Chapter Fourteen : Please, You Gotta Be Strong

1.3K 125 31
                                    

Chapter Fourteen : Please, You Gotta Be Strong.

Ini sudah beberapa hari dari kejadian tragis di mobil Ahza, untungnya Dena tidak mengalami serangan jantung, darah tinggi atau hal semacamnya.

Pantas saja cowok itu sering bertingkah aneh pada Dena ia terdiam seperti memikirkan sesuatu, ternyata ia sudah tau semua itu. Tapi, bagaimana bisa ia tau? Penampilannya tidak terlihat seperti dukun.

Apakah ia juga telah menyiapkan 'Urusan Balas Dendam Untuk Keluarga Dena' atau 'Jampe-Jampe Untuk Keluarga Dena' atau pula hal semacamnya? Dena jadi takut untuk berangkat ke sekolah.

Kemarin-kemarin, di kelas, Ahza bersikap normal, seperti biasanya ia melontarkan lelucon lucu yang bagi Dena sekarang tidak sama sekali terdengar lucu, kenapa, ya? Mungkin itu karena Dena sudah tau Ahza yang 'sebenarnya' atau sisi lain dari Ahza.

Ahza juga tidak pernah berbicara dengan Dena. Dena jadi bingung apa yang harus dia lakukan pada cowok itu.

Oh, tunggu, lagipula siapa juga yang mau berbicara dengan Ahza? Dena tidak, sungguh. Itu, sih yang Dena pikirkan.

Dan Ervin, cowok itu panik setiap bertemu Ahza, pernah sekali Ervin berpapasan di koridor dengan Ahza. Kebetulan, mereka berdua hanya sendirian dan tidak ada murid lain yang lewat.

Ahza melihat Ervin, dan sebaliknya. Ervin berusaha membuang muka, tapi ia terlanjur melihat Ahza yang ia kira menatapnya dengan tatapan membunuh, Ahza berjalan lebih cepat sambil mengangkat tangannya, bersiap akan memukulinya karena ia sudah tau semuanya.

Ervin panik dan memutar otak, ia bahkan tak peduli matanya agak membelak. Ia tak ingin memukul sahabatnya itu sampai terjadi pertumpahan darah di sekolah. Jadi kebetulan di depannya ada TU, Ervin buru-buru masuk dengan perasaan dag dig dug yang campur aduk! Menurutnya, Ahza tak mungkin memukulinya di depan para karyawan TU.

Pintu TU tertutup dan Ervin bersender di sana sambil menghela napas. "Gila," gumamnya saat itu.

"Kamu ngapain? Mau bayaran?" Itu suara Bu Mila-- penjaga TU, yang kadang menjelma menjadi debt collector kalau sudah tanggal sepuluh dan lebih.

Ervin baru sadar dengan keadaan, ia dilihat oleh semua penjaga TU dengan tatapan dan ekspresi aneh, seakan Ervin adalah alien yang barusaja turun ke bumi. "Eh? Iya, tapi lupa bawa kartu bayaran, hehe." Ervin tersenyum canggung lalu keluar.

Ervin tidak tau saja, kalau Ahza hanya ingin menyapanya dengan melambaikan tangan, bahkan cowok itu jadi kebingungan sendiri mengapa Ervin terburu-buru masuk ke TU, apa ia sangat bersemangat untuk bayaran? Apa ia sudah tidak bayaran tiga bulan?

|S ・L|

"Mama yang kuat, ya," ucap cowok ini pada bingkai foto yang terpajang di kamarnya, dari semua hal buruk, ini adalah yang paling buruk menurutnya.

Ia tak tau apa kabar ibundanya hari ini, apa beliau sudah sadar, atau makin kiritis?

"Ahza udah enggak pernah denger suara Mama lagi, makan masakkan Mama yang ngebuat Ahza lapar mulu, apalagi roti bakar selai cokelat strowberry atau kadang roti tawar selai nanas untuk sarapan sebelum berangkat ke sekolah, Ahza kangen banget sama semuanya.

Mulai dari semerbak aroma masakan Mama yang menyeruak masuk ke dalam penciuman Ahza, aroma kopi hitam untuk Papa sebelum berangkat kerja, tangan Mama yang bisanya mengusap lembut rambut Ahza, dan masih banyak, semuanya masih tersimpan rapat dan tersusun rapi di memori Ahza," jelas Ahza, terlihat senyum melengkung dibibirnya, tapi ia tak sadar setetes bulir air mata sudah mengalir dan membasahi pipinya.

All the Baffling Thing of Being Change✔ (WAS SAVAGE LOVE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang