Chapter 13

6 0 0
                                    

"Dokter, sebenarnya apa yang terjadi dengan anak kami?" suara ibuku menanyakan keadaanku pada dokter.

"Putri bapak dan ibu hanya mengalami dehidrasi dan dia juga kekurangan hemoglobin. Selain itu sepertinya dia tak makan dengan cukup gizi. Anemia juga menjadi berbahaya jika tidak ditangani dengan baik." dokter membicarakanku panjang lebar.

"Maki-chan sudah baikan, Paman - Bibi. Kemarin sudah ada yang menjenguknya. Kurasa dia akan segera baik." kudengar suara Mami-chan ngobrol dengan ibuku setelah itu. Masih enggan membuka mata. Akhirnya aku tertidur kembali.

"Maki. Maki."seseorang membangunkanku. Mataku terbuka, dan cahaya matahari membuatku menutupnya kembali. Tapi sayup-sayup kulihat Mami-chan dan ibuku di sampingku.

"Maki, kau sudah bangun?" ibu meyakinkan dirinya.

"Ibu? Ayah?" tanyaku.

"Dia sedang pergi ke tempat pamanmu mengambil beberapa berkas dan pakaian. Apa kau merasa pusing?" ibuku kembali bertanya.

"Tidak. Aku sudah lebih baik." jawabku.

"Setelah kau terbiasa dengan keadaanmu saat ini, kau harus segera mandi dan makan. Dokter mengatakan kau harus memakan semuanya." Ibuku mengucapkannya pelan di samping ranjangku.

"baik."

"Maki, kau tidak harus memakan semuanya." Mami-chan membuatku kaget. Ibuku melotot padanya.

"Apa? Kau tidak harus memakan piring, mangkuk dan gelasnya. Kalau sendok tentu kau bisa." Suasana menjadi rusak gara-gara Mami-chan. Ibuku tersenyum. Lalu ia pergi ke lemari mengambil pakaian dan handuk. Menyiapkan air dan lain-lain. Aku dan Mami-chan hanya gobrol panjang lebar tak tentu arah.

"Apa kau tak bekerja hari ini? Sejak kemarin kau ada di sini." Tanyaku pada Mami-chan.

"Ketika kau sakit itu hari Minggu. Kemarin hari senin, sekarang hari selasa. Benar juga." Mami-chan membuatku kalang kabut. Apa yang sedang ia bicarakan.

"Baiklah. Aku akan bekerja hari ini. Kata dokter kau bisa pulang besok pagi. Jadi bersenang-senanglah di sini." Dia pergi dan melambai padaku. Kulihat dia mendatangi ibuku dan memeluknya.

"Maki, mandilah. Ibu akan ke tempat pencucian sebentar." Baik. aku baru hendak turun dari tempat tidur. Ibuku menolongku.

"Ibu, aku ingin terus sakit jika ibu melayaniku seperti ini." Aku tersenyum nakal.

"Apa yang kau katakan. Ini saja sudah sangat sulit menerima kenyataan anakku sakit gara-gara kurang makan. Sudah-sudah."

Aku berjalan sendiri ke kamar mandi. Infus yang menjerat tanganku susah payah kubawa. Kudengar ibuku menutup pintu. Tapi aku berbelok menuju jendela kamar di seberang tempat tidurku. Kulihat keluar, tidak, ke bawah. Mungkin aku ada di lantai 5 atau 6 rumah sakit ini. Banyak orang di bawah sana. Suara ambulan juga tak henti-hentinya datang dan pergi. Ku buka jendela dan aku melangkah menuju kamar mandi. Air hangat yang disiapkan ibuku sangat nyaman ditanganku. Benar-benar menikmati mandi. Rambutku masih begitu basah ketika aku keluar dari kamar mandi. Aku tak melihat ibuku di sana. kulihat makanan di atas meja, perutku berbunyi. Baru kusadari aku tak makan sejak kemarin pingsan. Kuletakkan kantung infus di tempatnya dan mulai makan. Tak ada yang tersisa kecuali piring, sendok, mangkuk dan gelas. Baru saja meletakkan gelasku seseorang mengetuk pintu. Seorang perawat. Dia masuk membawa bunga dan vasnya.

"Selamat pagi." Sapnya.

"Selamat pagi." Jawabku.

"Saya hanya akan mengecek tekanan darah dan meletakkan ini." Katanya sambil meletakkannya di meja di depanku. Lalu mendekatiku dan membalut tanganku dengan kain.

EmoLostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang