Chapter 3

7 0 1
                                    

"Maki-chan, ayo masuk. Kenapa kau hanya mematung di sini? Ini hanya sebuah gedung perkuliahan sebuah universitas ternama di Tokyo. Mungkin kau bisa mendapatkan sesuatu yang lebih baik daripada dulu." Aku menenangkan pikiran dan jantungku yang berdegup tanpa ritme yang benar. Aku hanya akan masuk ke sana dan bertemu dengan pemimpin organisasi mahasiswa di sana. Memberikan undangan dan pergi. Sudah itu saja. Tapi aku tegang. Takut kalau-kalau aku terlihat kampungan atau kumuh.

Aku masuk, namun, aku berhenti kembali, ragu. Lalu seorang wanita dengan busana manawan melewatiku dan aku hanya menunduk. Dia begitu cantik, aku hanya memakai pakaian sekolahku dengan awut-awutan. Kami-samaa...

"Konnichiwa..." suara lembut seorang wanita dari arah belakang. Aku menoleh. Wanita tadi dengan pakaian menawan.

"Ahh..ko..konnichiwa." aku menundukkan sedikit badanku.

"Ada yang bisa ku bantu?" wanita ini tersenyum ramah sekali. Dia benar-benar gadis idaman lelaki.

"Emm.,aku ingin bertemu dengan ketua badan eksekutif mahasiswa di universitas ini. Apa anda tahu?" aku bertanya sesopan yang ku bisa. Dengan sedikit senyum grogi.

"Ahh. Aku akan meminta temanku mengantarmu. Karena sebentar lagi ada jam kuliah. dari mana?" dia bertanya sambil memencet tuts di handphonenya. Sesekali menempelkannya di telinga.

"Emm. Saya dari Higashi Gakuen. Terimakasih untuk bantuannya." Aku menganggukkan kepalaku agak dalam.

"ahh, bukan apa-apa. Kebetulan aku adalah anggotanya. Tidak sulit menemukannya." Dia menjawab enteng. Tetap dengan menempelkan handphonenya di telinga..

"Bisakah kau ke sini, ada yang ingin bertemu dengan ketua. Kau bisa kan?" dia bertelepon agak lama. Aku sudah merasa tidak nyaman. Kukira dia hanya membohongiku atau hanya sekedar beramah tamah. Aku menunggu.

"Nah, temanku akan segera ke sini dan menjemputmu. Letak kantor sekretariat kami di gedung sebelah. Aku pergi dulu. Oh oya aku Lina" Dia melambai padaku dan berlari tergesa.

"Arigatou gozaimasu.." aku sedikit berteriak. Dia hanya berlari melambai-lambai. Begitu baik. aku ingin seperti dia kelak ketika menjadi seorang wanita dewasa.

Aku duduk di kursi di sampingku. Berharap wanita yang kutunggu tidak lupa. Aku membuka-buka blog dan menuliskan sesuatu di sana. Beberapa menit berlalu seorang pria berjalan melewati lorong dan seperti berjalan ke arahku. Ketika aku melihatnya aku merasa ada yang familiar di sana. Siapa dia. pria ini berhenti di hadapanku. Aku kaget. Aku berniat melihat kearahnya untuk memastikan ia benar-benar di hadapanku. Namun, entah mengapa getar-getar itu mulai muncul kembali. Aku hanya melihat wajah dan matanya yang begitu familiar untukku. Bahkan aku belum mendengar suaranya. Tapi mengapa detak jantungku kembali seperti dulu ketika aku melihat pria itu untuk pertama kali. Siapa pria ini?..

"Apakah kau anak Higashi Gakuen yang ingin bertemu dengan ketua?" dia mengeluarkan suaranya.

Aku ingin menjawab 'iya' tapi aku merasakan sesuatu yang berbeda. Jantungku...mengapa benda ini berdetak begitu kencang hingga terasa sesak untuk bernafas. Aku tak paham. Apa yang sebenarnya terjadi ini tidak rasional. Aku melihat pria di depanku ada sesuatu yang bergetar di sana di hatiku. Sekelebat mata yang sangat familiar. Tapi aku tak bisa mengingat perasaan apa itu. aku hanya menarik nafas panjang dan melupakan sedikit perasaan tanpa ingatan ini. Siapa di depanku ini tentunya memiliki sesuatu yang berbeda dari orang lain.

"Ah.,iya." Aku menjawab agak lama.

"Baiklah, ikuti aku. akan kuantar ke sana." Dia berjalan didepanku. Aku hanya mengikutinya. Beberapa langkah jauhnya dariku. Orang yang tidak terlalu tinggi dan mungkin sedikit lebih tinggi beberapa centi dariku.

"jangan jauh-jauh. Kita harus agak cepat, biasanya jam-jam ini sudah banyak yang pulang." Pria itu menengok sebentar dan kembali berjalan. Aku mencoba menyamai langkah kakinya.

Beberapa menit tanpa bicara hanya suara langkah kaki yang terdengar berddentum dilantai lorong kampus. Aku melihat ke depan dan terlihat ruangan yang luumayan ramai. Aku berpikir sekali lagi. bukankah aku hanya perlu menyerahkan pamflet dan publikasi ini untuk badan eksekutif kampus ini. Mengapa aku harus menyerahkannya langsung padahal bisa dititipkan.

"Hahhh.,." menghela nafas panjang. Kami sudah sampai. Banyak orang di sana, berbicaara satu sama lain. Pria yang mengantarku masuk dan entah dia berbicara dengan siapa. Kulongokkan kepalaku ketika ada seseorang yang menyuruhku masuk. Kulihat pria tadi duduk di sebuah kursi dengan seorang pria yang ketika aku duduk dan bicara ternyata dia adalah ketuanya. Sudah kuduga, dengan wajah agak garang tegas tetapi entah mengapa ada sesuatu yang lembut di dalamnya. Aku merasakannya.

"Ini ketua kami. silahkan.." pria yang tadi mengantarku menyilakan aku duduk lalu pergi keluar. Aku menggeser kursi di depanku dan duduk di depan sang ketua.

"Ada perlu apa ya?" ketua bertanya padaku. Wajahnya terlihat lebih jelas, rahang keras dan benar-benar tegas.

"Sebelumnya perkenalkan, saya Maki dari SMA Higashi." Aku berdiri dan membungkuk sedikit.

"Ya, Maki-chan, aku ketua badan eksekutif di sini. Kau bisa memanggilku Takeda. Dan yang tadi mengantarmu itu Miyazaki. Ada perlu apa ke sini?" dia langsung menanyakan tujuanku. Mungkin dia tergesa-gesa.

"Ada undangan untuk keikutsertaan dalam seminar anggota pelajar terbesar di Tokyo. Perwakilan dari anggota, ketua diutamakan untuk hadir." Aku menyerahkan undangan itu padanya.

"Emm. Baiklah. Jadi seminar kali ini untuk seluruh SMA di Tokyo. Menarik. Baiklah mungkin kami akan datang." Takeda-san menjawab.

"Jadi dulu anda adalah anggota dari organisasi ini?" tanyaku penasaran.

"Benar. Ada beberapa yang menjadi anggotanya. Dan setiap anggota yang sudah sukses atau kuliah akan diundang dalam acara seperti ini untuk menjadi ketua pelindung yang anggotanya adalah dari anak SMA. Begitu." jawabnya. Aku hanya mengangguk angguk.

"Silahkan konfirmasi kehadiran pada nomer yang sudah ada di undangan itu." aku memberikan sedikit informasi dan aku pamit.

"saya pamit dulu." Aku membungkukkan badanku sedikit dan pamit pergi. Dia juga membala salamku lalu masuk. Aku merasa lega. Sudah selesai dan aku hanya tinggal keluar dari tempat ini.

Kruuuykuuukukk... aku lapar. Harus segera makan. Aku mempercepat langkahku menuruni tangga. Keluar melihat taman tengah kampus ini.

"Akhirnya..." aku menggumam pada diriku sendiri.

EmoLostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang