Chapter Four : A Damn Eyes-Contact & Stupid Bet

2.7K 315 119
                                    

Chapter Four : A Damn Eyes-Contact & Stupid Bet.


Beberapa langkah lagi Dena keluar, seseorang memegang pergelangan tangannya. Kaget, ia segera melihat siapa anak kunyuk yang menahannya keluar kelas.

"E-eh?" Dena bingung bukan main, apa masalah anak ini? Pernah mengobrol pun tidak, mengapa ia tiba-tiba menahannya begini?

Beberapa detik kemudian, Dena sadar. Ia ingat kejadian tadi pagi, dilihatnya Ervin sedang menunggu seseorang yang tidak lain adalah Ahza di depan kelasnya, membuatnya yakin pasti anak ini ingin meminta bantuan.

Terlihat cowok di depannya ini baru ingin membuka mulut, Dena dengan sigap berucap, "Gue enggak ada hubungannya sama taruhan aneh yang lo buat berdua, permisih."

Tanpa ba-bi-bu Dena berjalan santai ke luar kelas meninggalkan lelaki ini.

Akhirnya, dengan sangat terpaksa Ahza ke luar kelas. Ervin tersenyum miring tanda kemenangan, tak peduli tadi pagi Ahza pingsan karena taruhan bodohnya.

|S ・L|

Sehabis mengerjakan PR matematika, otak Dena terasa sangat panas, kepalanya rasanya hampir meledak—jika kalian berpikir ini sangat berlebihan, coba saja kerjakan—padahal, Dena baru menyelesaikan tiga soal dari delapan soal, dan jawabannya? Ia tak yakin benar.

Persetan dengan matematika, lebih baik pergi ke mall, membeli ice cream dan beberapa novel.

Benar saja, Dena bersiap untuk pergi ke tempat perbelanjaan bersama Della, ia memakai kemeja dan jeans warna putih, memakai pelembab setelah itu bedak, mengoles liptint dan menyisir rambut, tak lupa ia memakai body lotion miliknya. Tapi, selanjutnya ia sadar, ia bukanlah Dena begini, jadi ia menghapusnya.

Hanya menyisakan bedak tipis.

Setelah itu, ia menuju ke lantai bawah dan mengambil sepatu converse berwarna putih yang terlihat agak kotor.

"Mau ke mana, Den?" tanya Kirana.

Tadinya, Dena ingin menjawab, "Kemana-mana hatiku senang." Tapi tidak jadi.

"Jalan sama Della, Ma," jawab Dena akhirnya, sambil pamit pada Kirana.

Kirana tau Della, walau belum pernah bertemu, tapi Dena suka bercerita tentang Della, karena Kirana dan Shadiq yang terus bertanya soal teman.

Beberapa menit Dena menunggu Della di lapangan dekat rumahnya, orang yang ditunggu datang.

Della tidak tau di mana letak persis rumah Dena, Dena tak pernah memberitau Della, dan Della tidak pernah mempermasalahkannya. Yang penting, Della selalu bisa main dengan Dena.

Sesampainya mereka di tempat perbelanjaan, Dena dan Della langsung menuju tempat ice cream.

"Mc Flurry Oreo dua," pinta Dena, tak sampai semenit, ia mengambil ice cream tersebut.

"Gue yang traktir," Dena menyodorkan ice cream.

"Makasih, tumben."

"Enggak jadi, deh."

"Dih, sialan."

Setelah itu, mereka berdua duduk di kursi, hening beberapa menit sebelum Della menghamburkan keheninggan ini.

"Den, makan, yuk. Kok, gue rada laper, yak?"

"Lo emang belom makan kali, Del." Dena menatap Della dengan pandangan merendahkan.

"Yah, ketawan." Della nyengir.

Sesudah itu, mereka mulai memasuki restoran cepat saji, mengantre untuk memesan pesanan mereka.

All the Baffling Thing of Being Change✔ (WAS SAVAGE LOVE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang