Rama membuka pintu kamar, berjalan ke arah tempat tidur dan duduk diam, matanya memandang ke sekeliling, ruangan kamar bercat biru laut dengan banyak tempelan foto-foto dirinya, Yusi dan Bayu terpampang jelas di depannya. Rama berdiri mendekat, meraih satu foto ketika mereka bertiga masih kecil.
Tak terasa air mata Rama menetes, ia merindukan Yusi, adik kecilnya yang manja.
"Rama.." Rama menyeka air matanya, ketika mendengar suara Bayu.
"Sedang apa kamu di sini?" Bayu memperhatikan Rama seksama, ia sempat melihat tangan Rama yang mengusap kedua matanya.
"Kenapa ini harus terjadi pada kita Mas?" Rama berbalik, menatap tajam ke arah Bayu.
Bayu tak menjawab, ia duduk di atas tempat tidur, menatap ke sekeliling, wajahnya sendu.
"Semua sudah takdir Ram." Sahutnya pelan. Rama menggeleng.
"Berapa banyak rahasia yang Mas simpan dari kami??"
Bayu menatap adiknya. "Banyak, dan tidak semua perlu kalian ketahui!"
"Kenapa?? Kenapa kami tidak berhak mengetahui semuanya, semua tentang keluarga kita, ayah ibu, kehidupan kita, kenapa???!" Rama terduduk di depan Bayu.
Tangan Bayu menepuk pundak adik lelakinya, menghela napas.
"Mungkin, kamu bisa mengerti, tapi tidak Yusi, kamu tahu hanya dia anak perempuan di dalam keluarga kita, aku harus memegang amanah ibu, dan itu adalah beban yang tidak mudah."
Bayu diam sesaat, kemudian kembali melanjutkan.
"Dulu, sebelum Yusi lahir.. kita punya banyak kebahagiaan, kesenangan dan keterbukaan yang erat. Kamu adalah adik kecilku yang paling manja, aku harus selalu mengalah padamu, kamu tahu rasanya? Itu sangat sulit. Terlebih ketika Yusi lahir semua berubah."
"Maksud Mas, Mas membenciku dan Yusi??"
Bayu menggeleng. "Tidak, tidak ada kebencian di hatiku saat itu. Tapi ketakutan..Aku takut bila ibu melahirkan seorang anak perempuan, dan mimpi buruk itu terjadi."
Rama mengerutkan alisnya heran. "Aku tak mengerti!"
Bayu memejamkan matanya, berusaha meredam rasa sakit di dadanya.
"Keluarga besar kita tak menginginkan anak perempuan lahir dari rahim perempuan yang punya reputasi tinggi."
Rama melongo kaget.
"Selama sembilan bulan, ibu menyembunyikan jenis kelamin anak ketiganya, ia tak pernah menampakkan raut wajah apapun di saat kita berkumpul. Tapi, aku tahu, aku mengerti semua itu!"
"Mas Bayu.."
"Setelah Yusi lahir, ibu membawa pergi Yusi ke dalam keluarga Pak Mur, di sana Yusi di titipkan dan ibu mengatakan pada semua keluarga kita, kalau anak yang di lahirkannya tak selamat." Bayu mengusap wajahnya. Rama menutup mulutnya, bening air mata mulai menetes pelan di kedua pipinya.
"Kenapa ibu tega melakukan itu??"
Bayu menatap Rama dengan matanya yang tajam.
"Ini semua ibu lakukan untuk menyelamatkan Yusi, itulah sebabnya kenapa aku merasa ini adalah beban berat yang harus aku jalani."
"Lalu..kenapa Yusi bisa berada di sini sekarang??"
Helaan napas Bayu semakin berat, berulang kali ia mengusap rambut dan kepalanya, ia merasa sangat frustasi.
"Aku akan ceritakan semuanya, tapi berjanjilah untuk tidak mengatakan ini semua pada Yusi!"
Rama terdiam sesaat, kemudian mengangguk cepat.
....
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Note
RomanceTak selamanya, impian menjadi semangat untuk menjalani hidup, Bahkan, ketika kamu dan aku, tidak bisa saling melepaskan. Aku dan kamu yang di takdirkan hidup dengan keegoisan.