"Yusi mau kemana??" Rama menatap adiknya yang turun dari anak tangga, wajah Yusi seketika memerah, mulutnya bungkam setelah melihat Rama menatapnya.
"Mau main keluar Mas.."
"Main??sama siapa?" Rama mengerutkan alisnya, sejak pulang dari pesantren. Ia tak pernah melihat satu teman Yusi datang ke rumah. Bahkan ia berpikir Yusi tak punya teman seperti biasa.
"Sama..Ana!"Yusi menunduk. Tak lama terdengar suara klason mobil di depan rumah. Yusi bergegas turun, meraih tangan Rama dan mengecupnya perlahan.
"Yusi pergi dulu Mas."
"Jangan malam-malam, hati-hati!" Rama menatap khimar Yusi yang berkibar sebelum hilang dari pintu.
Karena penasaran. Rama mengintip dari balik jendela, sebuah mobil sedan berwarna silver terpakir di luar, ia tak melihat pemiliknya.
"Ah, sudahlah..suatu saat juga aku akan tahu siapa Ana." Rama menutup tirai dan berjalan masuk ke dalam kamar.
"Gimana, aman kan??" Resna tersenyum lebar. Di sebelahnya Yusi duduk berdiam diri. Hatinya gelisah.
"Mbak..tapi apa ini aman?"Yusi melihat kakak perempuannya dengan pandangan ragu.
"Loh, memangnya kenapa?"
"Mas Bayu akan marah sekali.."
"Alaaahh..mas mu itu kan sedang tak di sini, santai sajalah!" Resna melajukan mobilnya menembus kemacetan.
Kerlip lampu mulai terang ketika mereka sampai di depan sebuah butik. Yusi turun dan menatap pintu dengan tanda CLOSE. Alisnya tertaut heran.
"Mbak, kan sudah tutup.."gumamnya bingung. Resna mengangguk, memberi isyarat padanya. Mereka berjalan masuk ke dalam.
"Maaf, aku agak telat!" Resna menepuk bahu seorang lelaki di depannya.
"Srekk" suara kursi yang di dorong terdengar memecah keheningan. Yusi menatap ke sekeliling, ruangan itu redup hanya sedikit cahaya yang bisa ia lihat.
"Hallo..Yusi.."
Yusi menoleh."Ka..kamu...?!"
....
Wajah dingin Deni nampak terlihat tak bersahabat, di depannya Yusi duduk tak bergeming. Debar jantungnya tak berhenti tenang, sesekali ia mengigit bibirnya."Kamu tidak melupakanku kan?"
Yusi menggeleng pelan.
"Lalu, apa kamu tahu aku merindukanmu?"
Mata Yusi menyipit, ia tak tahu apa kata-kata yang terucap dari bibir Deni sebuah rasa yang tulus atau tidak.
"Aku tidak bisa melakukannya lagi."
"Karena ini?" Deni menyentuh khimar lebar Yusi dengan nada sinis. Yusi terlihat tak suka, di tepisnya tangan Deni, pelan.
"Kamu meninggalkanku begitu saja!" tiba-tiba Deni menyentak bahu Yusi dengan cepat, membuat gadis itu menjerit kaget.
Dari sudut ruangan Resna memperhatikan tingkah kedua anak muda di depannya. Senyum aneh terukir di bibirnya.
"Lepaskan, Deni!" Yusi berusaha mendorong Deni, matanya menyorot takut.
"Aku rindu kamu Yusi!!" Deni memeluk Yusi erat.
"Tidak, lepaskaan!!" Yusi meronta, mencoba melepaskan dirinya.
"Mbak Resna, tolong!!" Yusi memanggil Resna.
Dengan langkah enggan. Resna mendekat, di tepuknya bahu Deni, memberi isyarat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Note
RomanceTak selamanya, impian menjadi semangat untuk menjalani hidup, Bahkan, ketika kamu dan aku, tidak bisa saling melepaskan. Aku dan kamu yang di takdirkan hidup dengan keegoisan.