"Kau mau mengambil sesuatu? Sebelum lagunya bermain." Luke tersenyum. Bibirnya membentuk lengkungan merah muda tipis dan lipring-nya menghiasi ujung bibir. Dia menyentuhkan jemari ke lenganku.
Aku sedang ingin mengambil sesuatu yang dingin untuk membantu melupakan semua hal. Mengangguk lemah, kuusapkan telunjuk kebawah mata lagi sebelum berjalan pergi.Selain cocktail, whiskey dan jus, tidak ada apa-apa lagi yang bisa ditemukan. Aku mengambil jus cranberry dengan pasrah dan menyesap rasa manisnya yang aneh dan menyengat. Luke berbicara tentang sesuatu seperti 'ayo berdansa. Alex sudah dipanggung' dibelakangku, tapi aku tidak memperhatikan. Kusesap sisa terakhir jusnya. Memperhatikan bagaimana warna jusnya sama dengan bibir Luke dan sekelilingku menjadi blur.
Apakah aku mabuk?"Aw, Dude." Luke berbicara. Aku menoleh, menemukan Calum yang sedang meremas tangan temannya. Kusangka Luke ingin menahan pinggangku ; setidaknya sebelum Calum meremas tangannya. "Apaan?"
"Maaf." Dia mengeraskan rahang. Aku menatapnya bingung. Benar, Cal ; apaan? "Kupikir tadi aku belum selesai dengan Ocean. Kau bisa pergi."
Luke menatapku, tapi aku tak mau menatapnya balik. Aku masih kesal padanya soal kejadian yang tadi di apartemen, dan aku butuh penjelasan Calum. Cowok pirang itu mendengus, berbalik dan membiarkanku berdua. Lampu menggelap, dan kuyakin sekarang hanya Arctic Monkeys yang mendapatkan cahayanya.
"Maaf." Calum berkata, lagi. Mengusap belakang lehernya. "Aku tidak tahu lagi apa yang kupikirkan." Aku bisa mendengar suara pertama Do I Wanna Know. Cal menaikkan kedua tanganku melewati bahunya ; cara yang sama seperti yang pernah kuingat. Ingatan itu membuat dunia semakin berkunang-kunang. Dia bernafas, menggenggam tanganku untuk berdansa.
Aku menggeleng keras kepala. Kenapa dia malah mengajakku berdansa? "Calum, kita masih harus bicara--"
"Biarkan aku menikmati dansanya, please. Aku tahu aku membuatmu menangis tadi. Tapi maafkan aku." Dia menggerakkan kaki. Aku tidak pernah tahu cara berdansa, bahkan tak tahu harus bergerak seperti apa. Calum menahan pinggang, menaikkan kedua kakiku keatas kakinya. Aku menahan nafas, baunya benar-benar membuat lututku lemas. Berada begitu dekat dengan leher Cal membuatku gila. Segila itu juga aku tidak mau melepaskan pelukan di bahunya. Cowok ini jadi terpaksa agak menunduk seraya menggerakkan kaki. "Ocean, please maafkan aku."
"Calum, kenapa kau meminta maaf saat kita seharusnya berbicara?" Dapat kurasakan diriku melemah di dekapannya. "Biar kumulai. Apa benar kau yang di backstage bersamaku dan meninju Baron?"
"Tentu saja." Dia menjauh sedikit untuk menatapku bingung, lalu kembali lagi. "Kau meragukannya?"
"Yah, semua orang tidak melihatmu meninju Baron. Jadi salahkan aku jika aku meragukanmu."
"Itu gila." Dapat kurasakan Calum bernafas di leherku, membuat merinding.
Suara Alex seperti dengkuran di pendengaranku, dan suara nafas Cal yang terus-menerus menerpa malah kedengaran seperti benturan pendulum besar. Calum membuatku gila hanya dengan hal-hal kecil yang dilakukannya. Caranya perlahan memindah kaki kami, memainkan rambut yang jatuh di punggungku, atau tuksedonya yang beraroma lavender samar.
"Kenapa kau meremas tangan Luke tadi?" Aku mendekat, menaruh kepala di pundaknya. Calum masih berbau seperti terakhir kali aku mengingatnya, namun kali ini dia berbau seperti salah satu ingatanku di masa lalu. Aku tidak bisa mengingat apa itu, tapi aku tahu itu membuatku menginginkannya lebih banyak.
"Maaf-- aku tidak seharusnya." Kutatap bibirnya yang bergerak. "Maaf. Um, kurasa aku hanya tidak bisa melihatmu di pelukan lelaki lain."
Kalau tadi dia tidak membuatku menangis, aku pasti sudah benar-benar memeluknya, bukan bagian dari dansa. Aku tidak tahu soal Calum, tapi berada di dekapannya membuatku merasa lebih aman daripada, bahkan, Dax. Ide untuk ada di dekapannya lebih menarik daripada harus memikirkan diriku berada di pelukan Luke.

YOU ARE READING
Magic \\ Calum Hood
Fanfiction"Kau percaya sesuatu tentang sihir, Ocean?" "Tidak." Ocean menggeleng, menjauhkan perhatian dari bukunya. "Memang kenapa?" Alice menyeringai, mengeratkan tangan Calum di sekitar pinggangnya. "Dia seperti sihir bagiku; Calum Hood." __ © Stupidnyan...