Just for remind you guys ^^
♢ - Belle pov
♡ - Dave pov
♤ - Lia pov
♧ - Justin pov********
♢Setelah mengobrol panjang dan melepas kerinduan, kita pulang ke rumah masing-masing kecuali lia. Yah secara dia kan numpang di apartemenku. Hahahah jahat banget aku yaa..
"Justin kok gak ada suaranya ya?" Tanya lia yang membuatku menoleh kearahnya.
"Justin tadi telpon gue kalo dia ada jam operasi berturut-turut. Jadi kemungkinan dia gak pulang. Lo kenapa tanyain justin? Biasanya juga enggak." Jawabku sambil memandanginya. Dia menggaruk rambutnya pelan lalu menggeleng dan berbaring.
"Gapapa gue cuma tanya aja." Jawabnya sambil memandang langit-langit kamar lalu tersenyum manis. Aku ikut mendongakkan kepalaku ke atas. Gak ada apa-apa juga. Aku masih menatap lia sambil menaikkan alisku sebelah.
"Gak usah berpikiran aneh-aneh deh belle. Lo itu ya perlu ngilangin kebiasan berpikir aneh-aneh lo itu deh. Kalo dipikiran lo itu aneh-aneh pasti ntar munculnya juga aneh-aneh. Mangkanya jangan aneh-aneh." Ucap lia panjang dan cepat. Aku mengerutkan dahiku.
"Ngomong paan sih lo? Lo itu yang aneh!" Jawabku lalu meletakkan buku ditanganku ke meja dan mematikan lampu. Aku mendengar lia terkekeh. Dasar gila. Aku terkekeh dalam hati.
"Bellee."
"Hmmm?"
"Kalo dave tau soal masa lalu lo, menurut lo dia gimana?" Tanya lia. Aku menautkan alisku. Aku mengulang-ngulang pertanyaan lia dalam hati."Masa lalu soal?" Jawabku datar dan aku mendapat jitakan luar biasa dari lia.
"Lo begonya gak ketolongan belle. Ya soal jeremy lah!" Jawab lia. Aku mengerang kesakitan karena jitakannya."Gak usah jitak juga nyett!!" Balasku mengacak rambutnya sampai kusut sedangkan dia meronta-ronta.
"Dave udah tau kok. So lo tenang aja. Lagian kan gue bisa sedamai ini kalo bukan karena dia siapa lagi." Jawabku santai. Lia merubah posisinya jadi terduduk.
"Seriusan? Kok lo gak cerita sih belle? Jadinya kan gue gak perlu susah-susah urusin tuh wanita.. tapi biarlah ini yang selalu ingin gue lakuin buat melindungi lo." Ucap lia berbaring lagi sambil memandang langit-langit kamarku.
"Wanita siapa? Prisilia?? Lo ngapain dia li?? Astagaa.. " teriakku.
"Gue gak ngapa-ngapain dia kok belle, serius!" Ucap lia sambil mengacungkan dua jari cantiknya itu. Aku menatapnya serius.
"Serius? Lo gak ngelakuin apapun kan?" Tanyaku lagi padanya.
"Gue cuma nyuruh anak buah gue buat ngusir dia tadi. Itu doang selebih itu nggak, nggak untuk sekarang." Ucap lia yang membuatku terduduk.
"Lo apa?.." aku memejamkan mataku lalu menghembuskan nafas pelan. Kenapa mereka tidak memikirkan kekhawatiranku setiap mereka melakukan hal seperti itu.
"Please li, jangan melakukan hal yang akan merugikan lo. Gue takut lo ataupun yang lain kenapa-kenapa. Kenapa kalian selalu tidak mengerti dengan apa yang kukatakan. Enggak dad, lo apalagi justin. Selalu gak mau dengerin gue." Ucapku kecewa lalu membaringkan badan memunggungi lia.
"Belle, dia ngancem lo bakalan gangguin lo sama dave." Ucap lia pelan. Aku membalikkan badanku menghadapnya.
"Li, kita tau prisil itu gimana. Dia gak akan berani melakukan hal itu. Percaya sama gue." Ucapku yakin.
"Lalu kalo lo yakin prisil gak akan berani melakukan itu kenapa lo takut?" Tanya lia yang berhasil membuatku bungkam.
"Apa yang membuat lo takut belle?" Tanya lia lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unspoken Destiny
RomanceWhen the love that you believe it makes you hurt and loss. When a very beautiful love turn into a complicated. When destiny unite .. destiny also separates And if destiny was real? What would you do? Accept it or Change it?