Calum tidak perlu diberi tahu dua kali untuk menggeret keranjang rotan itu ke apartemenku. Dia dengan senang hati mengecek-ngecek apa saja yang ada didalamnya.Di dalam boks isinya bermacam-macam. Ada snack, makanan basah, bahkan tali untuk jalan-jalan. Cowok ini kembali ke apartemen Zero untuk mengambil 'toilet' dan tempat makan Reese's.
Calum bahkan sudah mulai menyiapkan agenda-agenda untuk Reese's besok. Dia akan membantuku berjalan-jalan tentu saja, dengan alasan 'nanti kau terseret'. Padahal Reese's anjing kecil."Jam 9 kita akan ajak R jalan-jalan, dan kita akan sarapan di Starbucks. Tentu saja dia akan makan dulu sebelum pergi. Ocean kau juga harus makan." Dia menunjukku dari tempat berbaringnya di sofa, membaca dari secarik kertas bertulisan 'JADWAL UNTUK REESE'S' yang ditulis besar-besar, diikuti dengan runtunan kegiatan. "Jam 8 kau harus ada di studio agar aku membantumu supaya kau tidak terseret atau kecelakaan lain."
Aku mengisi tempat air untuk Reese's, membiarkannya duduk dengan patuh sebelum aku selesai.
"Setelah itu kau akan melakukan entah yang kau lakukan di studio hari itu. Pastikan dengan Simon apakah dia akan ada disana besok, jadi kau bisa ngobrol soal manager."
Aku mempersilahkan Reese's untuk meminum. Dia, dengan ekor bergoyang, mulai meminum yang sudah kusediakan.
"Aku juga berpikir kau pasti butuh Simon untuk menyetujui Coffee Break dan By The Time You've Finished Your Coffee." Lanjutnya.
Benar, tentu saja.
"Aku akan menelepon Simon sekarang kalau begitu." Aku bangkit untuk mengambil ponsel dari saku jins, membuka pintu balkon. Simon mengangkat teleponnya setelah dua kali dering, tepat ketika aku menutup pintu dibelakangku.
"Hai Sayang. Ada apa?" Suaranya terdengar.
"Hai Si." Aku bernafas. Bersandar ke pinggiran balkon dan menatap Los Angeles. "Aku cuma bertanya-tanya apakah kamu ke studio besok? Aku perlu ngomong soal beberapa hal.."
Simon diam, menyuruhku melanjutkan.
".. kau tahu.. masalah manager dan album.""Yeah, tentu saja." Simon menjawab, aku membayangkan cengiran setengah hatinya yang mengejek. "Aku sudah bertanya-tanya kapan kau akan membicarakannya. Baron sudah punya manager sejak dia ada di 5 besar."
"Shut up." Aku tertawa. Tidak percaya.
Simon ikut tertawa dari ujung telepon. "Aku tidak bohong! Yeah, well, itu tidak aneh juga. Mengingat dia selalu lupa pada hal-hal, tidak sepertimu yang membawa jurnal abu-abu dan ransel beruang itu setiap waktu."
Aku membalas dengan dengusan mengejek. Ransel beruang itu adalah hadiah dari Dad saat aku kelas 4 sekolah dasar. Aku sangat menyukainya dan mengenakannya setiap waktu. Tampaknya Simon mengingatnya dengan benar.
"Yah, kalau begitu aku akan tahu kelanjutannya besok. Benar?"
"Benar. Terimakasih Simon, semoga harimu menyenangkan."
"Dadah." Dia terkekeh sekali sebelum memutuskan panggilan.
Aku mendesah, kembali ke ruang duduk. Menemukan Calum meringkuk dengan Reese's di pelukannya. Dia mendongak dari sofa ketika aku menutup pintu balkon di belakangku.
"Hei." Dia menepuk tempat kosong disebelahnya. "Bagaimana?""Dia akan ada besok."
"Apakah kita bisa ajak Reese's jalan-jalan dahulu?" Dia menggaruk belakang telinga Reese's yang mendengking senang.
"Mungkin." Aku menyetel televisi, mencari The Incredibles dalam daftar acara.
"Apakah kau senang menonton Disney? Kau punya cukup banyak kumpulannya." Katanya setelah beberapa saat, memaksudkan kumpulan film yang ada di daftar acaraku.
YOU ARE READING
Magic \\ Calum Hood
Fanfiction"Kau percaya sesuatu tentang sihir, Ocean?" "Tidak." Ocean menggeleng, menjauhkan perhatian dari bukunya. "Memang kenapa?" Alice menyeringai, mengeratkan tangan Calum di sekitar pinggangnya. "Dia seperti sihir bagiku; Calum Hood." __ © Stupidnyan...