Chapter Nineteen : Show the Real

888 77 5
                                    

Chapter Nineteen : Show the Real.

Beberapa hari berlalu dan Rendy sudah keluar rumah sakit, saat ini, Dena berada di kamar kakaknya. Ia tidak sekolah, izin. Sebetulnya, alasan mengapa ia sampai izin adalah karena Rendy semalam bilang ada sesuatu penting yang harus ia beritau. Shadiq sedang kerja, dan Kirana ada urusan di rumah temannya, jadi ini adalah waktu yang sangat pas.

"Gue mau bilang sama lo soal ini sejak lama, Den." Rendy duduk di ujung kasurnya, dan Dena berada di sebelahnya. "Lo inget, kan? Soal kenapa beberapa hari berturut-turut sebelum kejadian gue koma, gue sempat marah-marah sama Bokap, dan maki-maki dia? Dan gue jadi anak kurang-ajar yang hampir-hampir nonjok bokap, juga gue jadi sering clubbing." Wajah Rendy menatap Dena seksama, sorot matanya memancarkan kesedihan dan kekecewaan. "Semuanya ada alasannya, Den. Dan alasannya ad—"

"Lo ngehamilin ibunya temen gue," sela Dena.

Mata Rendy membulat beberapa detik lalu ia tertawa. "Lo gila, ya?"

"Itu rumor yang beredar, Bang. Lo minum karena Ervan, tapi gue sampai detik ini pun masih belum bisa percaya," ucap Dena. "Gue bahkan enggak tau apa-apa. Nyokap enggak memberitahu gue apa pun. Setelah kejadian itu gue bingung, Bang. Gue sedih. Semua orang mulai menghakimi gue, seakan gue Adik dari Kakak yang sangat haram. Nyokap dan Bokap ribut, hampir mau cerai, kita pindah ke rumah ini, ekonomi bokap makin menurun. Dia hampir dipecat. Nyokap berhenti kerja, Ervan keluar kota, teman-teman gue berkhianat, bahkan sahabat gue enggak mau lagi berteman sama gue. Itu masa-masa kelam yang berat, Bang.

Gue hampir nangis tiap hari, cuman karena hal itu. Gue enggak punya sandaran, gue kesepian, gue seakan masuk ke dalam jurang kehampaan yang enggak berujung. Tapi, gue masih percaya sama lo dan Ervan. I knew you so well, beyond everyone could be. Gue membela lo, gue perjuangin itu, gue yakin itu cuman rumor kejam. Tapi, ada video yang menyebar. Video saat lo masuk ke hotel. Dan sejak itu, gue selalu nunggu lo bangun untuk menjelaskan semuanya, untuk membuktikan kalau semua orang itu salah. Gue masih memercayai lo, dan selalu"

Rendy menggelengkan kepala, lalu ia tersenyum. "Banyak hal yang salah. Tapi, lo benar untuk tetap percaya sama gue, dan juga Ervan. Soal video itu, gue enggak tau," ucapnya, dengan mata berbinar karena terharu adiknya ini begitu memercayai dan memperjuangkannya. "Maaf, gue sudah buat hari lo suram, Den."

"Nevermind, just tell me the truth." Dena menatap Rendy dengan hasrat yang sudah lama ia pendam, keingintauan, kepercayaan, dan harapan.

Selanjutnya, Rendy menceritakan apa yang sudah ia ingat beberapa hari lalu. Ia tau risiko semua ini, tapi ia tak akan memendam lagi, adiknya harus tau yang sesungguhnya.

Dena mendengarkan Rendy dengan seksama, terlihat jelas ia terkejut, ada air mata yang berdesakkan dipelupuknya, bibir bawahnya digigit.

"Dan asal lo tau, Bokap ternyata sudah lumayan lama menjalin hubungan sama dia." Rendy mendesah panjang.

"Impossible," ucap Dena, matanya terasa sangat panas, jantungnya seakan sudah jatuh ke perut.

"Alasan kenapa gue enggak mau memberitau lo yang sebenarnya terjadi saat itu, karena gue enggak mau lo ikut tertekan, gue enggak mau lo merasa runtuh, gue enggak mau lo benci sama Bokap."

Setetes air mata terjatuh ke pipi Dena, dengan cepat ia mengusapnya. Ia tak ingin lagi air matanya jatuh ke dalam lembah sunyi yang gelap, tidak lagi. "Sebentar," ucapnya sembari terus mengelap pipinya, menghentikan paksa air mata yang terus mengalir, "kenapa Ervan bisa tau kalau lo ada di diskotik? Apa Ervan tau semuanya?"

Rendy mengangguk. "Gue cuman bisa cerita sama dia. Gue kirim pesan ke Ervan, kalau setelah gue lihat Bokap dan wanita jalang itu masuk ke kamar hotel, gue membulatkan tekad kalau gue akan membunuh wanita itu, juga Bokap gue. Terus, gue matiin HP, dan lanjut minum.

All the Baffling Thing of Being Change✔ (WAS SAVAGE LOVE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang