3).Terluka

129 13 0
                                    

Hello!! Gue balik lagi nih, ohya mianhe kalo bahasa korea gue berantakan ini baru awal mula gue masuk didunia Kpop. Gegara temen sebangku. Jelek? Mianhe, gue bakal belajar lagi. Jadi sama-sama belajar aja. Kalo bahasa korea gue salah kalian bisa kok vomment, biar gue perbaiki. Thanks:***

                           \/\/\/
   Rumah ini yang membuatku selalu ingin pergi, bukan karena rumahnya tapi karena seorang yang tinggal didalamnya. Jika aku yang menjadi kakak aku tak akan pernah kejam pada siapapun termasuk adikku.

Author PoV

Anna memasuki rumah dengan tergesa-gesa, sampai ia hampir tersandung dengan kakinya sendiri. Ia harus cepat sampai dikamar sebelum ka Avva pulang. Tadi Anna sempat diberi tahu oleh satpam bahwa mobil Avva belum kembali.

"Semoga ka Avva belum pulang, Tuhan tolong aku. Aku tak ingin disiksanya" kalimat itu yang selalu Anna gumamkan sat ia berjalan dari depan gerbang besar rumahnya.

Akhirnya Anna dapat mencapai pintu utama rumah ini, meski nafasnya sangat tidak beraturan. Digenggamnya knop pintu berharap belum dikunci, ini sudah menunjukkan pukul 20.45 malam. Mark dan BamBam teman yang terlalu asyik untukknya, sehingga ia lupa waktu.

Dibukanya pintu utama pelan-pelan berharap tak ada bunyi berdecit. Dan Anna mengelus dadanya saat ruang depan masih gelap, itu berarti belum ada orang.

"Syukurlah!" Ucap Anna kembali menutup pintu. Dan berjalan kearah lantai dua.

"Dari mana saja kau?! Apa kau tega membuat seorang kakak khawatir akan adiknya yang belum pulang sampai malam?! Ini sudah jam berapa Anna?! Jawab aku!!" Avva mengucapkan itu semua dengan menggebu-gebu meski sikapnya tetap tenang.

"Pukul 20.45, maaf aku lupa waktu. Dan maaf sudah membuatmu khawatir, aku menyesal ka Avva" Anna sangat yakin tak berapa lama lagi tubuhnya akan mendapat luka baru, hatinya sudah sangat kebal mendengar setiap perkataan kakaknya yang dingin itu.

"Kau bilang lupa waktu?! Aku bersusah payah mencarimu kemana-mana bersama Hans, sampai aku dan Hans telat untuk pergi ke Beutique!! Aku malu dengan designer baju pernikahanku karena aku telat 30menit!!"

Dan Anna sudah tak tahan lagi ingin menangis, dan akhirnya butiran bening itu keluar tanpa aba-aba.

"Dan sekarang kau menangis?! Hahh?!" Avva mulai manjambak rambut Anna dari belakang, hingga Anna meringis karena jambakkan keras itu.

Rasanya kulit kepala Anna seperti ditusuk ribuan jarum. Belum puas menjambak rambut Anna, kali ini Avva mengambil cuter dari dapur namun enggan melepaskan tangannya dari kepala Anna sehingga Anna harus teseret-seret mengikuti langkah cepat Avva.

"Kau tahu benda apa ini?!"
Ucap Avva sambil mengacungkan benda itu tepat dipipi Anna, sedikit saja Anna bergerak maka pipi mulusnya akan tergores dengan benda itu.

"Tolong kak, jauh..ka..n ben..daa itt..uu dar..riiku, a..kku ber..jan.jji tak akan meng..ngulangi..nya lagi" Anna sudah tak kuat melihat benda tajam itu mulai menggores pipinya secara perlahan.

Mengakibatkan darah tipis keluar dari pipinya, air matanya yang tetap mengalir mengakibatkan luka itu semakin perih.

"Sekarang, apa yang kau rasakan?! Sakit bukan?! Itulah yang aku rasakan Anna, saat designer beutique membatalkan perjanjian untuk membuat baju pernikahanku. Itu membuat pernikahanku yang sebentar lagi menjadi kacau karena kau menghilang sampai malam!! Itukan yang kau mau?! Menghancurkan hari bahagiaku? Seperti orangtua kita yang membuang buah hatinya tanpa rasa kasih sayang!!"

Avva melepaskan tangannya dari rambut Anna, dan menjauhkan cuter itu dari pipi Anna, melemparnya kesembarang arah dan memasuki kamarnya di lantai 3.

Anna memegangi pipinya yang terluka, dàn terduduk dilantai. Menyedihkan memang, namun ia harus kuat menghadapi semuanya.

"Aku merindukan kalian, wàlau kàlian telah membuang aku dan ka Avva. Aku juga sayang ka Avva, walau ia selalu menyiksa batin dan fisikku. Kuharap kalian masih hidup. Love you Mom, Love you Dadd"

                             \/\/\/

Setelah membersihkan tubuhnya, Anna baru mengobati luka dipipinya. Mengambil kotak P3K, yang terdapat di meja kecil.

"Sshh, perih sekali. Apa luka ini meninggalkan bekas yang lama? Apa nantinya setiap pria akan menjauhiku? "
Anna mengobati lukanya didepan cermin rias, melihat luka sayat itu yang panjang, tak lebar namun cukup membuat garis panjang dari ujung bawah matanya sampai rahang kanannya.

Anna tak pernah berkata bahwa ia benci dengan ka Avva, justru ia sangat menyayangi anggota keluarga satu-satunya itu. Ia ingin mengubah sifat ka Avva menjadi lembut dan hangat.

"Percayalah kak, aku sangat menyayangimu".

Continued
HELLO hai hello?! Gimana? Pendek? Ya seperti tinggi badanku.wkwk. gaseru? Gaje? Tapi masih penasaran? Gue bilangin ya,jadi orang jangan malu atau gengsi . Gitu aja sih.wkwk. thanks untuk vote dan vommentnya, dan makasih buat darkreadersnya.wkwk.
Love
Sasiputrikirana

When I Have To Give UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang