13

22 1 2
                                    

"Selamat pagi." Calum menoleh dari penggorengan; sudah memakai baju baru, tapi sepertinya dia menggantinya sebelum tidur karena aku melihat kerutan-kerutan tidak lazim disana. Aku duduk disebelah Michael yang tertidur dengan kepala di konter. Lucu, karena kukira bau dapur ini seperti kue. "Mau sarapan, Ocean?"

Aku mengintip sedikit, melihat Calum menyodorkan piring berisi dua tumpuk pancake dan whiped cream diatasnya. "Wow." Kuusap mata, tertawa seraya menerimanya. "Kau bisa masak?"

"Well, coba dulu agar kau yakin." Cal mengambil gelas dan mengisinya dengan susu cokelat. Menyodorkannya disebelah piringku. Aku tersenyum berterimakasih, sementara dia menaikkan bahu dan mengelap tangan dengan serbet. "Go on. Kau percobaan pertamaku." Dia nyengir nakal.

Baru sekali ini kulihat dia seperti itu. Cengiran, usil, sarkasme. Biasanya Cal begitu tertutup dan diam. Seperti berada ditempat berbeda dari yang lain sepanjang waktu.
Aku tersenyum, memotong pancakes dengan pisau, memakannya. Otomatis terlena.

Rasa pancakesnya luar biasa. Setiap potongannya terasa seperti sepotong pancakes dari surga. Menteganya.. entah dia pakai apa, tapi menteganya benar-benar harum dan enak. Almond, mungkin ; ada taste hint dari itu. Vanili ; jelas ada vanili disitu. Lalu, bagian terbaiknya, rasanya benar-benar seperti kue. Tidak seberapa manis --yang mana poin plus karena aku tidak suka diabetes mengambil nyawa seseorang. Warna pancakes-nya pink. Kulihat ada sedikit sprinkles warna-warni tersisa, membuatku tersenyum.

"A birthday pancakes?" Kunaikkan alis.

Dia nyengir lebar. "Kukira kau suka."

"I really do. Makasih. Apa Michael dan yang lain juga..?"

"Tentu saja." Cal mengangguk, menuangkan sesendok adonan kedalam wajan yang sudah dilumuri mentega. "Akan kubuatkan lagi. Habiskan yang itu."

Aku menusuk pancakes. Luke mencondongkan diri ke arahku, sudah tersenyum. "Hai."

"Hai juga kamu si bau garam." Aku memutar mata. "Pergi mandi, sana."

"Ih, Ocean. Aku tidak mau mengantarmu pulang." Cowok pirang ini membuang muka. "Kau jahat."

"Heh, Jabrik. Belajarlah untuk lebih dewasa." Aku memelototinya. Siapa juga yang peduli Luke akan mengantarkanku atau tidak. Taksi dan uber ada dimana-mana. "Aku bisa naik uber tanpa merasa bersalah."

"Kau mau mati ditendang Dax, ya?" Ashton sudah menyandar di kusen pintu, menatapku lurus. "Biar Cal yang mengantarmu."

"Hei, kau ini, semua Ocean dihubungkan dengan Calum."

"Dia yang bisa. Lihat dirimu; semalam curhat apa saja?"

"HEI!" Luke meloncat --secara harfiah meloncat-- kearah cowok ikal dan menindihnya. "SAY THAT AGAIN!"

Ashton berteriak berusaha merangkak keluar dari tindihan Luke, seraya menggumamkan sesuatu yang bagiku malah kedengaran seperti mantera pengusir setan. Aku memotong pancakes lagi, memakannya, sementara Calum membalik pancakes di penggorengan. Setelah Ashton dan Luke berdamai dengan cara menonton Adventure Time ; Michael berjalan kesini-kesana mencari kaus kakinya yang hilang sebelah (akhirnya dia menarik selimut tebal dari sebuah kamar dan duduk didekat sofa, untuk makan sambil menonton acara), kami berdua memutuskan untuk pulang. Atau setidaknya Cal yang mengajakku pulang.

Calum menarik bajuku keluar dari mesin pengering, memasukannya di tas kain yang sama. Aku menerimanya, nyengir. "Makasih banyak, Cal. Aku tak tahu baunya bakal seperti apa jika aku meninggalkannya semalaman penuh."

"Sama-sama." Dia menarik hoddie dan kunci mobil dari gantungan dekat pintu, menyerahkan hoddie-nya padaku. "Pakai juga ini sebelum turun. Kau tidak ingin kelihatan bersamaku."

Magic \\ Calum HoodWhere stories live. Discover now