4 tahun berjalan sudah. Aku telah menyelesaikan studiku dengan lumayan keren. Aku mendapatkan nilai yang memuaskan bagiku dengan kemampuanku yang menurutku pas-pasan. Penelitianku sudah selesai dan aku sebenarnya memiliki rencana untuk melakukan research di sebuah negara timur, Indonesia. Ada banyak hal yang ingin ku ketahui dari negeri yang menurutku misterius. Negeri dengan kekayaan alam yang melimpah, potensi sumber daya yang tiada tanding. Namun negeri itu jauh dari kata maju. Tidak seperti negeri kami yang maju tanpa sumber daya yang melimpah. Kami hanya memiliki laut dan gempa bumi. Aku ingin masuk ke negeri itu dan membuat sebuah perubahan kecil. Tapi aku sedikit terhalang oleh kemauan orang tuaku.
"Maki, ibu tak menginginkanmu untuk pergi jauh dari Jepang. Ada banyak hal yang memang perlu kau tahu tapi akan lebih baik kau mencari tahu dari sini. Ibu merasa sedikit keberatan." Suara ibuku membuatku tegang walau berada di dalam telepon.
"Tapi aku benar-benar ingin pergi ke sana. Aku tidak mencari uang, aku mencari mimpi dan akan mewujudkannya di sana. Ibu tahu maksudku bukan?" aku mempertanyakan keraguannya sekali lagi.
"Maki, bukan maksud ibu melarang apa yang menjadi impianmu. Tapi ibu merasa kau harus di Jepang dan ibu akan tinggal bersamamu bersama ayah juga. Kau bisa bekerja dan memulai karirmu. Ibu merindukan masa-masa kita bisa berkumpul bersama." Jawab ibuku. Kata-kata terakhirnya membuatku merinding.
Memang aku sudah berpisah dengan keluargaku selama beberapa tahun. Mencoba untuk tinggal sendiri dan mandiri. Belajar di pagi sampai siang hari dan bekerja di waktu malam atau melakukan sesuatu yang menghasilkan uang dari menulis. Kali ini ketika ibuku mengatakan kalimat terakhir itu aku menyadari betapa lamanya aku tak melihat mereka berdua. Dan kuputuskan untuk mematuhi apa yang mereka berdua inginkan dengan alasan itu dan aku tak mau disebut anak durhaka yang melupakan orangtuanya.
"Baik, bu. Tapi bisakah kita tetap di apartemenku. Ibu tinggal pindah ke sini bersama ayah."
"ibu akan membicarakannya lagi dengan ayahmu. Tunggu saja telepon dari kami. Oh iya Maki, apa yang sekarang kau kerjakan setelah lulus?" tanya ibuku mengalihkan pembicaraan.
"Aku sekarang bekerja di sebuah perusahaan makanan dan aku juga mengajar seorang anak perempuan di pusat kota Tokyo. Ibu sepertinya ada tamu bisa kututup teleponnya?" ibuku mengiyakan dan kami pun berpisah dari telepon. Aku berbohong tak ada tamu, aku juga berbohong mengenai pekerjaanku karena sejujurnya aku mengajar di sebuah junior high school. Aku sudah berada di sana 1 tahun yang lalu. Hal ini kulakukan agar mereka tak merasa cemas dan aku ingin mereka tahu ketika aku sudah sukses. Menyenangkan bagiku melihat anak-anak berpakaian seperti sailormoon atau pelaut. Menggemaskan. Aku mengajar biologi di sana. Walaupun masih guru sementara karena aku belum lulus dan aku harus menunggu dokumen-dokumen yang dipoerlukan untuk mendaftar di sebuah sekolah agar menjadi guru tetap.
<__>
Hari di mana ibuku akan pindahan ke apartemenku. Kudengar suara dering handphoneku.
"Ya, bu?" jawabku.
"Maki, ibu dan ayah memutuskan untuk tidak jadi pindah ke apartemenmu. Kami memilih menyewa apartemen sendiri sekitar 10 km dari apartemenmu. Karena ketika kami bertanya kepada agen yang mengurusi apartemenmu ternyata sudah ada yang memesan dan memberikan uang muka. Ibu tak bisa melakukan apapun. Apa kau tak apa?" ibuku berbicara panjang lebar.
"Baik, tak apa. Aku akan sering mengunjungi kalian." Jawabku.
Yah, memang begitu keadaannya. Aku terlalu sibuk di sekolah. Hingga kemungkinan aku bisa mampir ke apartemen baru ibuku seminggu dua kali. Sabtu dan mingggu.
Hari sudah terlalu malam ketika aku pulang dari sekolah. Umurku yang baru 21 tahun serasa tak ada sesuatu yang berbeda dihidupku. Hampa. Bagaimana dengan teman-temanku yang lain? Mami chan masih di luar negeri dan yang lain aku tak mendengar kabarnya sama sekali. Aoi kudengar dari Mami chan sudah kembali dari studinya. Mengingat Aoi aku kembali teringat oleh kakaknya. Entah beberapa tahun setelah mereka semua pergi, setelah kami berpisah, aku masih saja memimpikan bahkan memikirkannya sebelum tidur seperti ini. Merasa semuanya sudah berakhir. Dan terkadang aku masih menghayal dia berada di sini dan aku hanya bisa menatapnya tanpa berbicara padanya. Dan aku pun terlelap ketika jangkrik berderik.
KAMU SEDANG MEMBACA
EmoLost
RomancePast means nothing. Future means everything. But my future with someone from my past is my everything. Even though my past wasn't that beautiful to remember.