Fifteen

4.1K 88 7
                                    

Sinar matahari pagi menyeruak masuk kedalam kamarku. Aku menggeliat pelan dan meregangkan otot-ototku. Aku ingat semalam aku tidak pulang dan memilih bermalam di hotel. Aku menoleh kesisi kiriku.

"Argh stupid justin!" Umpatku. Aku berdiri dan berjalan menuju kamar mandi.

30 menit berada didalam kamar mandi sedikit menenangkan pikiranku. Aku berjalan keluar dengan memakai handuk melingkar dipinggangku.

"Mabuk bukan hal yang seharusnya lo lakuin justin." Ucap seseorang mengagetkanku. Aku menoleh dan mendapati wanita itu masih ditempatnya. Aku menghembuskan nafas pelan.

"Go Home and text me what you want." Ucapku sambil menggosok rambutku dan menatapnya tajam. Wanita itu tersenyum dan menatapku.

"I don't need your money jus. Aku melakukannya denganmu karena aku menyukainya. Kamu tidak bisa membayar seorang putri perdana menteri." Ucapnya sambil berdiri dan memakai pakaiannya.

"Again?? Apa lo selalu menyebutkan putri perdana menteri pada semua pria yang lo ajak tidur?" Tanyaku heran dan hanya ditanggapinya kekehan. Dia berbalik menghadapku bahkan pakaiannya saja belum benar. Dia berjalan mendekatiku. Meletakkan tangan pada dadaku.

"Hanya ada satu pria yang selalu tidur sama gue dan itu lo." Ucapnya tersenyum dan mencium bibirku sekilas lalu tertawa.

"Jangan menggodaku atau kita akan berakhir seperti semalam." Ancamku. Dia tertawa dan mengerlingkan matanya.

"Can't wait for that, my king." Ucapnya sambil menunduk. Aku tertawa terbahak melihat tingkahnya dan memakai pakaianku. Aku melihat layar hpku dan mendial seseorang.

"Where are you now?"
"....."

"Tell belle today or I will never let you be around her." Ancamku. Aku sebenarnya tidak ingin tapi ini sudah keterlaluan. Harusnya dia sudah mengatakannya.
"....."

"You know what? I don't care again. This is about my sister!"

Jam menunjukkan pukul 8 pagi. Aku meringkuk dibalik selimut. Aku mendengar suara jason berbisik.

"Maaf." Kenapa jason meminta maaf? Dia meminta maaf pada siapa? Aku memejamkan mataku dan mendengar suara pintu tertutup. Aku menoleh ke samping. Lia masih tertidur.

Ada apa dengannya? Kenapa dia meminta maaf?

Aku merebahkan badanku lagi dan menatap langit-langit kamar, mengingat kejadian semalam..

"Second son?" Pikirku sambil menatap langit-langit kamar.

Tringg..
1 received message

Dave.A :
Free today? Can we meet? There's something i want to tell you.

J.Gabrielle:
After lunch? Aku akan ke rumah sakit menemani lia pagi ini.

Dave.A:
Oke. Aku jemput di rumah sakit.

J.Gabrielle:
Oke.

2 jam menunggu lia selesai bertemu dengan pasiennya membuatku jenuh. Aku melihat sekeliling dan berjalan menuju taman. Aku melihat seorang anak memakai topi terduduk di kursi roda sambil memperhatikan beberapa anak bermain.

"Hey, what's your name?" Sapaku dengan lembut dan berjongkok disampingnya. Dia menoleh ke arahku dan tersenyum.

"Lisa, and you?" Tanyanya sambil tersenyum. Aku bisa melihat bahwa gadis kecil dihadapanku ini menderita penyakit yang cukup berat.

Unspoken DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang