Cherry PoV
Pintu rumah kami terbuka dan aku segera masuk. Aku menatap Eomma dan Appa yang sedang menonton TV. Entah mengapa, aku merasa bersalah sekaligus berterimakasih kepada mereka. Jimin berdiri di sampingku dan melambaikan tangan di depan wajahku. Aku menepia tangannya, aku masih sadar.
"Appa," panggilku. Appa menoleh dan tersenyum, ia melambaikan tangan kepadaku. Aku berlari dan memeluk tubuh Appa. Ia hangat, seperti Jimin. "Appa, mianhae,"
Appa membelai rambut dan punggungku. Ia sedikit terkejut dengan sikapku kali ini.
"Kenapa kau minta maaf kepadaku?" tanya Appa. Ia melepaskan pelukanku.
"Appa, pasti sudah banyak menderita karena membesarkanku. Eomma juga," aku menatap Eomma. "Aku benar-benar merasa bersalah kepada kalian berdua. Aku juga harus berterimakasih kepada kalian. Selama ini, aku belum mengucapkan terimakasih," aku menelan ludah, mencoba menahan air mataku agar tidak runtuh.
"Kau sudah kami anggap sebagai anak sendiri, Cherry. Kau tidak perlu merasa bersalah atau pun berterimakasih kepada kami," kata Appa. Ia menatapku dengan pandangan yang teduh sekali. "Kau hanya harus terus hidup. Itu yang harus kau lakukan untuk kami,"
"Mianhae..." gumamku. Apakah Jimin menceritakan kepada mereka bahwa aku hampir bunuh diri?
"Biar bagaimanapun, kau tidak boleh menyerah, Cherry, kau pasti selamat," kata Appa. "Kami semua pasti akan melindungimu dengan segala cara,"
"Gomawo appa, eomma," kataku. Aku mengusap air mata yang ternyata sudah turun ke pipiku.
Eomma memelukku dan mencium pipiku. Aku melirik Jimin, yang tersenyum melihat kami. Aahh, Jimin beraninya kau menyukaiku? Kau tidak melihat bagaimana Eomma dan Appa memperlakukanku seperti anak sendiri? Jangan membuatku merasa lebih bersalah kepada mereka, Jimin.
***
Author Pov
Cherry mengetukkan kakinya ke lantai berkali-kali. Ia berdiri ragu-ragu di depan kamar Jimin. Sudah sekitar sepuluh menit ia berdiri disana dengan wajah gusar. Cherry menggigit bibir bawahnya kemudian mengepalkan tangan hendak mengetuk pintu. Namun ia menurunkan tangannya kembali dan menunduk. Rasa canggung yang tercipta di antara mereka rupanya belum berakhir.
Pintu kamar tiba-tiba terbuka dan Cherry tampak gelagapan melihat Jimin muncul di depannya. Jimin juga terlihat kaget karena tak menduga Cherry ada di depan kamarnya. Jimin menggaruk kepalanya yang pasti tak gatal itu, ia meringis dan tersenyum dengan aneh pada Cherry.
"Noona, apa yang kau lakukan disini?" tanya Jimin.
"Oh, aku...ehhmm, aku ingin meminjam...eeehmm...kau mau pergi kemah lagi?" tanya Cherry gugup. Ia akhirnya menyadari Jimin menyandang ransel besar favoritnya.
"Ya, kami mau berlatih di gunung," kata Jimin. Ia sepertinya tidak ragu-ragu lagi untuk menceritakan aktivitasnya di perkemahan.
"Aku mau ikut denganmu," kata Cherry.
"Ne?"
"Aah, bukankah tujuanmu, tujuan kalian berhubungan denganku. Sebaiknya aku juga tahu apa yang kalian lakukan. Benar, aku harus ikut denganmu!!" seru Cherry.
"Noona, jangan bercanda," kata Jimin. "Disana berbahaya,"
"Eehm, selama ini aku sudah hidup dengan penuh bahaya, Jimin. Jebal, biarkan aku ikut denganmu. Aku janji, aku akan berusaha agar tidak merepotkanmu selama berada disana," kata Cherry. Ia menatap Jimin dengan pandangan memohon. "Aku mungkin akan kabur lagi jika kau tidak membawaku kesana,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Werewolf Boys [BTS FANTASY-END]
Hayran KurguFollow sebelum baca ❤ Jangan lupa vote dan komentar yaa biar makin semangat!!! *** Aku tak menyangka!!! Selama ini aku tidak pernah mendengar mitos apapun disini. Namun ternyata mereka nyata. Makhluk yang kukira hanya bagian dari khayalanku itu tern...