The Last Sunrise

1.1K 123 30
                                    

Cherry PoV

Aku terduduk di bawah pohon dan menyandarkan kepalaku yang begitu pusing. Tubuh basah dan lengket membuatku sangat tidak nyaman. Aku mendesah pelan, menahan perih di lenganku. Cakar Vampir itu rasanya menusuk dan tertancap di tulangku. Aku terisak, tidak tahu harus berbuat apa. Aku ingin lari dan pulang, tetapi kakiku lemah tak bisa ku gerakkan.

Di depanku terbaring tubuh Vampir yang sudah kaku. Apakah ia masih hidup atau sudah mati? Aku meraih kemajaku dan memakainya perlahan. Aku menyadari sesuatu, kalung pemberian Namjoon Oppa tidak lagi tergantung di leherku. Aku menoleh ke kanan kiri, mencarinya. Tanganku yang gemetar, meraba setiap jengkal tanah di sekitarku dan menyibak daun-daun yang menutupi tanah. Sesuatu yang berkilau terlihat di balik daun. Aku meraihnya dan langsung meniup peluit itu.

Kepalaku semakin pusing, aku hanya berharap seseorang mendengar suara peluitku. Namjoon Oppa, kau mendengarku? Pallii, datang padaku. Aku kesakitan, Oppa. Batinku menjerit, tak mampu berucap sedikitpun. Tanganku melemah dan peluit terlepas dari genggamanku. Aku memejamkan mata beberapa saat.

Tiba-tiba perutku kram dan nyeri. Aku merintih dan membelai perutku. Kubuka mataku dan kutatap perutku. Maldo andwae, tidak mungkin aku hamil. Eomma, Appa...apa yang harus aku katakan pada mereka? Namjoon Oppa, bagaimana aku mengatakan padanya? Anni...tidak mungkin, tidak, aku hanya tidur sekali dengannya dan itu belum lama.

Aku menekan perutku yang masih kram. Sedetik lalu aku benar-benar ingin mati saja, tetapi ia seperti menahanku. Aku tidak boleh mati. Aku harus hidup dan bertahan. Demi dia. Aku terisak lagi.

"Cherry ah!" teriak Namjoon Oppa yang tiba-tiba muncul didepanku. Ia berjongkok di depanku dan membelai wajahku, kemudian memeluk tubuhku.

"Oppaa, kau datang," kataku sambil menangis. "Oppaaa," Aku menangis sesenggukan di pelukan Namjoon Oppa. Aku ingin membalas pelukannya tetapi tanganku benar-benar lemah.

"Kau baik-baik saja? Hmmmm?"

Aku menggelengkan kepala. "Sakit, aku tidak kuat lagi Oppa."

"Bertahanlah, kita keluar dari hutan ini," kata Namjoon Oppa. Ia memandangku lekat-lekat. "Kau bisa berdiri?" Namjoon Oppa memegangi tubuhku mencoba membantuku berdiri, tetapi aku menggeleng lagi.

"Vampir itu, dia tiba-tiba seperti itu karena menghisap darahku," kataku. Aku menunjuk Vampir yang sudah kaku.

"Ya, semua Vampir di sana, di Seoul juga seperti itu, aku tidak tahu kenapa bisa begitu."

"Oppaa," kataku sambil meraih tangannya. Ia terlihat bingung saat aku membuatnya menyentuh perutku. "Opppaa, mianhae."

"Ne? Mengapa kau minta maaf?" tanya Namjoon Oppa. "Ada apa Park Cherry?"

Aku menunduk dan menggeleng. Oteohkae? Namjoon Oppa merengkuh wajahku dan menghapus air mataku. Ia memelukku lagi dan menepuk punggungku.

"Apa yang mau kau katakan Park Cherry? Katakan padaku."

"Oppa, aku rasa... aku... vampir itu jadi seperti itu karena aku... aku mengandung anakmu," kataku ragu-ragu.

"Apa?"

"Mianhae Oppa, mianhae," gumamku.

"Kenapa kau minta maaf Cherry ah? Itu bukan salahmu," kata Namjoon Oppa gugup. Ia jelas terlihat kaget dengan apa yang kukatakan barusan.

"Eehhmm, aku benar-benar bingung. Aku tidak percaya, tapi...Vampir itu bilang, ada makhluk di dalam perutku, Oppa... bagaimana ini?"

"Cherry ah, lihat aku," kata Namjoon Oppa. Ia menyibak rambutku yang setengah basah kemudian membelai wajahku. Ia mengecup keningku lembut, aku memejamkan mata. "Aku yang harus minta maaf padamu. Kau pasti menderita sekali. Mianhae. Aku sudah membuatmu menjadi tameng hidup baginya sendirian. Seharusnya aku melindungimu, melindungi kalian sejak tadi, mianhae."

Werewolf Boys [BTS FANTASY-END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang