Eighteen

1.3K 35 1
                                    


Aku terdiam di dalam mobil. Memikirkannya lagi. Menatapnya menjauh pergi. Aku tidak bisa menghapusnya dari ingatanku. Sampai detik ini, kenangan yang dia berikan padaku terlalu indah. Bahkan jantungku masih berdegup kencang saat melihatnya. Sentuhan yang kurindukan. Pelukan yang menghangatkan hatiku. Senyum yang memberi warna dalam hidupku.  Semua itu menghilang.

Aku merasakan sesuatu mengalir turun menuju pipi. Lagi? Apa yang harus kulakukan untuk melepasnya. Rasa sesak ini menghancurkanku. Membuatku kesulitan bernafas.

"Haah.." satu hembusan nafas. Mencoba mengontrol agar air mata ini tidak mengalir lebih deras lagi.

"Apa yang harus kulakukan." Ucapku pelan sambil menyandarkan kepalaku.

"Hahaha, mengapa langit hari ini sangat cerah?" ucap Camile sambil memandang langit dari dalam mobil.

Justin menatap gadis disampingnya dan tersenyum.

"Terlalu cerah. Aku tidak suka." goda Justin yang mampu membuat gadis yang sedari tadi menatap luar jendela menatapnya.

"Kalau aku? Kamu suka kan?" tanya Camile penasaran. Justin menoleh dan menatapnya.

"Ehm bagaimana ya? Aku harus jawab apa?" ucap Justin sambil melirik gadis disebelahnya yang terlihat penasaran.

"C'mon Justin say it. Yes yes yes yes?" ucap Camile antusias. Justin tertawa melihat reaksi Camile.

"Yes yes yes, of course babe." jawab Justin seraya mengecup kening Camile.

"If we're married someday, aku tidak ingin memiliki anak perempuan." ucap Camile yang berhasil membuat Justin mengerutkan kening. Camile tertawa.

"Why? Daughter like you and son like me, our life will be so perfect." jawab Justin. Camile tertawa lagi dan Justin menikmati tawa itu.

"Aku tidak ingin perhatianmu padaku teralihkan. Justin Gilbert Lorando hanya boleh melihatku, memikirkanku, dan mencintaiku." jawab Camile yang berhasil membuat Justin tergelak. Justin tidak percaya dengan jawaban Camile.

"Aku akan selalu melihatmu, memikirkanmu dan mencintaimu Cam. Bahkan jika nanti kita memiliki seorang putra dan putri, akan selalu seperti itu." jawab Justin sambil menggenggam tangan Camile dan mengecup punggung tangan Camile.

Camile melihat perlakuan Justin padanya dan tersenyum bahagia.

"Jika belle mendengar perkataanmu barusan, sepertinya dia akan melemparmu dengan kacang dan berkata ' bagaimana denganku Justin. Bukankah kamu harus memikirkanku? Aku adikmu lalu mama. Dia juga harus kau pikirkan.' dan masih banyak lagi yang akan dia katakan.." Ucap Camile antusias bahkan tidak berhenti berbicara. Justin tertawa mendengarnya berbicara.

"I love you Cam." ucap Justin.

"I love you more Justin." balas Camile.

Aku membuka mataku dan melihat atap mobil. Ingatanku dengan Camile selalu terngiang dan setiap kali aku mengingatnya, hatiku terluka lagi dan lagi.

Melupakanmu adalah hal terakhir yang harus kulakukan. Bahkan untuk meninggalkanmu aku tidak sempat memikirkannya. But now, You're someone who i can't have. A person i have to forget. I need to let you go.

Takdir yang kutunggu selama ini tidak akan memihakku.

         ************************

Tik.. Tik.. Tik..  Zraashh...

Rintikan air hujan mulai turun saat seorang gadis cantik duduk bersantai di balcony kamarnya dan menatap langit dengan sendu.

"Oh great. Now's raining." ucapnya sembari menutup buku yang dipegangnya.

Unspoken DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang