pergi

4.1K 214 14
                                    

Bertemu lalu berpisah begitukah cara takdir mempermainkan kita, memanipulasi keadaan dan membuat cerita baru yang tak pernah kita duga.

Min seol pov.

Aku berhasil lari dari pengawal pengawal kerajaan di saat mereka lengah tadi.

Aku berlari menuju rumah menteri keadilan yaitu rumah tuan besar ku, ayah dari nona ku Sang Di.

Akhirnya akupun sampai.

"Apakah nona sudah sampai?" Tanyaku pada 2 pengawal yang berada di depan pagar, menjaga pintu masuk.

"Nona? Bukan kah nona tadi pergi bersamamu, dimana dia? Kau meninggal kan nya?" Mereka bertanya curiga, dan marah kepadaku.

Aku tak menjawab pertanyaan mereka dan memilih aku berlari menuju tempat kejadian tadi.

Sampai disana aku baru menyadari arah lari Nona bukan ke arah rumah melainkan ke arah hutan.

Aku pun pergi ke arah hutan, langit mulai menggelap, aku harus menemukan nya sebelum Malam......

***********************
Author pov.

Setelah melakukan perjalanan kaki yang begitu jauh dan juga penuh dengan perdebatan perdebatan yang tak masuk akal dan tak menguntungkan akhirnya mereka menemukan pohon jambu yang sangat sangat besar tidak seperti pohon jambu biasanya, tempat yang cocok untuk beristirahat sekaligus untuk berteduh. mereka sangat lelah karna hampir 6 jam mereka terus berjalan.

"Aku tidak menyangka, ada pohon jambu sebesar ini di tengah hutan pohon pinus, ini seperti keajaiban"

"Ini bukan keajaiban bodoh, ini bisa saja terjadi mengingat tanah disini sangat bagus jadi pohon apapun bisa tumbuh disini"

"Oh, begitu yaa?"

Setelah itu.....hening...diam.....

"Kriuk..kriuk...." keheningan pecah saat suara perut Sang Di yang berbunyi, Wangseja pun menatap wajah Sang Di yang dia alihkan ke samping, dia hapal suara apa itu, itu adalah suara perut kelaparan.

"Suara apa itu, suara itu terdengar seperti gemuruh petir, bukan bukan suara petir tapi lebih tepatnya seperti suara cacing yang mengamuk di dalam perut karna sang pemilik perut tak memberi makanan pada perutnya" ada seringai dari ucapannya dan juga ada ejekan di balik omongannya. "Kau lapar?" Tanya nya kepada Sang Di dan Sang Di yang sedari tadi mengalihkan wajahnya karna malu tapi sekarang dia sudah memandang Wangseja dengan sedikit cengiran.

"Menurut mu? Dari tadi aku terus berjalan dan perut ku pun belum diisi sedari tadi, aku kelaparan" katanya mengeluh dan suara yang dia buat buat.

"Oh jadi seperti itu yaa?" Tanya nya lalu dia merangkak dan memajukan badannya kepada Sang Di. Sang Di yang di perlakukan seperti itu, ia pun langsung memundurkan badannya ke belakang.

"Apa yang ingin kau lakukan?"

"Apa lagi, jika tidak mengambilkan makanan untuk mu. Minggir aku ingin mengambilkan jambu untuk mu"

" jambu?" Tanya nya dan melihat ke atas, memang benar ada buah jambu, pohon jambu ini sedang berbuah. tadi tidak keliatan buahnya mungkin karna terlihat dari jauh.

"Iya. Sekarang cepatlah minggir atau aku tidak akan mengambilkan jambu itu untuk mu"

"Baiklah, sabar sedikit" sang di pun menggeser tubuhnya menjauh dari pijakan pohon yang ingin di naiki.

"Hati-hati" kata Sang Di ketika Wangseja telah berada di tangkai pertama pohon itu.

"Iya, aku sudah biasa memanjat seperti ini" katanya santai menengok sebentar dan melakukan kegiatan memanjatnya lagi.

Life Twice(lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang