lalu segera mengambil handphonenya dan meletakkannya di nakas.

"Keluarlah, Hay!"

"Kau membunuh Dad?" Teriak Rifya semakin panik.

"Hmm.. kebetulan Mom dan Dad sudah pergi sejak pagi tadi. Entah kemana" jawab lelaki di seberang pintu. "Keluarlah! Kau aman"

Rifya terdiam sejenak. "Sebaiknya kau pergi. Kalau Dad datang, pasti dia akan marah lagi"

"Bukankah aku berjanji akan membunuhnya kalau kau tak makan sampai hari ini? Keberuntunganku, dia mati sebelum memarahiku"

"Gila!" Celetuk Rifya tanpa memikirkan terlebih dahulu. Dia lalu berjalan menuju pintu dan membukanya.

Nampak sosok lelaki tampan tengah berdiri di depan kamarnya membawa segelas susu dan sepotong roti yang masih terbungkus kemasan.

"Oh, Tuhan. Kau tampak sangat buruk, Hay" kata Eltra sambil menggelengkan kepalanya dan air muka yang tampak sangat syok.

Gadis imut itu memang terlihat sangat buruk kali ini. Lusuh, rambut berantakan, kantung mata menghitam, pipi yang semakin tirus, mata yang sayu dan tampak lelah, bahkan tubuhnya terlihat sangat kurus dari terakhir kali Eltra melihatnya memakai gaun Cinderella.

"Kalau marah dengan orang lain, marah saja. Tapi jangan sakiti dirimu" ketus Eltra tiba-tiba. "Lebih baik menyakiti orang lain dari pada diri sendiri"

"El.."

"Makan!"

"El, aku-"

"Makan! Aku tak mau bicara padamu jika kau tak mau makan"

Rifya mendengus, lalu mengambil susu dan roti di tangan Eltra. Kemudian dia duduk di ranjang dan mulai memakan roti itu. Dan meletakkan susunya di nakas.

Baru dua gigitan, Rifya mulai mual. Dia menutup mulutnya menahan muntahan yang akan keluar. Bukan perhatian yang dia dapat, tapi sebuah tepuk tangan dari ambang pintu kamarnya.

"Hmm.. bagus! Radang lambung!" Suara bariton beserta tepuk tangan itu membuat Rifya terdiam. "Habiskan! Jangan dimuntahkan! Sekali saja kau muntahkan, aku akan membawamu ke dokter"

THE PRINCE OF HURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang