Kubuka mataku dan cahaya putih menyilaukan mataku. Semua serba putih. Kepalaku masih terasa pusing dan tubuhku lemah. Aku bergerak ke samping dan aku melihat Mami-chan tertidur di sampingku. Apakah tadi malam itu mimpi atau benar-benar gadis ini meneleponku.
"Mami-chan..." suara ku hanya terdengar seperti desahan. Kulihat tangannya bergerak. Dia bangun dan menatapku.
"Maki-chan. Kau baik-baik saja? Apa yang terjadi padamu. Aku cemas seklai ketika suaramu seperti suara ayam terkena kanker. Aku langsung datana mencari alamatmu dan ketemu. Kau sudah seperti orang mati." Mulutnya sampai berbuih jika kau melihatnya. Tidak mungkin.
"Kau ini. Aku baik-baik saja." Jawabku.
"Apanya yang baik, ketika aku sampai di apartemenmu kau seperti mayat. Badanmu pucat. Panas tubuhmu mencapai 38. Aku bahkan hampir menangis ketika dia menggotongmu masuk ke mobil dan membawamu kemari. Kau sangat rapuh." Kata-kata Mami-chan membuatku terharu. Sudah berapa lama kami tak seperti ini. Kurasakan aliran hangat menyentuh pipiku. Tanganku secara otomatis menghapusnya.
"Mami-chan, terimakasih. arigatou." Dia hanya memelukku dan membiarkan ingusku menempel dibajunya.
"Apa yang kau lakukan? Menggunakan bajuku untuk mengelap ingusmu?" aku melepaskan pelukannya dan tersenyum nakal.
"maaf." Muka tanpa salah kupasang. Kami tersenyum.
Lalu kulihat di depan pintu di balik punggung Mami chan, seorang yang tak ku kenal. Dia kemudian masuk.
"Bagaimana keadaanmu?" pria ini bertanya padaku seolah-olah dia mengenalku.
"Ya, aku baik-baik saja. Terimakasih." Jawabku.
"Terimakasih banyak Kosuke. Kalau kau tak ada aku tak tahu apa yang akan terjadi pada Maki." Mami-chan membungkukkan badannya.
"Apa?" reaksiku akan terlihat aneh ketika kaget mendengar kata-kata Mami-chan.
"Apa? Kau ..." Pria itu mendekatiku. Aku mengamatinya lagi. Memastikan.
"Emmm, Maki-chan, aku akan keluar sebentar dan aku akan mampir ke apartemenmu untuk mengambil barang-barangmu." Dia pergi tanpa izinku.
Suasana menjadi aneh. Siapa pria di hadapanku ini. Perasaan yang kuingat terjadi ketika aku masih di senior high school, ketika aku bertemu dia.
"Apa kau melupakanku sekali lagi, Maki?" Tanya pria dihadapanku. Dia duduk di tempat tidurku.
"Maaf, aku melupakanmu." Jawabku.
"Untuk apa kau meminta maaf padaku. Bukankah kita tak ada hubungan apapun?" tanya Kosuke lagi.
"Benar. Tapi bukankah kita hanya teman sejak dulu. Mengapa kau mencariku?" tanyaku membalas pertanyaannya. Aku hanya ingin mengetahui maksud kedatangannya.
"Hemm.." dia tersenyum pada dirinya sendiri.
"kenapa kau tersenyum?" tanyaku.
"Apa kau merasa menderita? Maksudku apakah kau merasa kesepian selama beberapa tahun ini? Apakah kau merasa aku mempermainkanmu?" Kosuke bertanya dengan matanya yang aku bahkan tak mengingat sorot itu.
"Tidak, aku baik-baik saja. aku bekerja dan melakukan banyak hal. Mengapa kau tanyakan itu padaku? Apa karena aku tergelatak di sini dan kau memergokiku seolah-olah aku menderita begitu banyak?" aku kembali bertanya.
"Baguslah, aku hanya merasa bersalah padamu. Kukira kau sangat sakit hati ketika kita bertemu di pesawat. Dan kau melupakanku sampai sekarang." Jawabku.
"Hemm. Rasanya tidak seperti itu. Itu yang terbaik untuk semuanya ke depan. Aku merasa semuanya baik-baik saja." Jawabku. Bohong. Kepalaku sakit.
"Baguslah kalau begitu. Kau mau makan apa?" Dia mengalihkan pembicaraan.
"aku ingin kau menjelaskan kenapa kau mencariku?" aku masih sayup-sayup ingat Mami-chan mengatakannya ditelepon bahwa dia mencariku. Beberapa kali kuraba dahiku. Panas.
"Mengapa? Aku hanya mengingatmu saja. hanya ingin melihatmu. Hanya ingin berbicara denganmu. Hanya ingin bertegur sapa denganmu. Hanya ingin mengingat perasaanku dulu padamu. Sebelum aku melupakan semuanya karena terlalu lama tak bertemu." Perkataannya membuat mataku panas. Siapa dia bisa bicara seperti itu padaku.
"Kau sudah melakukannya hari ini. Kau bahkan menolongku. Terimakasih untuk mengunjungiku." Jawabku. Terkesan acuh padanya. Tapi jujur aku begitu menghargai kata-katanya saat ini. Karena aku merindukannya.
"Maki..." panggilnya.
"Hemm?" tanyaku.
"Maki..." dia memanggilku sekali lagi.
"Aku mendengarmu. Bisakah kau memanggilku hanya sekali saja?" aku protes.
Kosuke hanya tersenyum sambil mendekatiku. Tangannya mengusap pipiku. Aku baru sadar dia menghapus air mata yang bahkan aku tak merasakannya ketika itu jatuh. Mungkin ini mimpi yang lama sekali kuinginkan. Mimpi yang tak pernah jauh dari otakku. Tapi baru kali ini mimpi ini datang. Kami kembali bersama seperti dulu. Kupejamkan mataku, aku berharap mimpi ini akan terus berlanjut dan jika aku terbangun maka aku tak akan melihatnya lagi. Aku merindukannya. Kepalaku semakin terasa pening.
"Apa kau pusing?" suara itu terdengar. Kujawab dengan gelengan kepala yang ternyata membuat kepalaku semakin sakit.
"Maki. Aku akan keluar sebentar." Suara itu menjauh. Dan ketika membuka mata tak ada seorangpun di sampingku. Aku tahu ini mimpi. Kepalaku pusing. Begitu sakit. Dan aku tak sadarkan diri lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
EmoLost
عاطفيةPast means nothing. Future means everything. But my future with someone from my past is my everything. Even though my past wasn't that beautiful to remember.