Jalan raya kota Jogja nampak lenggang ketika Ria sampai, udara siang yang menyengat kulit tak menyurutkan langkahnya untuk terus berjalan ke arah kampus. Tak butuh waktu lama baginya untuk mendapatkan tempat yang di maksud.
"Ukhti Riani?"sapa seorang lelaki berkacamata di depannya. Ria mengangguk mengiyakan.
"Alhamdulillah..Ane kira ukhti tak jadi datang." lelaki berwajah arab itu terlihat lega. Ria tertawa kecil.
"Mari, ane bawakan tasnya!" Ria menyodorkan tas besarnya, setelah mengucapkan terima kasih, mereka berjalan masuk ke halaman yang di penuhi perpohonan rindang. Di sana beberapa orang perempuan dan lelaki terlihat duduk bergerombol, mengitari seorang lelaki tua.
Lelaki arab itu mengucap salam.
"Sehat nduk?"lelaki tua itu mengelus kerudung lebar Ria lembut.
"Alhamdulillah, pakde sehat.." Ria tersenyum tipis.
"Rim, antarkan saja langsung ke asrama!" lelaki arab yang di panggil Rim mengangguk.
"Sudah banyak perubahan yah." Ria menatap ke sekeliling asrama, bangunan bercat hijau muda itu nampak asri dan teduh.
"Iya, ukht..Nah, ini kamarnya.." Rim menunjukkan sebuah pintu berwarna coklat tua di depan mereka.
"Syukron, Rim.."
Rim mengangguk. "Ane permisi dulu ukht."
Ria mengangguk, ia masuk ke dalam kamar setelah Rim pergi, meletakkan tasnya, berjalan ke jendela dan menghela napas.
"Aku harap aku bisa melupakan semuanya di sini."
....
Esok paginya. Ria sudah bersiap untuk memulai kehidupan barunya di Jogja. Hari ini ia sudah mulai mengajar di kampus dengan bidang psikolog.Hari pertama baginya sebuah tantangan baru, dimana ia harus bisa mengesampingkan perasaannya yang tengah tak tentu.
"Selamat pagi ukhti." sapaan seseorang membuyarkan lamunan Ria. Di depannya berdiri seorang pemuda berwajah oriental, tersenyum padanya. Ria mengerutkan alisnya sejenak.
"Fi..Fino??" Ria menunjuk lelaki di depannya, seakan tak percaya. Lelaki itu tertawa pelan.
"Hai..apa kabar??"
"Alhamdulillah baik, kapan kamu datang??"
"Well, aku sudah bekerja di sini tiga tahun.."jawabnya.
Ria melongo. "Oh yah..kok pakde nggak ada bilang ya??"
"Sebenarnya mau bilang, tapi aku yang minta jangan."
"Kenapa??"
Fino terdiam sesaat. "Takut kamu gagal move on."tawanya lepas begitu melihat reaksi wajah Ria yang memerah.
"Oh ya, ini map, di sini ada pekerjaan barumu." Fino menyerahkan sebuah map biru ke tangan Ria.
"Syukron yah!"
Fino menatap Ria sesaat.
"Kamu nggak banyak berubah yah."
Ria mengangkat wajahnya, tersenyum tipis.
"Oh, aku harus masuk sekarang, nanti kapan- kapan kita makan siang yah, dan kalau perlu apa-apa aku ada di ruangan!" Fino melambaikan tangannya pada Ria. Ria mengangguk, tersenyum tipis.
Ria membuka map di tangannya, membaca beberapa kalimat, tertegun sejenak, matanya melotot kaget.
"Astagfirullah, Fino seorang dekan??" Ria menutup mulutnya, menahan napas sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Note
RomanceTak selamanya, impian menjadi semangat untuk menjalani hidup, Bahkan, ketika kamu dan aku, tidak bisa saling melepaskan. Aku dan kamu yang di takdirkan hidup dengan keegoisan.