"Silahkan!"
Rama mengangkat wajahnya dari balik meja pesanan, senyumnya mengembang manis, di depannya seorang wanita dengan jilbab panjang menjuntai menatapnya sesaat."Dua capucinno vanila."
"Silahkan di tunggu!" Rama meminta wanita itu untuk duduk. Namun, wanita itu hanya berdiri tanpa bergeming. Rama yang sibuk membuat pesanannya sesaat merasa heran.
"Kami akan antar nanti!" Sahutnya ramah. Wanita itu menggeleng.
"Saya tunggu di sini saja." Jawaban halus yang keluar dari bibir wanita itu membuat Rama semakin heran.
"Ini.."Rama menyerahkan dua gelas capucinno vanila di atas nampan coklat, wanita itu mengeluarkan dompetnya dan membayar langsung.
Rama sedikit terkejut, tapi tak lagi bertanya. Setelah mengucapkan terima kasih. Wanita itu pergi membawa nampan berisi dua gelas capucinno dan duduk di sudut caffe. Rama melihat wanita itu mengeluarkan ponselnya dan menelpon seseorang.
Hingga tak lama kemudian, seorang lelaki masuk ke dalam caffe, berjalan pelan ke arah meja wanita tadi. Ada sesuatu yang membuat Rama tertegun, ia merasa mengenal punggung tegap dan cara jalan yang khas dari lelaki tersebut.
"Triing!!" Ponsel Rama bergetar sesat, sebuah pesan masuk dari Yusi mengalihkan pandangannya.
"Bro, aku pulang duluan ya, adikku sendirian di rumah!" Rama melepaskan celemek kerjanya, menyapa salah seorang temannya dan masuk ke dalam ruangan untuk mengambil tasnya.
Sebelum keluar caffe. Mata Rama bertatapan kembali dengan wanita di sudut caffe, wanita itu berbicara sesuatu pada lelaki di depannya seraya memandang ke arahnya. Lelaki di depannya lantas menolehkan sejenak wajahnya, menarik topinya dan menunduk kembali. Rama mengerutkan alisnya, ia merasa kedua orang tersebut mengawasinya sedari tadi.
"Entahlah!" Rama mengeluarkan kunci motornya dan bergegas pulang.
Rama membuka pintu depan. Meletakkan tasnya di atas sofa dan berjalan ke arah ruang tivi, di sana di lihatnya Yusi duduk menonton tivi sembari menelpon seseorang. Ketika melihat Rama datang. Yusi cepat mematikan ponselnya, duduk lebih tegak.
"Ini pesananmu!" Rama meletakkan satu plastik berisi nasi goreng. Yusi bersorak girang, dengan antusias cepat membuka.
"Si..kapan kamu belajar memasak?" Rama memperhatikan adiknya yang makan dengan lahap. Yusi menatapnya bingung.
"Kamu kan perempuan, harusnya bisa masak..Masa kita harus begini terus?" Rama menyandarkan punggungnya di sofa.
"Tapi, aku kan nggak bisa masak!"protes Yusi kesal. Sudah berulang kali Rama mengatakan hal yang sama.
"Belajarlah.. kan ada buku resep Mas Bayu di dapur!"
Yusi menggeleng. "Yusi nggak ngerti!"
Rama menghela napas. Ia bisa memaklumi sikap manja Yusi, selama ini segala keperluan mereka memang di sediakan Bayu, dari sarapan pagi sampai malam, keperluan kuliah, sekolah, bahkan segala pekerjaan rumah mereka tak pernah menyentuh. Bayu selalu menyediakan semuanya dengan teliti. Tak ada asisten rumah tangga atau pun seseorang yang membantu.
"Mas.."
"Emm.." Rama tak mengubris panggilan Yusi, ia memejamkan matanya, berusaha menghilangkan penat.
"Sudah dapat kabar dari Mas Bayu belum?" Rama membuka matanya mendengar pertanyaan Yusi.
"Belum.."jawabnya pelan.
"Apa terjadi sesuatu dengan Mas Bayu?" Mata Yusi berkaca. Rama menatap adiknya.
"Besok Mas ke kantor Mas Bayu." Rama berdiri, berjalan ke arah dapur. Ia tak bisa menyembunyikan rasa gundah di hatinya. Sudah hampir sebulan lebih mereka tak mengetahui keberadaan Bayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Note
RomanceTak selamanya, impian menjadi semangat untuk menjalani hidup, Bahkan, ketika kamu dan aku, tidak bisa saling melepaskan. Aku dan kamu yang di takdirkan hidup dengan keegoisan.