CHAPTER 20

1 0 0
                                    

Ketika kubuka mataku, aku berharap aku sedang di sebuah tempat menyenangkan tanpa ada kata perjodohan. Namun yang kutemukan hanya sebuah kamar dengan foto kedua orangtuaku bersamaku menempel di tembok. Aku sengaja menempelkannya di sana agar setiap aku bangun mataku langsung melihatnya. Selimut yang semalam membungkus tubuhku segera kusingkirkan. Kakiku mengajakku ke dapur. Ada bau harum kopi yang menyeruak di hidungku. Mungkinkah Asaoka masih di sini. Sebagian hatiku berharap demikian. Sebagian lainnya berharap dia tak ada di sini. Baru saja aku memikirkannya suara seseorang bersenandung membuatku berdegub.
"Selamat pagi tukang tidur..." Suara Mami-chan mengagetkanku.
"Mami-chan...." Aku memandangnya dengan tatapan heran dan kaget.
"Aku baru saja sampai. Ini kopimu." Ucap Mami-chan.
Kuraih cangkir di depanku. Membaui aroma kopi yang menyenangkan.
"Ada apa?" Tanyaku. Mami-chan di hari kerja tak mungkin sekali menemuiku, kecuali saat aku sakit.
"Tidak. Hari ini kau masuk?" Mami-chan sibuk dengan masakannya.
"Aku berangkat seperti biasa. Kau bisa di sini sampai aku pulang." Ucapku sambil meneguk kopi yang tersisa.
"Baiklah." Ucapnya singkat. Dia bahkan tidak menatapku ketika aku sedang bicara. Aku memakan masakannya dan pergi.
Aku meninggalkan Mami-chan seorang diri. Dia sedang menonton televisi ketika aku pergi. Apa yang terjadi padanya aku bahkan tak bisa menduga. Sekolah menjadi begitu berat hari itu. Ketika bel pulang berbunyi semua rasa berat seketika hilang. Aku segera pamit kepada guru dan pegawai lainnya. Yang ada di kepalaku saat ini adalah Mami-chan. Apakah dia sakit, atau dia melakukan sesuatu yang tidak-tidak. Atau jangan-jangan dia hanya pura-pura saja. Mami-chan......
Pintu apartemenku terbuka. Ada beberapa sepatu berjajar di rak. Aku segera masuk dan aku berhenti tepat di ruang tengah. Mereka berkumpul mengobrol dengan santai.
"Maki kau sudah pulang." Asaoka berdiri dari duduknya dan mengajakku bergabung.
"Duduklah. Atau kau mau mandi dan ganti baju dulu?" Tawarnya.
"Biarkan dia Asaoka-san." Mami-chan mengajakku duduk. Menggandeng tanganku untuk duduk di depan seorang gadis manis berambut panjang. Sungguh manis.
"Ohishashiburi Maki-chan." Dia tersenyum. Aku hanya menatapnya dan menatap Mami-chan.
"Kau tak kenal dia Maki-chan?" Mami-chan menatapku dengan tatapan tanya dan heran.
"No clue." Ucapku.
"Dia teman sekolah kita Maki." Asaoka memberi clue.
"Kau bahkan kenal dengannya Asaoka San." Ucapku. Dia hanya tersenyum.
"Baiklah...Aku menyerah." Ucapku pada akhirnya.
"Aoi. Aku Aoi." Akunya.
"Aoi? Aoi? What? Bagaimana kau bisa secantik ini? Ya Tuhan..." Aku menutup mulutku dengan tangan saking terkejutnya.
"Kenapa kau kaget begitu? Apa yang berubah?" Tanya Aoi padaku.
"Kau sangat berbeda sekali."
"Hahaha...." Tawaku terasa hambar.
Kami semua mengobrol kesana kemari tentang masing-masing.
"Aoi-chan. Bagaimana kau dan Mami-chan bisa bertemu?" Tanyaku sambil mengunyah irisan apel.
"Kami tidak sengaja bertemu tadi di pintu masuk gedung apartemen ini." Aoi menjelaskan.
"Aku baru pulang dari belanja buah dan bahan makanan lain untuk mengisi kulkas mu." ucapnya sambil melotot padaku. Aku hanya meringis.
"Lhoh. Apa kau tinggal di sini sekarang?" Tanya Asaoka.
"Tidak. Aku hanya mengunjungi..." Kata-kata Aoi terputus oleh ucapan Mami-chan.
"Seorang teman bukan?" Dia memandang Aoi meminta persetujuan.
"Ahhh...benar. Benar." Ucap Aoi menyetujui.
"Ada apa ini? Kalian merahasiakan sesuatu?" Tanyaku.
"Tidak. Tidak ada." Ucap Aoi.
"Kau jangan begitu. Kita memang baru bertemu tadi." Ucap Asaoka.
"Oh. Ngomong-ngomong Asaoka-san. Bagaimana bisa tahu apartemen Maki-chan?" Tanya Aoi. Aku tak bisa mengatakan tentang perjodohan. Hanya Mami-chan saja yang perlu tahu. Aku memandang Asaoka yang ternyata juga memandangku.
"Aku hanya kebetulan bertemu Mami-chan tadi. Dan dia mengajakku ke sini." ucap Asaoka tanpa mengalihkan pandangannya dariku.
"Aaaa begitu rupanya. Naruhodo. Ketika aku masuk Asaoka San sudah ada di sini." Aoi hanya mengangguk angguk.
"Aoi. Sekarang sudah sore kau jadi pergi?" Tanya Mami-chan.
"Oh my..aku hampir saja lupa. Baiklah aku pamit dulu. Ada janji dengan teman lama. Kapan-kapan aku mampir lagi." Aku mengantarnya sampai pintu apartemenku.
"Bye..."
"Bye..."
"Maki-chan. Aku keluar sebentar." Mami-chan keluar dengan terburu-buru.
"Kau mau kemana?" Tanyaku.
"Aku segera kembali." Ucapnya sambil melambaikan tangannya.
Aku masuk ke dalam menemukan Asaoka duduk sambil mengganti channel televisi.
"Kau datang pagi-pagi?" Tanyaku.
"Iya." Jawab Asaoka singkat.
"Kau pulang semalam?" Tanyaku.
"Tentu saja."
"Kapan?"
"Setelah kau tidur."
"Aaa...Kau tidak bekerja?"
"Kenapa"
"Kenapa datang pagi-pagi?"
"Tidak. Aku hanya khawatir."
"Tentang?"
"Dirimu."
Aku terdiam. Asaoka menghawatirkan diriku. Dia menjawab semua pertanyaanku tanpa menatapku. Matanya tak beralih dari televisi di depannya. Tapi hatiku bahkan ingin menangis karenanya. Aku segera pergi ke kamar mandi.o
"Aku mandi dulu." Ucapku.
Dia tidak menjawab. Kenapa dia begitu. Pintu toilet kututup. Aku melihat bayanganku sendiri di kaca. Mataku berair. Entah karena apa. Asaoka. Atau rasa bersalahku padanya. Lama aku hanya duduk di bawah wastafel. Terdiam. Aku me-recalled segala pembicaraanku dengan Aoi, Mami-chan dan Asaoka. Mengingat nama Aoi aku menyadari bahwa Aoi adalah adik dari pria yang selama ini menjadi mimpiku sepanjang malam. Matanya membuatku ingat kembali. Air mataku mengalir. Tapi aku terdiam. Kenapa semua yang ingin kulupakan kembali lagi. Hidupku sudah begitu rumit karena melupankannya. Apalagi mengingatnya kembali.
"Maki-chan...? Maki...kau sudah selesai mandi? Aku harus pulang. Aku akan datang lagi besok." Ucap Mami-chan dari luar pintu kamar mandi.
Aku berdehem dan menjawabnya.
"Baiklah. Hati-hati."
"Aku pulang sekarang." Dan suaranya hilang bersama langkah kakinya.
Aku memutuskan untuk mandi. Segera berganti pakaian dan membuat makan malam. Ketika melewati ruang tamu, meja masih berantakan. Asaoka tertidur di sofa. Meja segera kubersihkan. Aku menuju ke kamarku. Mengambil selimut dan kembali ke ruang tamu. Asaoka tidak bergerak ketika selimut menyentuh tubuhnya. Aku segera pergi ke dapur. Membuat sup jamur dan memasak nasi. Ada ikan kering dari Mami-chan. Aku menggorengnya dulu. Setelah itu membuat sup jamur. Tangan yang sejak tadi mengiris jamur terhenti dengan ingatanku tentang Aoi. Dia akan bertemu teman lama. Apakah dia sebenarnya bertemu dengan kakaknya. Aku terdiam.
"Apa yang kau pikirkan?" Ucapnya. Aku tak menengok ke belekang.
"Tidak..."
"Kata tidak adalah kebohonganmu." Ucapnya.
Aku merasakan dia mendekat dan memelukku dari belakang. Tangannya melingkar di pinggangku. Dia menyandarkan dagunya dibahuku. Tubuhku tak bergerak karenanya.
"Maki-chan..." Ucapnya.
"Hemm...." Tak ada yang bisa kuucapkan. Beban yang berat bagiku jika dia seperti ini.
"Lupakanlah pria itu. Jangan ingat lagi tentangnya. Lupakan..... Miyazaki Kosuke. Kau sekarang milikku." Ucapnya.

EmoLostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang