"Tuk..Tukk.." Suara ketukan jemari Rama di atas kursi bergerak tanpa henti, kakinya ikut bergoyang. Raut wajahnya terlihat gelisah, makin tak sabar.
"Kriekk.."Pintu kaca di depannya terbuka, seorang perempuan berjilbab biru dongker keluar, menenteng tas besar. Rama menatap sejenak kemudian bangkit berdiri.
"Bagaimana??"tanyanya cepat.
Perempuan itu menunduk, ia menggeleng lemas. Rama menarik napas tertahan, tangannya mengusap rambut dan mengacak-ngacak putus asa.
"Mati aku..!!"ucapnya pasrah. Perempuan itu mendesah lirih, kemudian menepuk pundaknya pelan sebelum berlalu pergi.
"Bagaimana ini.. Mas Bayu pasti marah.."gumamnya.
.....
"Hei..baby.."
Deni mengusap rambut Yusi dengan lembut. Gadis itu mendongakkan wajahnya, tersenyum tipis.
"Kamu kenapa..kok lemes gitu?"Deni duduk di samping Yusi, memperhatikan gadis itu dengan penuh perhatian. Yusi menunduk sesaat, memainkan sedotan di mulutnya tanpa selera.
"Ada masalah??"
"Mas Bayu.." Yusi menatap Deni, binar matanya terlihat sayu, tak bersemangat. Deni mengangkat alisnya, mendengar nama Bayu di sebut.
"Kenapa dengan Mas Bayu??"
Yusi mengubah posisi duduknya, sebelum menceritakan isi hatinya.
Deni mendengarkan setiap cerita yang keluar dari bibir mungil Yusi, sesekali tangannya mengelus rambut halus yang jatuh di kening gadis itu, tatapannya yang tajam dan lembut seakan memberi peneduh untuk Yusi.
"Mungkin, karena Mas Bayu terlalu khawatir..Wajar sih.." Deni tersenyum.
"Tapi, aku merasa itu sangat berlebihan, kenapa sih dia nggak bisa seperti Mas Rama yang cuek??"gerutu Yusi.
Deni terdiam, mencoba berpikir sebentar. "Kurasa karena dia adalah Kakak tertua..oh ya, waktu itu aku telpon kamu, tapi tidak ada sahutan.." Deni mengusap pipi Yusi yang halus. Yusi mengangkat alisnya, heran.
"Telpon..kapan??"
Tiba-tiba tubuh Yusi menegang. Degup jantungnya terpacu keras, bibirnya melongo dan wajahnya berubah pias.
"Jangan-jangan..waktu itu..."
"Kenapa??" Deni nampak bingung, melihat ketakutan di mata Yusi.
"Ya Tuhan...!!" Yusi menutup wajahnya, gelenyar rasa takut seketika menghantuinya.
.....
"Batalkan rapat hari ini!" Bayu keluar dari ruangannya dan berkata cepat pada Sonia. Sonia yang sedang asyik memainkan ponselnya, terkejut bukan main. Ponsel di tangannya terlepas dan jatuh.
"Iy..Iyaa Pak..!" Sahutnya gugup. Bayu menatapnya sesaat, sebelum akhirnya berlalu pergi begitu saja. Sonia memungut ponselnya yang jatuh dengan gumaman kesal.
"Kenapa sih dia selalu muncul tiba-tiba, selalu membuatku kaget!"
"Sonia?"
"Dukk! Owhhh!!" Sonia memegang kepalanya yang terbentur meja, ia berdiri, memegang ponselnya dan mengusap kepalanya.
"Sedang apa kamu di situ??" Bayu menatap sekretarisnya seakan tak peduli. Wajah Sonia merona merah.
"Ponsel saya jatuh..Pak.."
Bayu mengangguk. "Saya lupa kasih tahu, kalau ada yang cari saya, bilang saya keluar dan tak ingin di ganggu! "
Sonia mengangguk cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Note
RomanceTak selamanya, impian menjadi semangat untuk menjalani hidup, Bahkan, ketika kamu dan aku, tidak bisa saling melepaskan. Aku dan kamu yang di takdirkan hidup dengan keegoisan.