Twentyfour : I Couldn't Deny

835 66 14
                                    

Twentyfour : I Couldn't Deny.


"Ayuk ke kantin, Den," ajak Della setelah bel berdering. "Gue udah enggak sabar mau makan!"

"Enak ya Del jadi elo. Makan banyak gemuk enggak," komentar Dena.

"Malah miris, berat badan gue enggak nambah-nambah. Padahal, gue mau nambah beberapa kilo lagi," balas Della.

Mereka menuju kantin.

"Lo cacingan kali," celetuk Dena.

"Bukan," balas Della. "Tekanan batin."

Lalu mereka terkekeh. Saat sampai di kantin Dena dan Della menuju tukang nasi goreng.

"Bang, jual apa?" tanya Della saat ia sudah melihat nasi goreng.

"Nasi goreng, lah," balas tukang itu, omong-omong ini tukang nasi goreng baru, yang lama sudah pindah, entah mengapa.

Mungkin ia mulai bosan, biasalah kalau cuman jadi tempat persingahan bisa apa, sih?

"Kenapa enggak nasi kuning aja, Bang?"

"Nanti aja pas ulang tahun."

"Sekarang saya ulang tahun, nih, bikin dong!"

"Saya enggak nanya, Neng."

"Cuman ngasih tau, Bang," balas Della sambil nyengir. "Abang bikin bumbu nasi gorengnya sendiri atau beli di pasar?"

"Beli di pasar, sama bikin sendiri juga."

"Abang bikinnya sendiri? Enggak sama istri?" Setelah mengatakan itu Della malu sendiri. Bisa-bisa gue dikira....

"Ah, nanya muter-muter maksudnya Eneng mau jadi istri Abang?"

"Iya, Bang. Peka banget, sih," balas Dena. "Temen saya jomblo, nih."

"Aduh, abang nasi goreng aja peka, masa yang itu enggak."

Della menaikkan sedikit oktaf suaranya, karena ada Ervin sedang berjalan di belakangnya.

"Ngomong di depan, Del," balas Dena.

"Ini, kan, di depan." Della melirik ke belakang. "Tuh orangnya." Ia melihat Ervin sudah berada di bakso Pak Anto.

Dena memerhatikan Ervin, hanya beberapa detik, karena selanjutnya fokusnya teralihkan oleh Della yang mulai memesan nasi goreng dan membicarakan hal lain.

|S ・L|

"Den, lo sendirian? Yakin enggak mau bareng?" tanya Della saat ia sudah di koridor lantai satu.

"Enggak, gue naik angkot aja pulangnya," balas Dena. "Lo duluan aja, udah dijemput, tuh."

"Oke, hati-hati, Den!" Della menuju ke gerbang sekolah.

Entahlah, hari ini Dena merasa agak... tak tau.

Setelah Della benar-benar sudah tak terlihat, Dena kembali untuk duduk di depan ruang TU.

"Den, enggak balik?" tanya Ervin yang tiba-tiba muncul.

"Eh? Enggak.... nanti," balas Dena.

Ervin duduk di sebelahnya. "Oh...."

Dena menggoyangkan kakinya karena bosan, entah bosan entah canggung.

"Den," panggil Ervin.

"Apa?"

"Gue mau nanya," ucap Ervin, seketika jantung Dena berdetak kencang, tapi ia menetralisir degupnya.

"Nanya apa?"

All the Baffling Thing of Being Change✔ (WAS SAVAGE LOVE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang