Dilarang

86 3 2
                                    

"Mas kenapa sih??!" Yusi menatap marah ke arah kakak tertuanya itu dengan air mata mengalir deras. Bayu tak bereaksi, wajahnya dingin, ia memilih untuk berbalik pergi meski Yusi berteriak memanggilnya.

"Mas Bayu jahat!!!" Yusi memukul ranjang tempat tidur gemas. Rama berdiri mematung di sampingnya tanpa berkata-kata.

Sudah tiga hari ini Yusi tak mendapati Ria datang menjenguknya. Setiap kali ia menanyakan hal itu pada kedua kakaknya mereka hanya diam. Lambat laun Yusi menyadari sesuatu.

"Mas..tolong jemput mbak Riaa.."Yusi merengek pada Rama.

"Mas..Mas tidak tahu dimana mbak Ria, Si.."

"Aaarght!!" Yusi berteriak kesal. Sepanjang hari itu ia menangis dan mogok makan. Rama mulai khawatir ia mengontak handphone Bayu. Namun tak tersambung.

"Permisi.."seorang suster masuk ke dalam kamar, mengecek keadaan Yusi. Rama memperhatikan raut wajah Yusi yang pucat.

"Maaf pak..Apa ada masalah dengan mbak Yusi?"tanya suster pada Rama.

"Ah, ada apa sus??"

"Tekanan darahnya turun, apa ia sudah makan?"

Rama terdiam sesaat.

"Bila ia tak makan, akan sangat berbahaya untuk kesehatannya."

"Saya akan membantunya makan nanti." Suster mengangguk, setelah suster pergi. Rama mendekati adiknya, mengelus rambutnya.

"Kita makan ya dek.."

Yusi menggeleng lemah, bulir air matanya kembali turun.

"Dek.."

"Bawa aku pulang Mas..untuk apa lagi aku di sini?"

"Kita akan pulang setelah kamu sembuh."

"Aku tidak akan sembuh!!!" Yusi berteriak pada Rama, membuat Rama terkejut.

"Untuk apa kesembuhanku, aku ingin mbak Ria di sini!!"

Yusi membalikan tubuhnya, kembali menumpahkan tangisannya. Rama menghela napas bingung.

"Mas keluar sebentar Si.."Rama menutup pintu kamar setelah melihat respon Yusi yang acuh.

"Dia ingin pulang hari ini Mas." Rama menatap Bayu yang duduk menghadap laptop. Dengan rasa putus asa Rama akhirnya memilih pergi ke kantor Bayu dan menceritakan kegelisahanya.

"Oke, aku akan urus kepulangannya hari ini."

Jawaban Bayu membuat Rama kaget, menatap tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.

"Mas!! Yusi belum pulih benar!!"

Bayu melihat Rama dingin.

"Bukankah itu yang dia minta? Lalu apa masalahnya??"

"Aa..apaa??!"

"Yusi sudah dewasa Ram, bukan anak kecil lagi. Rengekannya itu karena dia menginginkan sesuatu yang tidak mungkin. Sudahlah dia sudah tahu apa resikonya."

Rama menggeleng, ia merasa kesal dengan sikap Bayu.

"Aku sungguh tidak mengerti jalan pikiranmu Mas! Aku pergi!!"

Rama berjalan cepat dan membanting pintu kantor sambil mengomel.

Bayu menghela napas, menyandarkan punggungnya ke kursi, mengusap wajahnya pelan.

Memangnya apa yang harus aku pikirkan...Aku tak ingin kehidupanku kembali rusak hanya karena aku mencintainya.

Bayu meraih ponselnya, menelpon rumah sakit untuk mengurus kepulangan Yusi.

Dream NoteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang