"Teteh..??" Yusi masuk ke dalam kamar, menatap ke sekeliling, sepi.
"Teteh kemana yah.." Yusi meletakkan sajadah di atas tempat tidur, mengganti kerudungnya dan merapikan tempat tidurnya yang berantakan.
"Cekrek!" Yusi menoleh mendengar suara pintu terbuka. Ria masuk membawa beberapa buku.
"Apa itu Teh?" Yusi ikut membantu Ria meletakkan buku di atas meja belajar. Ria tak menjawab, ia berjalan ke kamar mandi.
"Ini, kamu baca ini!" Ria menyodorkan sebuah buku bersampul hijau daun ke hadapan Yusi, wajah Ria nampak basah. Yusi mengerutkan alisnya.
"Males ah, nggak ngerti!" Yusi meletakkan buku pemberian Ria di atas kasur. Ria mendesah tertahan, melihat kelakuan Yusi.
"Yusi, kalau kamu begini terus, kamu tidak bisa lulus ujian, bukankah kamu ingin pulang ke rumah?"
Yusi terdiam, menunduk.
"Kamu bukan anak kecil lagi, Yusi.. sudah waktunya kamu belajar tentang semuanya, bagaimana kamu bisa membuktikan pada kami?"
"Untuk apa aku pulang. Kedua kakakku juga tidak lagi menginginkanku!" Yusi menatap wajah Ria, ada kepedihan dan kekecewaan terpancar di kedua bola matanya. Ria terhenyak mendengar ucapan Yusi, ia terdiam sesaat.
"Apa kamu merasa mereka tak peduli?"
"Memang seperti itu kan??"
Ria menggeleng.
"Ini semua untuk kebaikanmu, dik!"
"Kebaikan apa, Teh?? Mereka sengaja meninggalkanku di sini, mereka malu kan punya adik seperti aku??!"
"Yusi!!"
Yusi mengerang marah.
" Mereka tak pernah melihatku, mereka tak pernah datang, mereka melupakanku.."Yusi tergugu pelan. Ria menatapnya sedih.
"Dik, kami semua melakukan yang terbaik untukmu, mungkin tidak sekarang kamu menyadarinya, tapi ketahuilah kami sayang padamu.." Ria mengusap pundak Yusi.
"Entahlah, aku tak ingin mendengar apapun!" Yusi menepis tangan Ria, berdiri dan menuju tempat tidurnya. Ria hanya menggeleng pelan, tak lama ia pergi keluar setelah mematikan lampu kamar.
.....
Bayu menatap Ria di depannya, gadis berkerudung lebar itu menceritakan semua kegundahan hatinya. Bayu mengusap dagunya sesekali, menghela napas berulang kali dan menggeleng lemah.
"Aku tak bisa membiarkan dia bersekolah di luar, Ria, kamu tahu itu kan?"
Ria mengangguk, ia bisa memahami keputusan Bayu. Mereka telah lama mengenal sejak kedua orang tuanya membawa Bayu ke rumah untuk bertemu Yusi pertama kali. Ria melihat banyak beban di mata Bayu, semula ia mengira Bayu adalah lelaki angkuh dan dingin. Namun, seiring mereka tumbuh bersama Ria merasakan kepedihan yang harus di jalani Bayu, kepergian kedua orang tua Bayu menyisakan duka yang mendalam untuk lelaki itu. Dan, Ria pun ingin membantunya, meski ia tahu kehadirannya hanyalah teman semasa remaja.
"Aku butuh bantuanmu untuk merubah perilaku Yusi."
Ria memandang Bayu.
"Akan aku usahakan, Mas.." sahutnya lembut. Bayu tersenyum.
"Terima kasih, Ria.. aku berhutang banyak padamu."
Ria tersenyum, wajahnya merona merah.
"Kriiing!!" Ponsel Ria berbunyi ketika ia akan pergi.
"Apa??"
Ria menutup telponnya, berpaling menatap Bayu dengan wajah pucat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Note
RomanceTak selamanya, impian menjadi semangat untuk menjalani hidup, Bahkan, ketika kamu dan aku, tidak bisa saling melepaskan. Aku dan kamu yang di takdirkan hidup dengan keegoisan.