Chapter Twenty Nine : Every Sunset Has a Different Sweet Story

1.3K 53 43
                                    

Chapter Twenty Nine : Every Sunset Has a Different Sweet Story.

Dena memerhatikan wajahnya dari pantulan kaca. Menyelidik apa wajah ini sudah cukup cantik, atau belum?

Tapi, akhirnya sama saja. Wajahnya tidak berubah. Dena tersenyum simpul di hadapan cermin dan menyadari; seburuk apa pun senyuman, jika kau menampilkannya dengan tulus, itu akan terlihat manis.

Maksudnya, bukan menampilkan senyuman pada Tulus nama orang!

Dena ke lantai bawah, Kirana yang sedang membaca majalah seketika aktivitasnya terhenti. "Mau ke mana kamu?" tanya Kirana.

"Nyari pecel ayam," balas Dena. Tak berminat serius menjawab pertanyaan Kirana.

"Mama nitip dua bungkus, Den?" pinta Kirana. "Ini pas banget Mama abis liat gambar pecel ayam, kayaknya menggiurkan banget." Ya Tuhan, mengapa Kirana percaya?

"Bercanda, Ma," balas Dena. "Ngapain aku nyari pecel ayam siang-siang coba?"

"Kali aja," balas Kirana. "Ini Zayn Ridwan bulu matanya lentik banget, ya, Den."

Dena berpikir sejenak, mencerna kalimat Kirana. Zayn Ridwan? Siapa orang itu?

"Zain Malik kali, Ma?" tebak Dena, antara yakin dan tidak.

"Eh, iya, deng. Mama keinget nama-nama malaikat," balas Kirana. "Kamu mau ke mana? Sama siapa?"

"Main, Ma. Sama Della, Ervin, Ahza," balas Dena. Sebetulnya, sih, mereka ingin double date. Merayakan hari jadi mereka yang... belum genap sebulan. Oke, sebetulnya hanya jalan biasa.

"Oh," balas Kirana. "Nitip, dong, Den. Pecel ay--"

Untungnya, sebelum Kirana menyinggung soal pecel ayam sialan itu, mesin mobil terdengar. Sepertinya, Della, dan Ervin sudah sampai.

Benar saja, suara Ervin menggema, "Oi, Dena!" Selanjutnya, Ervin masuk rumahnya.

"Eh, Tante," ucap Ervin setelah memberi salam.

"Eh, Ervan, mau main ke mana sama Dena?"

Kenapa Ervan lagi? Tolong... beritahu aku, aku sudah tidak sanggup, Ervin menyeka air matanya dramatis.

"Itu, Ervin, Ma," koreksi Dena. Ia mendekat ke Ervin dan berbisik, "Mohon bersabar, ini ujian."

"Tante, kita, kan, kenal udah lama," ucap Ervin. "Tapi, kenapa masih enggak bisa bedain Ervin dan Ervan?"

"Mirip," balas Kirana. Singkat, jelas, padat.

"Assalamualaikum," salam Della. Ia masuk membawa pecel ayam. Wah, kebetulan banget! Kenapa bisa, ya?

"Waalaikumsalam," balas Kirana, Dena, dan Ervin.

"Hei, Tante! Aku bawa oleh-oleh dari jalan, nih!" Della menyodorkan pecel ayam.

"Hei, Dellia! Pas banget Tante lagi mau pecel ayam!" Mata Kirana berbinar.

Siapa lagi itu Dellia?!

"Della, Tante," koreksi Della. Ervin segera berbisik ke Della, "Mohon bersabar, ini ujian."

Melihat mereka, entah mengapa, masih ada sedikit rasa nyeri di dada Dena. Dibanding ia melihat Ervin dan Della lebih lama dalam posisi itu, Dena buru-buru berucap, "Ya udah, Ma, Dena jalan dulu."

"Hati-hati, ya," ucap Kirana. "Kalian mau nyamper Raja dulu?"

Dena, Della, dan Ervin menganga secara bersamaan. Ya ampun, siapa lagi Raja?

"Ahza," koreksi Dena. "Iya, nyamper Ahza dulu, Ma."

Setelah pamit, sampailah mereka bertiga di mobil Della.

All the Baffling Thing of Being Change✔ (WAS SAVAGE LOVE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang