Chapter 4

6 0 2
                                    

Satu hari lagi seminar itu akan segera di mulai. Organisasi siswa SMA ku sudah menunjuk beberapa orang yang akan datang di seminar itu.

"Jangan lupa yang sudah mendaftar besok kita berangkat bersama dari sekolah dengan minibus sekolah." Kayashima ketua organisasi siswa SMA kami sudah mengingatkan beberapa hari lalu.

Hari ini surat izin untuk acara seminar itu turun. Ternyata yang mendaftar adalah 5 orang, yang berangkat juga 5 orang. Luar bisa.

"Mami-chan, jangan-jangan acara seminar itu membosankan. Bagaimana bisa yang mendaftar hanya 5 orang, yang berangkat juga 5 orang itu. sedikit menyesal...." aku mlorot ke meja di depanku.

"Aduh Maki-chan, bukankah kita memang tertarik. Ya sudah. Datang saja dan ikuti." Mami-chan benar-benar tak membuatku semangat.

"sama saja...." aku mengeluh.

"Besok berarti kita izin pelajaran matematika dan fisika...." Mami-chan mengagetkanku. Aku berpikir. Benar juga. Besok juga ada PR matematika dan fisika yang jumlahnya belum kuketahui. Berarti jika aku izin karena ada acara resmi maka itu akan sangat menyenangkan.

"Hahahahahahahahha....Mami-chan..ayo kita tekadkan untuk ikut seminar besok." Aku tertawa lebar. Tawa jahat dan licik.

"Sudah kuduga..." kata-kata Mami-chan terdengar olehku.

"Oh iya, siapa saja yang akan ikut bersama kita besok?" tanyaku padanya.

"5 orang. Aku, kau, Kayashima, Hideo, Aoi-chan."

"Oooh..Siapa Aoi?"

"Anak dari kelas IPS 2. Dia tak pernah keluar dari perpustakaan. Dia wakil dari anak-anak paling pintar di sekolah kita." Mami-chan menjelaskan.

"Ooooh.." kataku.

<__>

Hari ini datang. Sepertinya tidak ada yang istimewa. Hanya saja hari ini malah mendung agak tebal. Angin juga dingin, serasa akan ada sesuatu yang buruk hari ini dan besok akan cerah dan penuh kebahagiaan. Itu kata-kata kakekku, cerita masa lalu. Aku sudah benar-benar menyiapkan diri untuk hari ini. Tas ranselku penuh dengan benda-benda. Makanan, payung, minuman, kamera, ponsel, handuk, baju ganti, dan P3K. Aku berjalan melewati lapangan dipersimpangan jalan dekat rumahku. Angin menerbangkan sampah dan debu yang ada di lapangan itu. aku mempercepat langkahku agar segera sampai dan tak kehujanan. Sampai di sekolah aku melihat Mami-chan berjalan menuju ke ruang kelas. Aku berlari menuju ke kelas mengejar Mami-chan.

"Mami-chan, tunggu aku....!!!" aku berteriak. Dan Mami-chan hanya melambaikan tangan yang berarti dia harus segera masuk dan tak mau menunggu ku.

Aku tersengal dan Mami-chan duduk tenang di dekat meja guru. Aku duduk di sampingnya.

"Mana surat izinmu? Kita jadikan satu dan kumpulkan bersama." Mami-chan meminta.

"Tunggu, ada di dalam tas ku." Aku membuka resleting tas ranselku. Aku lupa untuk menata dengan rapi dan ternyata surat izin berada di bagian bawah dari ransellku. Aku mengeluarkan semua benda-benda yang ku bawa di atas meja.

"Ma...Ma..Ki..chan..untuk apa benda-benda ini kau bawa?" Mami-chan tergagap.

"A..aahh. aku hanya mempersiapkan apa saja yang kira-kira kubutuhkan. Memangnya kau bawa apa saja mami-chan?" tanyaku padanya.

"Aku hanya membawa alat tulis saja. KENAPA KAU HARUS MEMBAWA BANYAK BARANG?.!!!" suara Mami-chan membuat jantungku berhenti. Aku ternganga. Baiklah memang aku keterlaluan membawa begitu banyak barang. Tapi ini adalah kebutuhanku....

"Jangan duduk bersamaku di minibus nanti..." Mami-chan membuatku beku.

EmoLostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang