Twentyfive : This is Love

942 64 8
                                    

Twentyfive : This is Love.

Pagi ini aku bangun, mataku enggak pakai acara dibuka secenti-secenti. Langsung melotot, dan aku buru-buru ke kamar mandi.

Jika kalian pikir aku telat atau kesiangan, kalian salah.

Aku kebelet pipis!

Sudah dua hari belakangan aku begini. Musim dingin mungkin penyebabnya, karena AC kamarku tidak dingin-dingin amat. Dan tadi malam, aku enggak nyalain AC.

Sesudah buang air kecil sialan, aku menuju kamarku lagi. Ngapain? Lanjut tidur lah.

Ahh... nyaman sekali kasur ini, aku enggak akan mau ninggalin kamu, sur....

"Ervin, bangun! Bukannya langsung mandi malah tidur lagi!"

Yah, sayangnya aku harus. "Lima menit, deh, Bun,"

"Bunda? Ini Ayah! Lagian sejak kapan kamu manggil Mama jadi Bunda?"

Eh? Iya, sih, itukan suara cowok. "Namanya juga masih ngantuk, Yah." Aku menutup telingaku dengan bantal, menengkurapkan badanku.

"Sshh, dasar gila! Gue Ervan!"

Aku langsung melirik sumber suara dengan malas, kayaknya aku benar-benar harus ngorek kuping, deh.

"Conge doang dipelihara," cibir Ervan. "Gece ah gue enggak mau nungguin lo lagi kayak kemarin!"

Aku berdecak, dengan malas menuju kamar mandi lagi.

Motorku lagi diservice, si Ervan enggak mau minjemin motor. Emang pelit banget tuh orang.

"Please, Van. Et deh gue udah telat ini," ucapku memohon kemarin.

"Ogah, mau enggak gue anter? Gue juga mau kuliah kali," balas Ervan.

Iya, sih, dia emang kuliah. Tapi kan dia bisa nebeng temen. Lagi juga dia palingan bolos.

"Yaelah, biasa madol aja lo. Gaya amat."

"Lo kata gue masih bocah sekolah? Gue udah jadi mahasiswa, ya!"

Akhirnya, terpaksa deh aku dianter dia. Udah kayak pasangan homo tau nggak?! Kesel banget!

Malah aku kalah ganteng lagi, minder kan jadinya.

Kemarin, aku kesiangan gara-gara abis pipis lanjut tidur. Ahza segala ninggal pula. Dasar enggak setia kawan.

Sesudah rapi, aku menuju dapur.

"Vin, tolong ambilin tomat, dong," pinta Mamaku.

"Kawat? Buat apaan, Ma?" Dahiku berkerut.

"Yaallah Vin, tomat!"

"Hah? Taubat?" Aku berjalan mendekati Mama. Karena jaraknya tidak dekat, ia sedang di meja makan.

"Vin, mending korek kuping dulu, deh," saran Ervan.

"Mending anak kucing apa, sih?" balasku.

Tiba-tiba Ayah menyodorkan korek kuping dan aku makin bingung.

Mengapa keluargaku jadi aneh gini?

Akhirnya, aku korek aja telingaku, dan ya... ini kotoran kuping siapa kok kuning banget?

Beneran ini punya aku? Au deh.

Oh iya, satu lagi tambahan: aku enggak jadi nebeng Ervan.

Mending aku sama Ahza aja. Karena yang dikira homo pasti si Ahza, bukannya aku.

Enaknya punya teman idiot.

Tapi, ada enggak enaknya juga. Kayak sekarang nih. Lima menit yang lalu dia LINE aku.

All the Baffling Thing of Being Change✔ (WAS SAVAGE LOVE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang