Chapter Seventeen : But Almost is Useless

1K 85 14
                                    

Chapter Seventeen : But Almost is Useless.

Kamu pikir, kamu kenal baik dengan seseorang. Tapi, tunggu sampai orang itu memberimu kejutan.

Itulah yang bisa mewakili perasaan Della saat ini, maksudnya, ayolah, Itu Dena! Chairmate-nya! Kenapa Dena tidak pernah memberitau itu sebelumnya? Okelah, kenapa juga Della harus tau. Tapi, entahlah Della merasa seperti ... dibohongi? Tapi, pasti Dena memiliki alasan mengapa ia menyembunyikan semuanya, Della hanya orang baru di hidupnya.

Tapi, ini benar-benar mengejutkan. Mengetahui Dena sekarang dan dulu, ah sangat berbeda rasanya.

Modis? Sekarang dia sangat terlihat ... culun? (Della tidak ingin mengakuinya, sebetulnya. Tapi, ia harus, itu fakta).

Cantik? Okelah, terkadang matanya terlihat berkilau, ia seperti memiliki aura yang bagus.

Badai? C'mon, its just a jokes, right? Rambutnya sebahu dan itu terlihat seperti Dora The Explorer, tak sering juga rambut itu acak-acakan. Model rambutnya lebih terlihat seperti ... tarzan perempuan? Haha.

Gaul? Tenar? Ayolah berpikir, bahkan temannya hanya Della.

Berawal dari kecerobohan Dena saat MOS, ia salah membawa buah. Seharusnya, ia membawa buah pisang, tapi ia malah membawa jeruk. Dari bentuk, rasa, dan warna saja berbeda, mengapa bisa ia seceroboh itu?

Saat itu, Della sedang sendirian melewati perpustakaan, entah untuk apa ia bahkan lupa. Tiba-tiba Dena menyapanya dengan wajah panik, mereka belum saling kenal, Della menatapnya bingung, siapa ini orang? dan ternyata Dena ingin meminta pisang yang Della bawa—kebetulan ia membawa tiga buah—satu. Karena, memang hanya disuruh membawa satu.

Dan dari kejadian itu, mereka saling mengenal, sering tersenyum bila berpapasan dan ternyata mereka satu kelas. Akhirnya, mereka duduk bersama.

Della memang tau kalau Dena memiliki kakak yang sedang terbaring di rumah sakit, dan sekarang sudah sembuh, tapi ayolah, masa dunia bisa sesempit ini? Mengapa harus Dena?

"Ren, Dena-Dena itu dulu memangnya dulu gimana?" Della penasaran, penjelasan tadi belum cukup baginya.

"Ya, gitu. Anak tenar, kayaknya manja, deh. Lihat aja, kena masalah dikit langsung berubah banget, kan."

Della tidak terima, masa temannya begitu, tak ada yang ingin mendapat musibah, wajar saja orang berubah. Perubahan tak selamanya buruk, kok. "Musibahnya ngebatin kali, aib keluarga sampai kesebar kan."

"Ya, tapi Ervin biasa aja, tuh. Enggak sampai ngehindarin teman lama juga."

"Ya, cewek sama cowok kan beda."

"Iya, sih."

"Lo dulu deket sama dia?"

"Enggak, gue enggak pernah sekelas, cuma kenal dan saling sapa aja."

Della menganguk sambil berucap, "Oh."

Rena mengangguk, meminum kopinya, lalu menempelkan sedotan ke bibirnya sambil termenung, Ervan sudah kembali. Ini pasti akan mengemparkan. Tentu saja, ini Ervan. Tentang orang yang terlihat sempurna, namun melakukan kesalahan. Menunjukan sisi gelap yang tak pernah orang lain kira.

Rena, yang masih murid baru kala itu, bingung dengan desas-desus tentang hal aneh itu, terlebih, saat itu belum genap satu semester masuk ke sekolah tersebut.

Setelah beberapa lama mereka berbincang. Rena pamit, menyisakan Della yang masih tak percaya akan kenyataan yang sukses membuatnya menerka. Bertanya dalam sunyi senyap ditengah kerumunan. Menyisakan gambaran tanda tanya besar di dalam pikiran yang terus melayang terbang. Ini seperti delusi baginya, namun sayangnya, ini begitu nyata.

All the Baffling Thing of Being Change✔ (WAS SAVAGE LOVE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang