27).kalung

96 5 2
                                    


"Apa?! Tidak Mark! Lebih baik kau disana saja dulu, aku tak akan mengijinkanmu untuk kesini malam ini juga! Jika kau masih kekeh, kita akan putus!!"

Tutt.. tutt.. tutt..

Aku memutuskan panggilan dengan Mark, pria itu memang sangat menyebalkan! Bagaimana tidak, baru tadi sore ia kembali sekarang akan terbang kesini lagi. BIG NO!!

Ketukan dipintu kamarku membuatku bertambah kesal, terdapat Mom disana.

"Ada Krystal dan Hans, ayo turun"

Shh, untuk apa mereka datang? Tumben sekali ka Avva berkunjung kerumah Mom, bukannya ia tak ingin menginjakkan kakinya dirumah Mom lagi? Aneh sekali.

Melihatnya aku tersenyum tipis, sudah rapi sekali mereka, dan ini sudah pukul sepuluh malam kenapa mereka kesini.

"Anna, aku pamit ya"

"Memangnya ingin langsung kesana malan ini?"

Ucap Mom menatap sendu Krystal.

"Aku akan langsung pindah ke daerah Puncak Anna, malam ini. Jadi, aku dan Hans pamit pada kalian berdua. Kami takut jika besok Villa tak ada yang jaga"

Bahkan teh yang dibuat Ahjumma tidak diminumnya sama sekali, sedari tadi hanya ka Avva yang berbicara Hans hanya mengangguk dengan raut datarnya. Angkuh sekali sih dia?

"Baiklah, hati-hati dijalan ka. Aku turut senang"

Ucapku tak ingin suasana dingin dari suaminya menyeruak semakin dalan dirumah ini. Kurasa perasaan ka Avva sedang baik sekarang, entahlah, dia cukup terlihat bahagia didepanku dan Mom.

"Kalau begitu, kami berangkat. Anna, Mom jaga diri kalian"

Sedikit terkejut ka Avva mau memanggil Mom Avna dengan sebutan 'Mom'. Kemajuan yang baik, pikirku.

Setelahnya, ka Avva beserta suami dinginnya pergi meninggalkan rumah. Ka Avva tak pernah bercerita tentang apapun soal Puncak denganku, ah aku baru ingat. Kan, ka Avva denganku tak begitu dekat.

"Mom, Anna kekamar dulu ya"

Mom masih betah diambang pintu, menatap mobil ka Avva yang semalin menjauh dan hilang ditelan kegelapan malam. Aku tak ingin membuat Mom menangis, makadari itu aku memilih untuk kekamar.

"Menelphone lagi? Sudah 10 kali dia menelphoneku? Gila sekali dia!"

Melihat daftar panggilan tak terjawab dari Mark sebanyak sepuluh kali membuatku pusing kembali. Apa yang ia inginkan lagi? Tak cukup gertakan 'PUTUS' dariku?

Dengan terpaksa! Aku menghubunginya balik. Dan tak butuh waktu lama ia langsung menangkatnya, cepat sekali dia.

"Ada apa?"

Hey! Seharusnya aku yang bertanya ada apa! Bukan Mark.

"Kenapa menelphoneku sebanyak 10 kali? Hem?"

"Uh, umm. Boggo sipeo!"

Aku memutar bola mataku. Yang kuyakini Mark tak akan melihatnya.

"Secepat itukah? Ini bahkan belum ada sehari Mark, sekarang kau sudah merindukanku lagi? Dan bahkan baru beberapa menit yang lalu kau menelphoneku!"

Terdengar kekehan disana, tangnku rasanya gatal ingin menampar wajah tampannya. Semoga aku tidak gila berpacaran dengannya.

"Memangnya salah jika seorang kekasih merindukan pasangannya? Tidak'kan?"

When I Have To Give UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang