Chapter 8

3 0 2
                                    

Upacara kelulusan sudah selesai sseminggu yang lalu. Aku mendaftarkan diriku ke sebuah universitas di Tokyo. Membiarkan semua hal yang kulalui di Kyoto menjadi masa lalu. Terlebih ini tidak sebaik apa yang kuharapkan sebelumnya. Siapapun itu pasti hanya akan menganggap masa muda masa remaja sebagai kenangan indah dan semakin menjadi masa lalu. Kembali meniatkan untuk melupakan semuanya kembali.

Aku mandapat kabar banyak dari teman-temanku. Mami-chan sekolah ke luar negeri dengan beasiswa. Kayashima melanjutkan ke kedokteran. Sedikit ragu akan kabar itu. Mana mungkin. Hehe. Lalu Asaoka ke universitas di Kobe. Aoi, aku tak mendengar apapun darinya. Tapi terakhir kali kutanya dia akan melanjutkan ke luar negeri dan tentunya dengan beasiswanya. Dan tentang kakaknya, maksudku Kosuke Miyazaki. Aku tak tahu.

Kabarku diterima di universitas swasta di Tokyo membuat keluargaku benar-benar terharu, hingga Mami-chan menelepon jauh-jauh untuk mengucapkan selamat sambil menangis. Perlu kalian ketahui bahwa aku tidak dipandang pintar dan cocok untuk masuk ke sana. Yah, inilah takdir. Apapun yang telah Tuhan gariskan akan menjadi sesuatu yang tidak terduga. Tiket sudah di pesankan teman ayahku dan aku tinggal berangkat. Dan hari ini aku berangkat. tepat ketika sampai di bandara Narita.

"Maki, kau benar-benar harus berhati-hati di sana. Jika ada apa-apa telpon ke rumah segera." Ibuku menangis sambil memelukku. Ibuku sudah menahannya sejak dari Hirakata. Haha..

"Okaasan..." bisikku. Ahhh,ini membuatku menjadi seorang wanita kembali.

"Maki..." ayahku menggantikan ibu memelukku.

"otousan..." aku melepas pelukan ayahku. Sebentar menciumi adik-adikku.dan panggilan untuk penumpang sudah terdengar.

"semuanya...aku pergi." Aku melambaikan tanganku dan masuk.

Cek paspor dan tiket lancar, tas lancar.. naik..lancar..duduk..

Beberapa penumpang berlalu lalang, aku sedikit merasa lega dengan lancarnya kehidupanku sampai sekarang. Tinggal berusaha untuk hidup sendiri di Tokyo. Belum pernah kubayangkan aku bisa sampai ke Tokyo sendiri. in saja baru duduk, belum terbang. Belum sampai.

"Huft.." aku menghela nafas panjang.

Beberapa orang sudah masuk dan pramugari juga berlalu lalang. Aku membenarkan letak seatbelt dan tempat dudukku. salah satu pramugari menawarkan sesuatu tapi aku menggeleng. Kupasang earphone dan mendengar beberapa lagu sebelum terbang. Menutup mata dan bersiap tidur, tiba-tiba seseorang menyenggolku. Aku tetap menutup mata tapi kubenarkan posisi dudukku. aku sudah siap terbang tinggal menunggu instruksi pramugari selesai. Aku duduk santai. Pesawat terbang tepat ketika matahari sudah hampir tenggelam. Ketika sudah naik baru terlihat betapa indahnya pemandangan sore hari. aku hampir lupa bahwa ada seseorang yang duduk di sampingku. Berniat ingin menyapa tapi tenyata dia tidur tertunduk. Aku tak melihat wajahnya. Baiklah, akhirnya kuputuskan membaca buku. Baru beberapa lembar membaca buku, seseorang di sampingku terkaget karena posisi tidurnya yang salah. Kepalanya hampir terantuk pegangan di sampingnya.

"Oh...apa anda baik-baik saja?" tanyaku. khawatir kaalu benar-benar terantuk. Akan sangat sakit.

"Ehm.,saya baik-baik saja." Pria ini mengangkat wajahnya dan membereskan rambutnya. Aku terkaget.

"Kau..."

"Ya?"

"Mengapa...."

"Aku pindah ke Tokyo. Pindah universitas. Tapi tidak sama denganmu. Kita hanya akan bertemu di sini."

"Bagaimana...bisa. Bagaimana kau bisa duduk di sini?" aku berhasil melancarkan suaraku. Apapun yang terjadi di sini saat ini apakah ini mimpi..

"Tentu saja. Bukankah kita memesan tiket bersama?"

"Tidak, aku memesan tiket dari teman ayahku." Kataku tanpa berkedip.

"Berarti ayahmu teman ayahku." Jawabnya singkat.

"hah??.." aku benar-benar linglung.

"Sepertinya kau melupakanku, kenalkan aku Kosuke Miyazaki, Maki." Dia mengulurkan tangannya padaku. Aku menjabat tangannya.

"Salam kenal. Lama...tak melihatmu." Jawabku.

"Apa kau merindukanku?" tatapan matanya membunuhku. Benar-benar memacu adrenalinku.

"Rindu..? tidak, bukankah aku sudah sering melihatmu." Jawabku.

"maaf. Mungkin aku terlalu kejam padamu. Tak memberitahumu selama ini. Memang aku yakin sekali kau akan melupakanku dan itu terjadi. sedikit membuatku kecewa. Apakah kau benar-benar melupakanku sejauh itu?" aku hanya bisa terdiam. Sedikit merasa bersalah karena melupakannya. Air mata sudah menggantung di sudut mata. Aku hanya bisa menatapnya. Mengingat kembali wajahnya.

"Maki.."

"Hemm.."

"Gomen."

"he.em."

"Aku tidak tahu apa yang kau rasakan padaku, tapi aku hanya berharap ketika kita berteman mungkin akan lebih baik. kurasa begitu. jangan memaksakan apa yang terjadi dulu dan apa yang terjadi sekarang adalah awal baru. Akan lebih baik jika kita seperti ini."

"iya..." aku hanya bisa menjawab singkat. Apakah dia menyukaiku seperti dulu ataukah menganggapku hanya teman biasa. Siapapun meragukan itu. dan memang aku masih belum tahu apa yang sebenarnya kurasakan padanya. Yah, lebih baik menjadi teman dari pada berharap menjadi orang lain yang membuat sakit. Lebih baik berteman. Yah berteman.

Dan benar. Kami berpisah ketika sudah turun di bandara Narita, Tokyo. Dan aku memulai kehidupanku kembali tanpanya. Aku hanya bisa menatap kepergiannya. Tepat ketika matahari benar-benar tenggelam dan kegelapan menyelimuti. Harapan akan datang kembali seiring berjalannya waktu. Namun, aku kembali menyadari ketika ia pergi dariku, aku masih menyukainya seperti dulu.

EmoLostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang